PENJARA BAWAH TANAH

2175 Words
Aku harus menutup cctv di bawah balkon terlebih dulu. Kemudian menutup cctv yang ada di sini. Tidak lama, ada satu ide untuk menutup cctv di bawah balkon. Shafa tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Shafa beranjak menuju kamar untuk melakukan kewajibannya sebagai sorang hamba terlebih dulu. Ketika Shafa melewati dapur , Shafa mengambil sebuah kantong kresek berukuran kecil yang berwarna hitam dan di bawa serta ke dalam kamar. Shafa melakukan semua rencana yang sudah tersusun di dalam otaknya. Shafa mengikat salah satu pegangan kantong kresek dengan benang jahit. kemudian di gelantungkan kantong kresek tersebut sambil di tiup dengan kipas angin kecil. Kantong kresek tersebut terbang seolah olah tertiup angin. Kemudian perlahan Shafa menarik benang hingga kantong kresek dapat menutup cctv di bawah balkon. Shafa mematikan kipas angin, dan mengikat ujung benang pada pagar balkon agar kantong kresek tidak terbang saat tertiup angin, Karena tertahan oleh benang. Satu rencana sudah terealisasikan. Kini Shafa akan mulai melakukan rencana yang kedua. Yaitu menutup cctv di atap gazebo. Shafa kedapur untuk mengambil kantong kresek lagi. Tapi kali ini tidak di gunakan untuk menutup cctv. Melainkan untuk wadah jambu yang Shafa petik. “non mau ngapain non,,?” mbok Darmi bertanya saat melihat shafa memegang kantong kresek. “Shafa mau petik buah jambu mbok. Tadi Shafa melihat ada beberapa yang sudah mulai masak.” Shafa menjelaskan, “ oh,, iya non ada tuan Rico menunggu nona di ruang utama.” Mbok Darmi memberi tahukan kedatangan Rico. “iya mbok, terima kasih.” Shafa beranjak menuju ruang utama dan meletakkan kembali kantong yang sudah ia pegang. Shafa melihat Rico berdiri membelakanginya. Kedua tangan pria itu di masukkan ke dalam kantong celana. “ Maaf Rico,, sudah lama menunggu.” Shafa basa basi. “Tidak nona. Ini hadian yang dikirimkan untuk nona dari tuan muda.” Rico menyodorkan sebucket bunga dan sebuah paperbag. Shafa ingat, sebelumnya Adrian memberi pesan bahwa hadiah untuk Shafa akan di antarkan oleh Rico. “Terima kasih banyak Rico, maaf jika Ad selalu merepotkanmu,,.” “Sama sekali tidak merepotkan nona, ini memang sudah tugas saya. Saya harap nona tidak melakukan sesuatu tanpa seizin tuan. Itu akan berbahaya bagi diri anda. Saya pamit undur diri nona.” Rico seakan mengetahui apa yang sudah di rencanakan Shafa. tapi Shafa tidak menghiraukan peringatan Rico. Shafa akan tetap melakukan apa yang sudah ia pikirkan. Shafa kembali ke dapur setelah meletakkan semua hadiah pemberian Adrian di kamar. Shafa mengambil kembali kantong kresek yang tadi ia letakkan di meja dapur. “Non bagaimana kalau mbok panggilkan pak ucup?, agar di panjatkan pak ucup.” Terdengar suara Mbok Darmi menawarkan bantuan kepada Shafa. “Nggak usah mbok,,,Shafa bisa bisa panjat sendiri kok. Mbok tidak perlu khawatir. Shafa tidak ingin merepotkan yang lain mbok. Mbok jangan bilang bilang kalau Shafa manjat pohon ya,,,! Nanti Shafa kena marah mbok,,!!” Shafa memohon dengan menunjukkan pupy eyes. “Baiklah non, tapi hati hati ya non. Jangan sampai terjatuh.” Mbok Darmi mengalah dan membiarkan Shafa melakukan apa yang di inginkan. Dalam hati Shafa bersorak senang kerana dapat melakukan rencana tanpa ada halangan. Shafa berlalu dan menuju pohon jambu, kemudian memanjat pohon dengan lincah. Shafa terlebih dulu memetik buah jambu yang terlihat sudah masak. Kemudian Shafa beralih pada cabang pohon yang berada di samping gazebo. Shafa mematahkan ranting yang berada di atas atap gazebo. Shafa mematahkannya tapi masih tetap nyambung dengan pangkal ranting. Sehingga ranting yang patah hanya menggantung di atas atap. Karena daunnya yang rimbun, cukup untuk menutupi cctv yang berada di sudut atap gazebo. Semua rencana sudah di lakukan. Kini Shafa menunggu waktu malam tiba. Shafa akan menunggu hingga semua pelayan sudah terlelap. Sekarang Shafa akan membuat jus dengan jambu yang sudah ia petik langsung dari pohon. Jantung Shafa berdebar cepat, seolah takut tertangkap basah. Tapi Shafa juga penasaran. Jus jambu yang di buat Shafa sudah siap. Shafa mencoba menenangkan diri dan melakukan hal seperti biasa. Shafa merasa seperti maling yang takut tertangkap basah dan di pukuli massa. Shafa makan malam seperti biasa. Tapi kali ini ia tidak makan bersama dengan Adrian. sehingga Shafa bisa lebih rileks. Shafa duduk di atas ranjang dalam kamarnya. Shafa membuka paperbag yang di berikan oleh Rico. Ada sepasang sepatu kets berwarna putih. Sangat pas dengan ukuran kaki Shafa. ini sangat cocok di pakai untuk jalan jalan santai. Shafa meletakkan sepatu tersebut di tempat sepatu. Shafa memikirkan kembali apa yang telah di laluinya. Kemudian Shafa beranjak menuju walk in closet. Shafa mengambil sesuatu yang berada di bawah tumpukan baju yang berjajar rapi. Shafa mengambil liontin yang ia temukan kembali di perpustakaan beberapa waktu lalu. Kali ini Shafa benar benar memperhatikan dengan seksama. Tidak terlewatkan sedikitpun. Depan liontin tetap sama seperti terakhir kali Shafa melihat. Dan kali ini Shafa menemukan inisial A pada bagian belakang liontin. Shafa seperti pernah melihat inisial itu. Tapi dimana, Shafa lupa dimana ia pernah melihat huruf yang sama seperti yang ada pada bagian belakang liontin. Dalam hati, Shafa berdoa semoga Shafa dapat mengingat di mana ia melihat inisial itu. Dengan Liontin ini, mungkin Shafa dapat memecahkan misteri yang terjadi kepada dirinya. Shafa melihat jam yang tertempel pada dinding menunjukkan pukul 01.15. Sudah cukup larut, dan Shafa melihat ke arah taman melalui balkon kamar. Tampak sepi. Sepertinya semua pelayan sudah tertidur. Shafa bergegas turun kebawah dan menuju taman belakang. Benar dugaan Shafa, para pelayan sudah terlelap. Terlihat dari jendela kamar yang gelap. Yang terdengar hanya suara serangga mengerik serta gemericik air kolam. Perlahan Shafa menuju gudang. Sesekali menoleh untuk melihat keadaan sekitar. Shafa melanjutkan kembali langkahnya kala dirasa aman. Shafa memutar knop pintu gudang dengan amat perlahan, takut ada suara engsel pintu yang berdecit. Setelah pintu terbuka, Shafa segera masuk dan menutup kembali pintu gudang. Shafa takut jika ada salah satu pelayan yang tidak sengaja melihat. Shafa mengeluarkan head lamp. Yaitu senter kecil yang di gunakan di kepala. Shafa sengaja tidak menyalakan lampu gudang. Jika lampu menyala, maka akan sangat jelas jika ada seseorang yang berada di dalam. Perlahan Shafa melangkah, gadis itu menyusuri setiap sudut, dan setiap benda yang berada di dalam gudang. Shafa berdiri di depan lemari kayu usang. Shafa merasa lemari tersebut aneh. Padahal banyak perabot tang ada di sini. Tapi hanya lemari itu yang memiliki alas kayu kira kira 1m persegi. Di samping lemari tesebut terdapat satu kipas angin yang menempel di tembok. Shafa mencoba kipas angin tersebut, ia tarik tali untuk menghidupkan kipas angin. Bukan kipas angin yang menyala, melainkan lemari kayu bergeser mundur. Shafa kaget melihat lemari yang tiba tiba bergerak sendiri. Shafa melihat ada anak tangga menurun. Sepertinya ini adalah ruangan rahasia. Shafa menuruni anak tangga tersebut. Udara begitu pengap saat Shafa berada di bawah lemari. Shafa menyusuri lorong gelap itu. Dilihatnya ada berbagai senjata tajam yang berjajar rapi di sepanjang lorong. Nampak ada tiga ruangan dengan pintu besi. Seperti jeruji besi di dalam penjara. Shafa mendekat pada salah satu ruangan tersebut. Shafa melihat ada seorang pria kurus tanpa baju. Pria itu hanya memakai celana bahan yang sudah sobek sana sini. Ada juga bekas luka cambukan yang sudah mengering. Shafa ketakutan melihat apa yang ada di depan mata. Shafa melihat sesuatu di ruangan yang lain. Perlahan Shafa mendekat. Terlihat seseorang yang meringkuk kedinginan. Seluruh bajunya penuh dengan noda darah. Terlihat dengan jelas, pria itu mendapat siksa cambuk berkali kali. Bajunya sudah tidak berbentuk. Terdapat Sobekan di mana mana. Shafa merasa kasihan kepada dua orang yang terkurung disana. Tapi Shafa juga takut, amat sangat takut. Bagaimana jika dirinya yang berada di dalam sana. “nona Shafa” seseorang dalam jeruji itu memanggil Shafa. Shafa merasa namanya di sebut, menoleh. Shafa melihat dengan jelas orang yang memanggilnya. Seorang pemuda bertubuh kurus, orang yang pertama Shafa lihat di dalam penjara ini. “nona apa masih mengingat saya?” tanya pemuda itu. Shafa seperti pernah bertemu dengan pemuda ini. Shafa perlahan mengingatnya. “ Kamu bukankah pemuda yang menabrakku di tengah pasar?” Shafa sudah mengingat siapa pemuda di depannya ini. “ iya nona,,, syukurlah anda masih mengenali saya.” Dengan sorot sendu pemuda itu bersyukur. “ kenapa kamu berada disini?” Shafa heran kenapa pemuda itu di hukum di sana. “ ceritanya panjang, saya tidak bisa cerita disini. Nona cepatlah keluar dari sini. Sebelum tuan mengetahui nona kesini.” Pemuda itu takut jika Shafa ketahuan datang ke penjara bawah tanah. “ Baiklah,,, tapi kamu harus janji akan menceritakan kepadaku suatu saat nanti.” Pinta Shafa. Pemuda itu hanya mengangguk mengiyakan permintaan Shafa. “ Siapa namamu?” Shafa kembali bertanya sebelum pergi daribtempat yang gelap itu. “ Dino” pemuda itu menjawab. “ Aku akan kesini lagi lain kali.” Kemudian Shafa bergegas pergi meninggalkan penjara bawah tanah. Shafa mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Shafa mempercepat langkah kakinya. Kalau saja Dino tidak menyuruh Shafa segera pergi, mungkin Shafa sudah tertangkap basah. Entah oleh Adrian ataupun Rico. Hari ini Shafa mulai mengetahui sosok Adrian yang sebenarnya. Tidak di pungkiri bahwa Shafa takut akan sosok Adrian yang ini. Shafa bernafas lega saat ia sudah kembali di dalam gudang. Shafa bergegas menutup kembali lemari yang tadi membuka jalan. Dengan takut serta jantung yang berdebar hebat, Shafa berlari menuju kamar sebelum ada seseorang yang tahu Shafa ke gudang. Shafa segera menuju kamar mandi untuk membasuh muka agar Shafa jauh lebih tenang. Shafa harus bisa mengontrol dirinya. Dan berpura pura tidak tahu apa pun yang berhubungan dengan gudang ataupun penjara bawah tanah. Shafa keluar dari kamar mandi setelah gadis itu menormalkan degup jantungnya. Shafa terkejut saat melihat Adrian yang sudah duduk bersandar di atas ranjang. Degup jantung yang baru saja normal, kini kembali berdegup dengan cepat. “ Ad kapan kamu sampai? Kenapa aku tidak mendengar suara mobil?” Shafa betanya sambil menyembunyikan rasa gugupnya. “ Aku baru saja sampai saat kamu berada di kamar mandi. Memangnya kenapa?” Adrian mulai curiga dengan gelagat Shafa yang tidak biasa. “ ti,,tidak apa. Aku hanya terkejut melihatmu tiba tiba duduk di atas ranjang.” Shafa mencoba memberi alasan. “ Apakah benar,,, apa yang kamu ucapkan?” Adrian menatap curiga. “ Itu benar Ad. Aku terkejut karena baru saja bermimpi buruk.” Shafa mencoba memberi alasan yang lebih masuk akal. “ Apa yang kamu impikan sayang,,,?” Adrian mencoba membuat Shafa lebih rileks, karena terlihat dengan jelas kalau Shafa sedang tegang. “ Aku bermimpi kamu menjadi hantu yang sangat menyeramkan Ad.” Shafa berusaha untuk lebih santai. Aku harap apa yang aku lihat malam ini hanyalah mimpi. Sebuah mimpi buruk yang akan menhilang di saat terbangun di pagi hari. Aku sungguh takut jika Adrian benar benar memiliki sisi seperti monster. Shafa melanjutkan dalam hati. “Apa sekarang aku terlihat menyeramkan?” Shafa menggelengkan kepala. “tidak Ad,,, kamu sama sekali tidak menyeramkan.” Bohong jika Shafa berkata Adrian tidak menyeramkan meski memiliki rupa yang rupawan. Tapi faktanya membuat Shafa bergidik ngeri. “ tapi aku sungguh terkajut melihatmu tiba tiba duduk di atas ranjang tanpa suara sedikitpun,” Shafa berusaha mengalihkan pembicaraan agar tidak gugup. “ Apa kamu benar benar Adrian?” Shafa memastikan. Adrian hanya mengangguk. “ Kamu beneran bukan hantu yang menyerupai Adrian kan?” Adrian tertawa terbahak “Kamu sangat lucu kalau sedang ketakutan sayang,,,” Adrian mengacak rambut Shafa merasa gemas. “Bagaimana aku tidak takut melihatmu muncul tiba tiba seperti hantu. Sedangkan yang aku tahu malam ini kamu tidak pulang.” Shafa mengoceh dengan bibir cemberut. Memang benar apa yang dikatakan Shafa. Adrian hampir saja lupa , wajar saja jika Shafa terkejut dengan kedatangannya. “Maaf jika aku mengejutkanmu sayang,,, “ Adrian memeluk Shafa. menyandarkan kepala Shafa ke d**a bidangnya. Shafa bernafas lega, Adrian tidak lagi merasa curiga kepadanya. Apa Adrian mengetahui sesuatu? Atau mungkin Rico yang lebih dulu mengetahui sesuatu? Shafa yakin kalau Rico sudah mengetahui kelakuan Shafa. shafa hanya bisa berdoa semoga Rico tidak memberitahu Adrian. kalau tidak, tamatlah riwayatnya jika mmemang begitu. “Ad,, terima kasih” ucap Shafa tulus. Adrian menatap Shafa dengan penuh tanya. “Terima kasih untuk hadiah yang kamu kirimkan hari ini.” Shafa melanjutkan kalimatnya. “Sama sama sayang. Sudah kewajibanku untuk membuatmu bahagia.” Adrian berkata dengan percaya diri. “ Siapa bilang aku bahagia?” Shafa mencoba menggoda Adrian. “ Jadi selama ini kamu tidak bahagia? Apa hadiah yang aku berikan kurang mahal? Kurang banyak?” Adrian mulai terlihat sedikit emosi. “Aku hanya mengucapkan terima kasih dan merasa bersyukur, hanya itu. Aku tidak mengatakan kalau aku bahagia,,,!” Shafa semakin menggoda Adrian. “Lantas apa maumu sekarang.?” Adrian menahan emosinya saat menanyakan keinginan Shafa. “ Aku hanya ingin kamu menjadi seorang yang lebih baik. Aku sudah sangat senang dengan dirimu yang seprti ini. Tapi alangkah baiknya jika kita menjadi yang lebih baik lagi. Ini akan menjadi kebahagiaan yang sebenarnya. Materi bukanlah tolak ukur sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan hanya ada di dalam hati.” Shafa memegang d**a Adrian. Adrian mengusap tangan Shafa yang berada tepat di dadanya. Seolah tahu apa yang Shafa maksud. Adrian mengajak Shafa untuk segera beristirahat. Adrian sungguh merasa sangat lelah hari ini. bukan hanya Adrian yang merasa lelah, Shafa juga merasakan hal yang sama. terutama pada malam ini. Shafa bagai menaiki roller coaster yang mengharuskan untuk senam jantung. mereka berdua memejamkan mata dan mulai mengarungi dunia mimpi bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD