11. Apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian berdua?

1999 Words
Alrico tersadar dari lamunannya saat mengenang masa lalunya oleh deringan suara ponselnya. Ia melihat nama Baltazar Sarmiento di layar ponselnya. Ia segera menjawabnya, lalu menutupnya dan pergi dengan terburu-buru dari kantornya. Catalina, sekretarisnya terheran-heran melihat bosnya pergi dengan terburu-buru. *** Marinela kembali berada di ruang ganti pertunjukkan setelah berfoto dengan fans. Ia sedang duduk melamun di depan meja rias. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu di sebuah kapal pesiar. Sejak pulang dari sana, Marinela tidak pernah melupakan sedikit pun antara dirinya dan Alrico. Ia mendesah panjang, lalu kepalanya tertunduk. "Aku merindukannya,"gumamnya pelan. Padahal ia baru saja bertemu dengannya beberapa menit yang lalu di depan gedung setelah pertunjukkan selesai. "Siapa yang kamu rindukan?"tanya seseorang dari arah belakangnya. Marinela tersentak kaget. "Chester." Marinela menatap pada pria itu dengan pandangan tak percaya. Chester adalah salah satu teman di kelas musiknya semasa ia baru lulus sekolah menengah pertama dulu dulu. Setelah lulus, pria itu pergi ke Amerika dan Marinela tidak pernah mendapat kabarnya lagi sampai ia muncul dihadapannya. "Ada apa? Kelihatannya kamu sangat terkejut dengan kedatangkanku." "Memang terkejut." Marinela mengerucutkan bibirnya. "Kamu hampir saja membuat jantungku lepas." Marinela berjalan mendekatinya dan memeluknya. "Bagaimana kabarmu?" "Aku baik." "Kamu tidak pernah menghubungiku lagi sejak kamu pergi ke Amerika." "Maaf. Aku ingin membuat kejutan untukmu dengan kedatanganku di sini." "Kejutanmu berhasil. Aku senang kamu datang. Mana mungkin aku tidak datang. Dari tadi aku perhatikan seperti ada yang menganggu pikiranmu." "Sekarang tidak ada lagi yang menganggu pikiranku lagi. Ayo sebaiknya kita menghadiri pesta atas keberhasilan pertunjukan violinku kalau tidak, Mr. Lane bisa marah padaku." "Mulai sekarang Mr. Lane akan jadi pelatihku juga." "Semoga kita berdua bisa berada di atas panggung yang sama. Ayo!" "Aku akan menyusulmu." "Baiklah." Marinela pergi duluan dan Chester melihat gadis itu menghilang di balik pintu dan wajahnya berubah sedih. "Siapakah orang yang sangat kamu rindukan itu? Apakah orang itu adalah Alrico del Castellar? Apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian berdua?"tanyanya dalam hati. Ia pun pergi menyusul ke ruang pesta perayaan. *** Keesokan harinya, Marinela kembali bersiap untuk latihan dan Chester sudah masuk ke studio latihan dengan wajah ceria. "Apa perasaanmu sudah lebih baik sekarang, Marinela?"tanya Mr. Lane. Marinela menganggukan kepalanya. "Sudah lebih baik. Sejak aku berhasil dalam pertunjukkan violinku kemarin." "Itu bagus. Aku tidak ingin pikirianmu terbagi dua saat latihan. Pementasan musik untuk acara amal yang diadakan oleh Starlight Entertainment sudah semakin mendekat. Aku ingin kamu yang melakukan yang terbaik. Apa kamu mengerti?" "Saya mengerti." Mr. Lane tersenyum, lalu menepuk pelan pundak Marinela. "Sekarang kita latihan lagi." Marinela mengikuti Mr. Lane dan Chester juga mendekati mereka berdua. Tatapan pria itu tidak pernah lepas dari Marinela. Di hatinya dia ingin sekali menanyakan soal kejadian di kapal pesiar. Ia tidak sengaja melihat Marinela memasuki kapal pesiar saat ia sedang menyusul wanita itu, karena sudah lama ia tidak bertemu dengannya. Saat kapal pesiar telah berlabuh, Chester melihat Alrico juga keluar dari kapal pesiar itu. Kejadian itu terus menganggu pikirannya. Ia sangat takut, jika Marinela sampai ada hubungan khusus dengan CEO Starlight Entertainment. "CHESTER,"teriak Mr. Lane. Chester tersadar dari lamunannya dan melihat Mr. Lane nampak kesal padanya. Ia meminta maaf berkali-kali kepadanya. "Hari pertama latihan sudah melamun. Sebenarnya ada apa denganmu?" "Maaf. Hal ini tidak akan terulang lagi." "Maaf,"kata mereka bersama-sama. Mr. Lane menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aku ingin kalian berkonsentrasi dalam latihan kalian. Aku memang tidak tahu kalian sedang mempunyai masalah dan memikirkan apa, tapi bisakah kalian untuk melupakan masalah kalian sampai pertunjukkan nanti." "Saya mengerti,"jawab Marinela. Mr. Lane melirik ke arah Chester. "Saya mengerti." "Bagus. Kalau kalian tidak berkonsentrasi latihan, aku akan memulangkan kalian ke rumah sekarang juga dan juga aku tidak akan melatih kalian lagi," ancamnya. "Sekarang kamu, Marinela. Naiklah ke atas tumpukan peti itu dan mainkan violinmu." Suasana di sekeliling menjadi sunyi semua perhatian para pemain musik lainnya tertuju ke arah Marinela. Mereka sangat terpesona ketika melihat gadis itu dengan lihai memainkan violinnya dan nada-nada yang dihasilkannya sangat harmonis. Selama sesaat mereka dibuat berhenti bernapas. Marinela mendapat tepukan tangan dari para pemain lainnya setah selesai. Chester mulai memainkan violinnya. "Marinela, meskipun kamu tidak tahu bagaimana perasaanku padamu, aku tetap tidak akan menyerah untuk bisa dicintai olehmu. Aku mencintaimu,"bisik hatinya. Permainan violin Chester pun mendapat tepukan tangan yang meriah dan ada yang sampai bersiul. "Bagus, tadi kalian sudah memainkan violin dengan sangat bagus." Marinela dan Chester terlihat senang. "Sekarang kalian boleh beristirahat dulu sebentar." Marinela duduk di sudut ruang sambil memperhatikan para pemain lainnya latihan sedangkan, Chester berdiri di dekat pintu masuk sambil menegak minumannya dengan tatapan mata mengarah pada Marinela *** Alrico berada di rumah Rhea, calon istrinya. Dia sedang menemani gadis itu duduk di taman rumahnya. Sudah beberapa hari ini ia datang berkunjung demi kesembuhan Rhea yang mengalami anemia berat dan keadaanya sekarang sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sekarang Rhea sudah mulai bicara dengannya dan wajahnya sudah tidak terlihat pucat lagi. "Alrico, terima kasih sudah mau menemaniku di sini." "Aku senang. Sekarang kamu sudah lebih baik." "Bagaimana perasaanmu sekarang?" "Baik, karena kamu selalu menemaniku selama beberapa hari ini." Rhea tersenyum lembut. "Sebentar lagi aku akan pulang." "Pulang? Apa kamu akan meninggalkan aku lagi?" "Rhea, sudah aku katakan diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Aku berada di sini, karena aku merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa dirimu. Kamu seperti ini, karena kesalahanku. Sejak awal aku tidak pernah mencintaimu, tapi aku tetap saja mengencanimu dan memberikan harapan untuk mencintaiku dan akhirnya kamu benar-benar jatuh cinta padaku,’’katanya selembut mungkin agar Rhea mengerti. "Kamu mencintai Marinela, bukan?’’ "Iya, aku mencintainya. Selama ini aku tidak pernah bermimpi untuk mencintai dan dicintai oleh seseorang, tapi Marinela sudah mengubah seluruh pandangan hidupku. Selama ini aku belum pernah mencintai seseorang sampai akhirnya aku bertemu dengannya. Aku tahu umur kami terpaut cukup jauh 10 tahun lebih muda dariku dan itu yang membuatku selalu membohongi perasaanku kalau aku mencintainya. Lagi pula dia membenciku, tapi sejak di kapal itu, aku merasa sikap dia padaku sudah mulai berubah dan dia....." Alrico kembali mengingat ketika Marinela bertemu dengannya secara tidak sengaja di kapal pesiar beberapa hari yang lalu. Gadis itu nampak berbeda dari sebelumnya. "Alrico,"panggilnya. "Ah iya." "Apa yang sedang kamu lamunkan tadi?" "Tidak ada." "Bagaimana pertunjukkan violin Marinela tadi? Sayang aku tidak bisa hadir." "Sangat bagus. Para penonton sangat menyukainya." "Aku akan tidak ingin mencoba mengerti perasaanmu pada Marinela, karena aku tidak akan pernah menyerah untuk bisa mendapatkanmu, karena kamu adalah pria pertama yang membuatku jatuh cinta. Alrico, kamu adalah cinta pertamaku oleh sebab itu aku tidak menyerah. Kalau kamu ingin pergi dari sini, pergi saja. Aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini dan kamu tidak perlu mencemaskanku lagi. Mulai sekarang aku akan baik-baik saja." "Rhea...." "Aku bilang pergilah,"teriak Rhea sambil mendorong-dorong Alrico untuk keluar dari rumahnya. Untuk sementara ini aku tidak ingin bertemu denganmu dulu. Pergilah!" Rhea mulai meneteskan air matanya dan akhirnya Alrico pergi . "Lihat saja nanti. Aku pasti akan kembali mendapatkanmu. Aku tidak akan membiarkan kalian berdua hidup bahagia." Wajah Rhea mengeras dan kedua tangannya terkepal dengan kuat. Di depan pintu depan, Alrico bertemu dengan Baltazar Sarmiento, kakeknya Rhea. "Kamu mau pergi?" "Sepertinya keberadaanku di sini sudah tidak dibutuhkan lagi. Permisi!" Alrico akhirnya benar-benar meninggalkan rumah Sarmiento di Teneva. "Rhea, apa yang sudah terjadi?" "Tidak ada apa-apa. Aku sudah tidak butuh dia lagi saat inj. Hanya untuk saat ini saja, tapi aku akan mendapatkan Alrico lagi. Sebaiknya Kakek umumkan saja pembatalan pernikahanku dengan Alrico." "Apa kamu bilang? Aku tidak setuju dengan apa yang kamu katakan. Pokoknya aku tidak setuju,"katanya setengah berteriak. Rhea masuk ke dalam kamarnya tidak mendengarkan perkataan kakeknya. Setelah beberapa lama berdiam diri di kamar, Rhea menemui kakeknya di kamarnya. "Masuk! Ah rupanya kamu. Sekarang ada apa lagi?" "Pembatalan pernikahanku dengan Alrico tidak perlu Kakek umumkan ke publik. Biarkan saja tetap seperti ini." "Jadi kamu masih belum merubah pikiranmu tentang ini?" "Pikiranku tidak berubah, tapi aku mempunyai rencanaku sendiri, Percayalah padaku! Aku pasti akan mendapatkan Alrico lagi. Biarkan untuk saat ini dia bersama dengan gadis itu." Di wajahnya terulas sebuah senyuman jahat, lalu dia kembali ke kamarnya. Dia menuangkan wiski ke dalam gelas dan meminumnya. "Alrico, kamu adalah milikku. Aku tidak akan membiarkan Marina memilikimu lama-lama. Ha...ha...ha...ha....’’ *** Alrico tiba disebuah hotel mewah. Untuk sementara waktu dia akan tinggal di hotel selama beberapa hari. Dia menempati sebuah kamar presiden suite. Ia kemudian membersihkan dirinya dan setelah berpakaian lengkap dia duduk di sofa sambil menekan beberapa nomor telepon. "Selamat sore! Ada yang bisa saya bantu?" "Catalina, ini aku." "Mr. del Castellar, ternyata Anda. Ada yang bisa aku bantu? Tadi Anda terburu-buru pergi dari kantor." "Maaf. Tadi aku ditelepon oleh Kakeknya Rhea untuk segera menemui Rhea." "Saya mengerti." "Bisakah kamu mengantarkanku beberapa dokumen lagi kepadaku dan dokumen yang kamu berikan dua hari yang lalu sudah aku periksa dan ditanda tangani. Kamu bisa mengambilnya sekarang. Oh ya, sekarang aku ada di hotel." "Jadi Anda sekarang tinggal di hotel. Kenapa Anda tinggal di hotel tidak di rumah keluarga Anda?" "Kau ini kenapa bertanya tentang hal itu. Rumah keluargaku sedang direnovasi. Orang tuaku untuk sementara tinggal di Cartarbella. Sudah jangan bicara tentang itu. Sekarang kamu cepat kemari,"katanya dengan suara kesal. "Saya akan segera ke sana." Lalu Alrico memberikan nama hotel dan nomor kamar ia tinggal sekarang. Ia kemudian menikmati kopinya sambil membaca beberapa dokumen lainnya sambil menunggu kedatangan Catalina. Tidak lama terdengar bunyi bel kamar. Alrico segera membukakan pintunya. "Selamat sore!" "Masuklah!" "Kamar yang sangat bagus,"komentar Catalina. "Terima kasih." "Ini dokumen-dokumennya." Catalina meletakkannya di meja. "Berapa lama Anda akan tinggal di sini?" "Kalau itu aku belum tahu. Mungkin sampai rumah keluargaku selesai di renovasi." Alrico kembali mengambil cangkir kopinya. "Itu artinya Anda sudah membulatkan tekad untuk mengejar Marinela, bukan?" Alrico tersedak kopi. "Anda baik-baik saja?"tanyanya cemas. "Aku baik-baik saja. Kenapa kamu punya pemikiran seperti itu?" "Saya hanya menebak saja. Setelah Anda pulang berlayar, Anda langsung membatalkan pernikahan Anda dan saya yakin, pasti telah terjadi sesuatu di sana antara Anda dan Marinela, sehingga Anda berani mengambil keputusan ini." "Kamu memang sekretaris pintar sepertinya kamu tahu segalanya tenang masalahku dan Marinela . Aku tidak bisa menyembunyikan apa apun darimu." Catalina tersenyum. "Tentu saja karena aku sekretaris Anda. Jadi, kapan Anda akan bertemu dengan Marinela lagi untuk membicarakan masalah perasaan Anda?" "Aku tidak tahu. Aku ingin dia konsentrasi dalam latihan untuk pertunjukkan amal dulu." "Apa saya perlu mengatur jadwal pertemuan kalian?" "Itu tidak perlu. Aku akan menemuinya sendiri jika aku menginginkannya." "Baiklah terserah Anda. Sebaiknya saya segera pergi, karena saya tidak ingin menganggu Anda lagi. Oh ya sebaiknya Anda harus segera bertindak cepat, karena sainganmu untuk mendapatkan Marinela akan semakin banyak. Akan ada banyak pria yang akan menyukainya. Semoga hari Anda menyenangkan." Catalina tersenyum jahil dan wajah Alrico terlihat menegang. Alrico menghempaskan dirinya di sofa ketika Catalina sudah pergi. Pikiriannya kembali melayang pada Marinela. Dia membayangkan wajah gadis itu yang sedang tersenyum manis kepadanya. *** Selama beberapa hari ini, Alrico selalu menekan perasaannya untuk tidak bertemu dengan Marinela, tapi sekarang rasa sabarnya sudah habis dan dia segera pergi dari hotel menuju tempat latihan di mana Marinela sedang berlatih. Secara diam-diam Alrico mengintip latihan Marinela dari balik pintu dan wajahnya menegang saat dilihatnya gadis itu sedang bercengkerama sangat akrab dengan Chester. Ia ingin sekali menjauhkan Marinela dari pria itu, tapi saat ini dia tidak mungkin melakukan itu. Sekarang yang dapat dilakukannya adalah bersikap menahan diri agar tidak menganggu latihan mereka. Mr. Lane menyadari kalau Alrico sedang melihat secara diam-diam dibalik pintu. "Apa yang dia lakukan di sini?"gumamnya, tapi ia pura-pura tidak tahu dengan kedatangan Alrico. "Kalian berkumpullah,"teriak Mr. Lane. "Latihan hari ini cukup sampai di sini saja dan besok aku memberikan kalian liburan sehari." Suasana ruang latihan terdengar riuh. "Kalian boleh bubar sekarang." Alrico akhirnya pergi dari tempat latihan Marinela dan segera masuk ke dalam mobilnya, meskipun tidak bertemu secara langsung, ia sudah puas hanya dengan melihatnya dari kejauhan saja. Alrico tersentak kaget ketika ada seseorang yang tiba-tiba menyebrang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD