14. Minum teh

1884 Words
Suara ketukan terdengar dari pintu. "Masuk!" Seorang pria berkacamata dan memakai stelan jas muncul dari balik pintu. "Ah ternyata kamu. Ada apa?" "Dokter sudah datang untuk memeriksa Anda." "Suruh masuk!" "Baik." Seorang dokter masuk dan dokter itu terlihat senang melihat Martin sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dokter muda itu mulai memeriksa keadaan Martin. "Kesehatan Anda sudah bagus dan terapi masih akan dilanjutkan." "Terima kasih." "Aku tidak menyangka Anda akan pulih secepat ini setelah koma selama empat tahun. Anda sangat bersemangat untuk segera pulih. Itu bagus." "Aku mempunyai alasan yang kuat untuk cepat sembuh." "Aku akan memberikan resep obat lagi dan harus diminum tepat waktu." "Aku tahu dokter. Aku sudah meminum semua obat yang dokter berikan padaku tepat waktu." Dokter itu tersenyum dan Martin memperhatikan dokter itu membereskan semua peralatannya ke dalam tas. "Andai saja aku masih memiliki seorang anak perempuan mungkin aku sudah menjodohkannya dengan Anda." Dokter itu hanya tersenyum. "Baiklah. Anda harus masih banyak istirahat dan jangan pergi keluar terlalu jauh." "Baiklah." Dokter itu pergi, lalu Rex, asisten pribadi Martin yang mengenakan stelan jas datang ke kamar. "Saya senang Anda sudah semakin sehat, jadi mau sampai kapan Anda akan terus bersembunyi di sini? Pasti Anda sudah sangat merindukan keluarga Anda. Itu sebabnya Anda diam-diam datang ke restoran Tuan muda Alrico." "Aku akan muncul di hadapan mereka setelah aku memiliki cukup bukti tentang perbuatan jahat Carlos." "Apa detekatif yang Anda sewa sudah memiliki cukup bukti atas kejahatan Tuan Carlos?" "Mr. Callan, baru saja memberikan beberapa bukti kejahatan Carlos kepadaku." Martin membuka laci nakas di samping tempat tidurnya dan mengambil sebuah amplop besar berwarna coklat, lalu diberikannya pada Rex yang langsung dibuka olehnya. Di dalam amplop itu terdapat beberapa foto Carlos yang sedang berbicara dengan dua orang pria dan masuk ke sebuah apartemen di mana telah terjadi pembunuhan di sana. Foto-foto lain menunjukkan Carlos keluar dari apartemen, kemudian orang-orang yang bicara dengannya masuk ke apartemen itu. Rex terkejut melihat semua itu. "Ini,"serunya tak percaya. "Tuan Carlos yang sudah membunuh Virginia dengan menyewa pembunuh bayaran?" "Benar." "Jika kita berikan ini kepada polisi, Tuan Carlos akan segera ditangkap." "Benar." Martin juga memberikan rekaman suara pada Rex. Isi rekaman itu adalah pengakuan Virginia tentang perbuatan Carlos yang sudah membunuh Martin di apartemen Carlos. "Mr. Callan pergi menemui Virginia sehari sebelum wanita itu dibunuh dan berhasil membuat Virginia mengakui kalau ia melihat Carlos mencoba membunuhku." "Mr. Callan sudah bekerja dengan baik untuk menyelidiki Carlos." "Iya. Dia adalah detektif hebat. Aku menyuruhnya mencari keluarga Virginia di Teneva dan Mr. Callan menemukan di mana keluarganya tinggal setelah hampir setengah tahun mencarinya. Keluarganya mengatakan kalau Virginia akan kembali ke Cartarbella. Itu sebabnya Mr. Callan bisa tahu di mana Viriginia tinggal selama berada di sini." Rex kembali menyerahkan amplop dan rekaman itu pada Martin. "Sebaiknya Anda segera membongkar kejahatan Tuan Carlos sebelum sesuatu yang butuk terjadi lagi pada keluarga Anda." "Aku tahu." "Sebaiknya Anda betistirahat." Rex meninggalkan kamar Martin. Angin berhembus membawa aroma laut dari arah balkon. Tirai jendela berkibar-kibar tertiup angin. Pikiran Martin melayang ke lima tahun yang lalu. Sejak ia mengenal Carlos, ia tidak pernah mempercayai ketulusan pria itu. Ia tahu Carlos bukanlah pria yang baik. Carlos hanya menginginkan harta kekayaan del Castellar dan dengan liciknya ia mendekati Samantha dan membuat putrinya itu tergila-gila padanya, bahkan Samantha begitu mempercayai Carlos. Semua perselingkuhan yang pria itu lakukan, ia tutupi dari putrinya. Sampai hari itu tiba di mana Carlos mencoba membunuh Martin supaya kebusukannya tidak terbongkar. Ia sudah sangat marah pada Carlos, karena pria itu sudah melanggar janjinya untuk tidak selingkuh lagi. Martin terbangun dari komanya setelah satu bulan koma. Ia meminta pada asistennya, Rex dan seorang sahabatnya, Mr. Davey yang juga seorang dokter untuk mengatakan pada keluarganya ia telah meninggal. Ia ingin memalsukan kematiannya supaya Carlos tidak berusaha membunuhnya lagi. Ia yakin kalau ia masih hidup, Carlos akan mencari cara untuk menyingkirkannya. Awalnya Rex dan Mr. Davey tidak setuju, tapi setelah ia menyakinkannya, mereka akhirnya menyetujuinya dan dengan berat hati mereka mengumumkan pada keluarganya kalau ia sudah meninggal. Selama lima tahun ia tinggal di Castell de Lacati Granabas untuk menjalani pengobatan dan penyembuhan. Baru satu Minggu yang lalu ia kembali ke Cartarbella dan tinggal di dekat laut. Deburan ombak dikejauhan membuat pikirannya menjadi lebih tenang. Martin harus bersabar sebentar lagi sebelum ia muncul di hadapan keluarganya. *** Marinela sedang menggambar dan mewarnai setelah pulang sekolah. Saat itu suasana rumah sedang sepi di siang hari hanya ada Marinela sendirian di sana. Ia tiba-tiba mendengar suara dari belakang rumahnya, karena penasaran, ia berjalan menuju dapur dan jantungnya seolah berhenti berdetak saat pintu belakang sedang dibuka paksa oleh orang yang tidak dikenal. Marinela yang sudah sangat ketakutan tidak bisa menggerakkan kakinya. "Apa yang sedang kamu lakukan di situ?" Marinela terpekik kaget dan orang yang hendak membuka pintu langsung pergi. "Ada apa denganmu?" "Tadi ada orang yang mau buka pintu itu dan sepertinya orang itu pencuri." Carolina berjalan melewati adiknya dan membuka pintu. Di luar tidak ada siapa pun. "Tidak ada siapa-siapa." "Tadi ada orang di sana." "Lihat saja sendiri tidak ada siapa pun. Lagi pula siapa yang mau mencuri di rumah kita yang kecil dan jelek ini. Di sini tidak ada barang berharga yang bisa dicuri." "Kamu benar juga." Carolina menutup dan mengunci pintu kembali, lalu pergi ke kamarnya. "Kakak tidak bekerja?" "Hari ini aku tidak bekerja. Aku sudah berhenti bekerja." "Kakak berhenti bekerja? Kenapa?" "Anak kecil mau tahu urusan orang dewasa saja." Marinela nampak cemberut dan Carolina menutup pintu kamar di depan wajah Marinela. Di halaman belakang seorang pria keluar dari balik semak-semak setelah keadaan aman. Ia bisa bernapas dengan lega kembali. Ia hampir saja tertangkap basah oleh mereka. Marinela bergegas pergi ke perkebunan anggur menemui ibunya. Carmelita terkejut melihat Marinela ada di sana. "Ada apa?" "Ada pencuri yang mau masuk ke rumah kita?" "Apa?! Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Carnelita cemas sambil memeriksa tubuh putrinya. "Ibu, aku baik-baik saja. Tadi untung Kakak datang dan pencuri itu pergi, tapi Kakak tidak percaya padaku." Carmelita memeluk Marinela dengan erat. "Carolina ada di rumah?" "Iya. Dia bilang sudah berhenti bekerja." "Apa? Tapi kenapa?" "Aku tidak tahu, karena Kakak tidak mau memberitahukan alasannya padaku." "Nanti Ibu akan bicara dengannya." "Aku tidak ingin sendirian lagi di rumah. Aku takut." "Tapi kamu tidak bisa berada di sini sepanjang waktu." "Aku tahu, aku akan menemui Nenek Marie. Selama Ibu bekerja, aku akan bersama dengannya." "Tapi Ibu merasa tidak enak sama mereka." "Lalu aku harus bagaimana?" Carmelita berpikir sejenak, tapi ia tidak menemukan jalan keluarnya. Ia tidak mungkin menyuruhnya pulang ke rumah, meskipun di sana ada Carolina yang pasti tidak mau menjaga Marinela. Ia juga tidak mungkin membiarkan Marinela berada di perkebunan dalam waktu yang lama. "Baiklah. Kamu boleh pergi menemui Nenek Marie, tapi kamu jangan nakal di sana." "Aku mengerti." Marinela berlari pergi menuju villa del Castellar. Carmelita menghembuskan napas oanjang, lalu kembali pergi bekerja. *** Marinela menikmati perjalanannya menuju villa del Castellar. Langit yang begitu cerah membuat hatinya merasa sangat senang. Pemandangan disekitar menjadi terlihat jelas tidak ada kabut sedikit pun meskipun angin dingin kadang-kadang bertiup dengan kencang, tapi itu tidak membuat menghalanginya untuk menikmati pemandangan disekitarnya. Bagi Marinela segalanya terlihat sangat indah. Dari kejauhan Marinela dapat melihat bukit yang terhampar luas dipenuhi oleh pohon maple. Lembah-lembah yang sangat indah dengan air danau yang terlihat berkilau dari kejauhan. Sesaat ia terpesona dengan pemandangan yang disajikan di depannya karena sebelumnya ia tidak pernah melihatnya sejelas ini. Marinela pun dapat melihat menara gereja dari kejauhan di balik bukit begitu tenang dan hening. Ia menghirup udara dalam-dalam dan dapat mencium aroma hutan yang membuatnya merasa rileks. Ia sangat menyukai aromanya dan tidak henti-hentinya ia menghirup udara segar di sekelilingnya. Marinela telah sampai di villa del Castellar dan telah diizinkan masuk. Ia mencari keberadaan Nenek Marie, lalu ia menanyakannya kepada pelayan. "Biasanya Nyonya ada di taman belakang." "Terima kasih." Marinela berjalan ke taman belakang, lalu tiba-tiba ia menabrak seorang pria dan ia jatuh terduduk. "Kamu tidak apa-apa?" Marinela terkejut saat melihat wajah pria yang bertabrakan dengannya. Ia teringat dengan kata-kata ibunya jangan terlalu dekat dengan pria yang bernama Carlos. "A-aku tidak apa-apa." Pria itu tersenyum, lalu mengulurkan tangannya. Marinela nampak ragu-ragu, tapi akhirnya ia menerima bantuan pria itu untuk membantunya berdiri. "Terima kasih." Carlos selama sejenak terkesima dengan wajah Marinela yang mirip dengan seorang wanita dari masa lalunya, bahkan warna hijau matanya pun sama. "Siapa namamu?" "Marinela Torres." "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" "Aku mau bertemu dengan Nenek Marie." "Dia ada di taman belakang." "Aku baru saja akan ke sana." Marinela cepat-cepat pergi dan Carlos mengawasi anak itu pergi. Kebun belakang luas dan indah. Taman itu dipagari oleh pohon-pohon poplar dan cemara balsam. Di bawahnya bunga-bunga pansy, violet, aster, Marigold, dan bluebells tumbuh subur di sana. Tidak jauh dari pagar pohon terdapat sebuah kolam renang yang cukup besar. Sebuah meja panjang tertata rapi di sana. Kue-kue yang lezat dan menggoda selera terhidang di sana. Mata Marinela berbinar ketika melihat kue-kue itu. Ia juga melihat seorang wanita dan seorang pria yang sedang duduk di sana. "Nenek Marie!" Nenek Marie langsung menoleh dan ia terlihat senang nelihat kedatangan Marinela. Ia menyimpan peralatan kebunnya dan memeluk Marinela. "Aku senang kamu datang lagi." "Aku senang bisa bertemu dengan Anda lagi." "Aku juga. Silahkan duduk!" "Kenalkan ini putriku, Samantha dan ini cucuku, Nigel. Ini Marinela." "Halo Nyonya Samantha dan Tuan Nigel,"sapa Marinela. "Halo Marinela. Kamu anak yang manis dan cantik,"kata Samantha. Wajah Marinela merona merah. Samantha menuangkan teh ke dalam cangkir keramik yang paling indah yang pernah dilihat oleh Marinela, sehingga ia takut sampai memecahkannya. "Ayo diminum! Teh ini rasanya enak sekali." Marinela mengangkat cangkirnya pelan-pelan. "Teh ini memang sangat enak dan harum,"komentar Marinela "Syukurlah kalau kamu menyukainya. Ini adalah teh terbaik di Teneva,"kata Samantha. "Jadi bagaimana acara memancingmu dengan Alrico?"tanya Nenek Marie. "Alrico memancing dengan Marinela?"tanya Samantha. "Iya,"jawab Nenek Marie. "Kami menikmati acara memancingg. Kami mendapatkan ikan-ikan yang sangat besar. Aku dan Kak Alrico juga membantu mengembalakan domba dan kami hampir saja menghilangkan salah satu diantara domba-domba itu. Kami juga berperahu di danau." "Rupanya kalian memiliki hari yang menyenangkan’’kata Nigel. Marinela kembali meminum tehnya. Mereka menghabiskan waktu di taman terdengar tawa riang dari arah mereka. Nigel, Samantha, dan Nenek Marie membawa Marinela berkeliling taman villa dan menurut Marinela tamannya benar-benar sangat indah, karena di hiasi oleh macam-macam bunga. Di taman ini juga memiliki taman bunga mawar. Mata Marinela berbinar-binar takjub dan terpesona. "Taman ini benar-benar sangat indah, andai saja di rumahku ada taman seperti ini pasti akan sangat menyenangkan. Aku bisa berada seharian di luar,"kata Marinela. Mereka tersenyum. Di sana juga terdapat air mancur indah dengan suara gemericik air yang terdengar begitu indah menambah suasana nyaman taman ini. Setelah mengelilingi taman, mereka makan es krim bersama. Tidak terasa waktu kunjungan Marinela sudah berakhir ketika ibunya datang menjemput. Ia pun berpamitan. Nenek Marie terlihat sedih ketika Marinela akan pulang, karena ia merasa kalau Marinela tidak ada suasana villa akan kembali sepi. Sebelum pergi, Nenek Marie mengecup pipi gadis mungil itu. "Sering-seringlah datang ke sini. Kami pasti menyambutmu dengan senang hati." "Terima kasih. Pasti aku akan datang lagi." "Terima kasih sudah menjaga putriku,"kata Carnelita. Carmelita menggandeng tangan Marinela dan mereka pulang bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD