SHADAM'S CAFE

2086 Words
Waktu telah berganti. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Seminggu sudah berlalu sejak Shafa mencari sewa gedung bersama Adam.. Hari ini merupakan hari yang membahagiakan bagi Shafa. Karena Hari ini adalah hari pembukaan cafe yang di kelola Shafa. Semua keperluan sudah di persiapkan. Mulai dari meja dan kursi pelanggan. Para pegawai cafe, tidak lupa koki yang memasak berbagai macam hidangan. Sebelumnya , Shafa sudah mengajari serta memberi semua resep menu yang disediakan dicafe. Sebelum cafe benar benar di buka untuk pelanggan.Shafa mengajak semua pegawai serta kakek untuk berkumpul guna mengungkap rasa syukur dapat membuka usaha serta dapat memberi pekerjaan pada yang membutuhkan. Alih alih mengadakan ceremonial pembukaan atau peresmian cafe. Shafa memilih acara potong tumpeng saja,yang di hadiri para pegawai cafe serta Adam dan juga Adrian. Shafa menginginkan acara yang sederhana saja tanpa mengurangi rasa khidmat. Shafa merasa tidak memerlukan hal tersebut, karena memang Shafa tidak mengenal banyak orang. Dari pada digunakan untuk pesta ceremonial,lebih baik jika dana tersebut digunakan untuk menyantuni anak yatim. Hal ini jauh lebih berkah dan bermanfaat. Shafa serta Adam sudah berada di dalam cafe yang beberapa jam akan resmi di buka. Semua orang sudah berkumpul di dalam cafe. Hanya satu orang yang belum menampakkan dirinya. Siapa lagi kalau bukan Adrian. Adrian akan datang ke cafe setelah ia pulang dari kantor. Setelah menunggu sekitar lima belas menit, terdengar suara mobil yang berhenti di pelataran cafe. Seseorang bergegas keluar dari dalam mobil, dan menuju ke dalam cafe dengan tergesa gesa. “Sayang,,,maaf aku sedikit terlambat.” Adrian seketika minta maaf kepada Shafa saat sudah berada di depan istrinya. “Iya gak papa, acaranya juga belum di mulai kok” Shafa memaklumi Adrian yang datang terlambat. “Nona selamat atas pembukaan cafe anda.” Rico yang sedari tadi di belakang Adrian menghampiri Shafa dan memberi selamat. “Terima kasih banyak Rico” Shafa memabalas ucapan Rico. Adam mengetahui Adrian dan Rico sudah sampai. Sehingga tanpa membuang waktu lagi Adam segera memulai acara pembukaan yang sederhana itu. “sebelum kita mulai, mari kita panjatkan do’a serta rasa syukur kepada Tuhan karena pada malam ini kita dapat bersama sama berkumpul untuk meresmikan SHADAM’S CAFE. Semoga SHADAM’S CAFE ini cepat maju dan sukses. Berdoa sesuai kepercayaan masing masing di persilahkan.” Adam memimpin acara pembukaan yang sederhana tersebut. “Berdo’a selesai.” Adam menyudahi sesi berdoa dan di ganti dengan acara inti.yaitu potong tumpeng yang akan di lakukan oleh Shafa. “ Terimakasih atas kesedian teman teman dalam mengikuti acara sederhana ini. Setelah tumpeng ini di potong, maka cafe ini sudah resmi di buka untuk konsumen. Dan saya minta kerja samanya untuk dapat memberikan performa yang baik,serta memberi pelayanan yang baik kepada para konsumen . Agar cafe ini lebih cepat berkembang .” pesan Shafa sebelum memotong tumpeng. Shafa memotong tumpeng berbentuk kerucut . kemudian memindahkan potongan tumpeng tersebut ke dalam piring serta di lengkapi dengan lauk pauk. Potongan tumpeng tersebut di berikan kepada Adam selaku penanam modal. Semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Potongan yang kedua di berikan kepada Adrian selaku tamu kehormatan. Semua bertepuk tangan dan saling begembira. Semua orang makan tumpeng bersama membuat semua orang semakin akrab. Acarapun selesai , dan semua pegawai bersiap untuk menyambut setiap konsumen yang akan datang. Semua pegawai bersiap pada posisi masing masing. Hari pertama hingga enam hari kedepan, Shafa memberikan diskon 50% untuk semua jenis menu yang tersedia. Para konsumen sudah cukup banyak yang berdatangan. Tidak akan melewatkan promo yang ada. Terutama para remaja yang paling banyak berdatangan. Hari pertama lumayan banyak konsumen yang datang. Selain menu yang tidak biasa, SHADAM’S CAFE begitu menarik dalam konsep. Suasana remang remang menambah keromantisan setiap konsumen yang datang berpasangan. Begitu banyak tanaman hias di setiap tempat. Membuat udara di sekitar terasa sejuk tanpa polusi. Memberi nilai plus untuk SHADAM’S CAFE. Di hari ke dua cafe buka, semakin banyak konsumen yang berdatangan. Ide Shafa untuk menyediakan bakso dan nasi goreng sebagai menu andalan sukses besar. Banyak konsumen yang memesan menu tersebut.selain itu, tidak ada satupun cafe atau resto di kota tersebut yang menyediakan menu bakso dan nasi goreng. Hanya SHADAM’S CAFE satu satunya cafe yang menyediakannya. Sehingga banyak konsumen yang berdatangan. Selain menu satu satunya yang ada di kota itu, harga yang begitu terjangkau untuk semua kalangan. Apalagi saat ini masih masa promo. Semakin banyak konsumen yang berbondong bondong menuju SHADAM’S CAFE. Di hari kedua ini,semua menu sudah habis tandas setelah jam makan siang dan tutup sebelum waktunya. Sehingga esok hari harus menambah kuantitas semua menu. Adam yang merasa bahwa Shafa sudah bisa mengelola cafe ini dengan baik. Sehingga Adam memutuskan untuk kembali ke kediamannya. Sudah cukup lama Adam tinggal di mansion Adrian. Adam pamit kembali untuk pulang setelah cafe tutup. “Nak,,,kakek pulang dulu. Kakek akan sering berkunjung kemari saat merindukanmu.” Adam memeluk Shafa sebagai tanda perpisahan serta kasih sayang. “Kakek hati hati di jalan. Shafa akan merindukan kakek. “ Shafa membalas pelukan Adam lembut. Shafa mengantar Adam hingga teras rumah, Adam sudah di jemput oleh supir pribadinya yang sudah siap sejak pagi. Shafa melambaikan tangan kala mobil yang di tumpangi Adam mulai berjalan. Kini ada aktifitas baru yang dilakukan Shafa. Setelah Adrian berangkat ke kantor,Shafa bersiap menuju cafenya. Meski sudah ada pegawai yang bertanggung jawab pada tugas masing masing, Shafa tidak ingin berpangku tangan mengandalkan mereka. Bukannya Shafa tidak percaya pada pegawainya, tapi Shafa nyaman berada di sana. Ia bisa menjadi dirinya sendiri. Berbeda saat berada di mansion. Walaupun kini Adrian tidak pernah lagi marah dan kasar kepada Shafa, tetap saja Shafa masih merasa dirinya orang asing. Shafa kini berada di dapur cafe bersama salah satu pegawainya Siti. Siti adalah anak dari mbok Darmi. Siti juga menjadi orang kepercayaan Shafa di cafe. Semua menu yang ada di cafe, Siti sudah mengetahui semua resepnya. Selain itu Shafa juga merasa nyaman saat berbicara dengan Siti. “ Sit,,,apa hanya kuah baksonya yang belum selesai? semua sudah beres?” Shafa melihat semua sudah ada pada tempatnya masing masing. Semua isian bakso sudah berjajar rapi dalam etalase. “ Semua sudah beres fa,,,tinggal nunggu kuahnya mendidih aja.” Siti memanggil Shafa dengan namanya tanpa ada embel embel non,karena Shafa melarang keras semua pegawai memanggilnya non. Shafa mau di panggil dengan sebutan nona hanya saat berada di mansion atau saat Adrian berkunjung ke cafe. Sifat Siti yang pekerja keras Inilah yang di sukai Shafa, Siti begitu cekatan dalam segala urusan. Apalagi urusan dapur. Hari ini saja saat Shafa sampai di cafe, semua sudah beres. Nasi putih untuk nasi gorang juga sudah masak. Hanya tinggal menunggu nasi dingin. Begitu juga dengan mie, siti sudah menyiapkan adonan mie, dan Siti sudah menarik adonan memanjang berkali kali. Sehingga menjadi mie siap pakai. Alih alih menggunakan mie instan, Shafa dan Siti memilih untuk membuatnya sendiri. Ini lebih hemat dan lebih sehat. Siti juga pintar, ia mudah memahami suatu hal, dan ia juga peka terhadap orang di sekitarnya. “Fa aku boleh gak ngomongin sesuatu ?” mereka berdua ngobrol sambil menunggu kuah mendidih. “Mau ngomong apa, tinggal ngomong aja kok ribet amat sih,,,!!” “ tapi gak disini juga,,,ayo kita ngomong di ruangan kamu aja. Mumpung masih ada waktu sebelum cafe buka.” Siti menarik tangan Shafa tak sabar. “ eh,,,bentar. Tu kuah bentar lagi mendidih.” Shafa mengingatkan Siti kalau masih ada kuah di atas kompor yang hampir mendidih. “ oh iya,,hampir aja lupa” Siti menggaruk tengkuk yang tidak gatal sambil cengengesan. “ Emang kamu kau ngomong apaan? Kok gak sabaran banget?” Shafa penasaran dengan apa yang akan di bicarakan Siti. “ tuh,,tuh,,,udah mendidih ,buruan ayo,,,!!” “ iya iya,,!” Shafa segera mematikan kompor sebelum pergi mmenuju ruangan Shafa yang terletak di lantai 2. “ cepet masuk,,,,tadi nyuruh aku buruan,,,? “ Shafa menepuk punggung Siti saat Siti hanya terdiam berdiri di depan pintu. “eh,,,i,,iya.” Siti kaget saat Shafa menepuk pundaknya. “ Tumben kamu melamun kayak gitu,,,emangnya ada apa?” Tidak biasanya Siti melamun. Wanita itu selalu memfokuskan pekerjaan di saat bekerja. Jika pekerjaan selesai, barulah ia memikirkan hal yang lain. “Eng,,enggak kok.” Siti mengelak “ Aku tahu kamu bohong,,.” Shafa berujar “ Beneran enggak kok,,,suer,,,” Siti mengangkat dua jari telunjuk dan jari tengah. “kok jawabnya gugup gitu.”Shafa menyelidik “Itu ,,tu,,,ada yang ngawasin kamu dari jauh” Siti menunjuk ke arah atap gadung di seberang jalan. “ Mana sih,,,gak ada gitu,,” Shafa celingukan mencari sosok orang yang di maksud Siti. “ Itu loh,,,orang yang pake jaket hodey warna abu .”Siti masih menunjuk tempat sosok tersebut. Sedang sosok orang yang di maksud sudah menghilang entah kemana. “ Ga ada kok,,,pasti ini karena efek kamu nonton film horor nih.!” Shafa asal menebak. “Beneran deh,,,,aku gak bohong. Suer tekewer kewer deh pokoknya.” Ucap Siti sungguh sungguh. “ Udah deh jangan di urusin. Palingan itu anak kost yang lagi butuh refreshing. Shafa mencoba menepis perkataan Siti. Mengingat banyak sekali mahasiswa yang kost di daerah sekitar cafe. “Tapi kalo nanti beneran orang jahat gimana?” Siti menghawatirkan Shafa. “ Udah deh,,,kamu gak perlu khawatir. Gak liat kamu 2 orang yang selalu setia berdiri di sana.?” Shafa menunjuk ke arah pengawalnya yang berada di depan cafe. “Iya juga sih,,,!!” Siti membenarkan perkataan Shafa. “ Harusnya yang mesti di khawatirkan itu kamu. Kamu kemana mana selalu sendiri. Gak takut ada orang jahat apa,,,?” Shafa membalikkan keadaan. “ Enggak..aku kan bisa karate. Gak usah khawatirlah,,,” Siti membanggakan dirinya sendiri. “ iya percaya aku,,,. Lalu kamu mau ngomong apa ngajak aku kemari?” Shafa masih penasaran dengan apa yang akan di sampaikan oleh Siti. Siti kembali teringat dengan tujuan utama dirinya mengajak bicara. “ Gini fa,,,aku Cuma mau kasih tahu aja,,kamu jangan terlalu percaya tuan muda deh,,,” Siti to the point tanpa basa basi. “ Emang kenapa?” Shafa bertanya balik dengan nada yang halus.seolah tak ingin Siti tersinggung. “Firasatku mengatakan kalau tuan muda tidak benar benar tulus kepadamu.” Shafa hanya mangguk mangguk. Shafa tidak boleh berburuk sangka dulu. Tapi di dalam otaknya mengatakan hal yang sama dengan Siti. “ Biarlah Sit,,,aku tidak ingin berburuk sangka atas kebaikan Ad. Aku mulai suka dengan semua perlakuannya. Mungkin aku sudah menyukainya.” Shafa berkata sejujurnya kepada Siti . “ Aku hanya tidak ingin kamu terluka fa,,,tapi jika memang itu pilihanmu. Aku bisa apa? Tapi ingatlah satu hal, aku akan selalu ada untukmu. Bahuku masih cukup tangguh untukmu bersandar.” Ucap Siti tulus. “ Ya,,,aku percaya itu.” Shafa kemudian memeluk Siti, Shafa merasa sangat bersyukur telah di pertemukan dengan sosok seperti Siti. *** Hari sudah sore,Shafa bersiap untuk pulang. Shafa belum menyiapkan makan malam untuk Adrian. Ketika Shafa dalam perjalanan pulang, Shafa mendapatkan pesan dari Adrian. Ad : Sayang ,,,maafkan aku. Hari ini aku lembur. Sepertinya aku tidak akan pulang dan menginap di kantor. Dan hadiah untukmu yang ke 10 sudah ku siapkan. Kamu tunggu, sebentar lagi Rico akan datang mengantarkannya. Jaga kesehatanmu dan jangan terlalu capek. Lup u . Shafa kemudian menutup kembali ponselnya. Tidak berniat untuk membalas pesan Adrian. Tak di pungkiri,sedikit banyak ucapan Siti mengganggu pikiran Shafa. Shafa berusaha untuk tetap percaya kepada Adrian. Shafa sudah terjatuh dalam pesona Adrian hanya dalam waktu kurang dari 2 minggu. Sore ini Shafa tidak perlu repot repot menyiapkan makan malam untuk Adrian. Sehingga Shafa memutuskan untuk bersantai sejenak sambil menyiram bunga serta sayur mayur yang ditanamnya. Tanpa sengaja Shafa melihat pintu gudang. Dan Shafa teringat sesuatu, ada suara aneh di malam itu. Semakin Adrian melarang Shafa, semakin besar pula rasa ingin tahu Shafa. Bukankah di gudang sana ada sesuatu. Aku hampir saja melupakannya. Mungkin malam ini adalah kesempatanku untuk mencari tahu. Selagi Adrian tidak pulang ke mansion. Shafa menyusuri setiap sudut taman. Mencari tahu apakah ada cctv yang mengarah ke gudang ataupun sekitaran taman. Shafa harus berhati hati jika tidak ingin Adrian murka. Akhirnya Shafa menemukan satu cctv yang berada di sudut depan atap gazebo yang mengarah ke gudang.. Gazebo itu terletak tidak jauh dari kolam ikan. Dan ada pohon jambu di samping gazebo tersebut. Rasa penasaran Shafa semakin besar dengan adanya cctv yang mengarah ke pintu gudang. Kalau hanya untuk keamanan, harusnya cctv tersebut mengarah kepintu belakang mansion.Pasti ada sesuatu yang tidak Shafa ketahui. Aku harus cari cara agar bisa menutup cctv tanpa ada yang curiga. Aku semakin merasa ada yang tidak beres. Shafa duduk di gazebo sembari memikirkan satu rencana. Tak sengaja Shafa melihat cctv di bawah balkon kamarnya yang mengarah pada gazebo taman. Karena letak taman berada tepat di bawah balkon kamar Adrian. Aku harus menutup cctv di bawah balkon terlebih dulu. Kemudian menutup cctv yang ada di sini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD