Lova menyungging senyum pada wanita paruh baya di depannya kini yang langsung memeluknya begitu melihat kedatangannya. Nyatanya mengurus pernikahan yang konsepnya intimate wedding saja tetap terasa melelahkan bagi Lova.
Atau dia merasa lelah karena ini adalah pernikahan yang tidak diinginkan?
“Sayang sudah makan siang belum? Mama juga meminta Galen ini untuk sekalian ikut fitting. Semoga dia bisa.” Ucap Ivanka membuat Lova hanya menggeleng sambil tersenyum.
“Makan dulu aja deh ya, sayang. Mama juga belum makan siang, sekalian sama Galen. Terus kita ke butik bersamaan. Yang terpenting wedding dress kalian dulu. Untuk keluarga bisa menyusul nanti, soalnya Tante juga masih menunggu kepulangan Valen dan yang lain. Ayo, kamu mau makan apa?” Tanya Ivanka yang kini menggandeng Lova untuk meninggalkan lobi hotel.
“Apa saja, Tante.”
“Ya sudah, Mama telepon Galen dulu ya. Mungkin dia ada ide.”
Lova hanya mengangguk kecil dan mengalihkan pandangannya ke jendela samping, walau telinganya masih mencuri dengar percakapan ibu dan anak itu yang menggelitik perutnya.
Jelas keluarga Alastair adalah keluarga cemara yang saling menyayangi dan melengkapi satu sama lain, berbeda dengan keluarganya yang sudah hancur. Bahkan di saat keluarganya masih menjadi keluarga cemara, keluarga cemara untuk kakanya maksudnya, Lova tetap tidak merasakan kehangatan keluarga itu.
“Tante … Bukankah Tante tau, Papa Lova memiliki dua istri. Jelas itu bukan sebuah reputasi yang bagus, dan seharusnya itu juga mempengaruhi anak-anaknya. Kenapa Tante tetap membiarkan putra Tante menikah dengan anak dari keluarga broken home? Apakah karena wanita yang akan menikah dengan anak tante adalah Lova yang memiliki masa lalu dengan Kak Galen? Dan apakah Tante tetap bisa menerima keadaan keluarga seperti itu jika bukan Lova yang menjadi istri Kak Galen?”
Lova masih mencoba mencari tahu isi hati Ivanka, kenapa semua orang mendukung keputusan Galen untuk menikahinya dan tidak mempertimbangkan sedikit pun perasaannya yang menolak pernikahan ini?
“Sayang, yang berantakan itu Papa kamu. Bukan putrinya. Kamu tidak memiliki salah dan andil apa pun atas apa yang dilakukan oleh orang tua. Tidak ada alasan Mama menolak kamu hanya karena latar belakang keluarga kamu, sedangkan apa yang terjadi pada orang tua kamu juga bukan keinginan kamu. Jangan banyak pikiran, Mama memilih kamu sebagai menantu karena itu kamu, sayang. Bukan yang lain.”
“Mungkin kurang tepat, Tante. Tante memilih Lova karena memang keadaan yang memaksa, karena Kak Galen harus bertanggung jawab padahal Lova sudah melepaskannya dari tanggung jawab. Dari awal Lova bukan pilihan, tapi paksaan atas keadaan.” Ucap Lova lagi dalam satu tarikan napasnya.
Dia kembali memalingkan wajahnya ke samping dan tidak lagi terdengar suara Ivanka yang meresponnya, namun Lova bisa merasakan usapan lembut di lengannya.
“Kita makan masakan padang ya? Galen dan Elodie juga sudah dalam perjalanan ke sana. Mungkin Elodie nanti ikut fitting juga.” Ucap Ivanka yang tanpa diketahuinya membuat Lova menahan napasnya untuk sesaat.
“Iya, Tan.”
Mereka tiba di salah satu restoran padang terkenal yang ada di salah satu pusat perbelanjaan. Ivanka melambaikan tangannya pada dua anaknya saat melihat mereka.
Genggaman tangannya pada Lova tidak terlepas dan terasa hangat bagi Lova, namun wanita itu tidak ingin terlena. Tidak ingin terlalu jauh menggunakan hatinya untuk orang-orang di sekitarnya.
Lova bisa melihat dengan jelas wajah Galen yang tampak datar saat menatap ke arahnya dan langsung berubah saat menatap ke arah mamanya, pun dengan Elodie yang memberikan tatapan nyalang penuh kebencian padanya saat Galen dan Ivanka sedang berbincang singkat.
“Sini duduk, sayang. Kok berdiri aja, si.” Ivanka kembali menarik lembut Lova untuk duduk di sampingnya, berhadapan dengan Galen.
Berbagai masakan padang telah memenuhi meja mereka, lengkap dengan nasi masing-masing di depan mereka. Lova menahan napasnya dalam diam, memperhatikan semua makanan yang pantang dia makan karena GERD-nya, bersantan, berlemak dan sambal. Tidak ada yang ditumis kecuali lalapan sayur daun singkong.
“Ayo dimakan, sayang. Dulu kan kamu suka banget sama masakan padang. Galen yang cerita kalian sering makan padang setiap pulang rapat OSIS.” Ivanka mengambil dendeng batoko dan paru sapi untuknya sendiri.
Lova yang mendengar itu hanya mendesah dalam hati, dulu bahkan sampai sekarang dia juga sangat menyukainya, namun jika dia nekat memakannya dia harus menderita setelahnya.
“Tidak usah membahas masa lalu, Ma!” Galen dengan nada datarnya memperingatkan, membuat Ivanka hanya terkekeh kecil.
Tatapannya bertemu dengan Galen yang juga tengah menatapnya nyalang, mungkin pria itu masih kesal dengan kejadian semalam, namun Lova tidak peduli.
Lova pada akhirnya hanya mengambil telur dadar dan ayam bakar tanpa sambal. Sedang Galen mengambil ayam gulai dan rendang, lengkap dengan sambal dan lalapannya, pun dengan Elodie yang mengikuti apa yang Galen ambil. Sama persis, seperti kebiasaan wanita itu sejak dulu. Menyamakan apapun pilihan Galen dalam berbagai hal.
“Sayang … Kok cuma makan itu. Ini rendangnya loh. Sama ayam pop-nya.” Ucap Ivanka menatapnya bingung, sudah mendekatkan beberapa piring lauk ke arah Lova, namun Lova langsung menggeleng sambil tersenyum.
“Nanti jika Lova kurang Lova ambil sendiri, Tante. Lova habiskan ini dulu.”
“Ya sudah. Sambalnya, sayang?”
“Tidak usah, Tante. Lova sedang tidak ingin makan pedas.” Ucap Lova yang sesungguhnya sudah kehilangan selera sejak masuk ke restoran padang itu, bukan karena menunya, tapi dengan siapa dia makan.
“Ikut kami fitting ya, Len?” Pinta Ivanka di tengah-tengah makan mereka.
“Ma! Tidak mungkin! Galen masih memiliki beberapa meeting sampai sore. Besok minggu saja Galen fitting dengan keluarga kita yang lain juga!” Ucap Galen dengan santai.
Oke! Ucapan Galen sungguh mengesalkan Lova, pria itu memojokkannya dan membuatnya terlihat seperti mempelai yang tidak diinginkan! Walau kenyataannya memang seperti itu!
“Ih! Kamu ini! Tunda dulu lah satu jam! Masa ngga bisa?!”
Ivanka terlihat tetap memaksa, hal itu membuat Elodie diam-diam bersungut dalam hati.
“Tidak bisa, Ma. Ada meeting dengan client penting.”
“Ck, kamu ini!” Ivanka akhirnya menyerah, dia melirik ke arah Lova yang tetap tenang menikmati makanannya, dan membuatnya menghela napas sekali lagi.
“Berarti minggu Elodie juga ikut Kak Galen sekalian fitting ya, Ma? Katanya Kak Valen dan Shanum pulang minggu depan?”
“Iya, boleh, El. Nanti diatur aja. Hari ini biar Mama dan Lova yang fitting baju dulu.”
“Tapi apa ngga aneh, Ma? Kan yang nikah Kak Galen, masa fitting bajunya bukan sama mempelainya malah sama El? Nanti dikira El lagi yang jadi mempelainya.” Ucap Elodie dengan kekehan yang ringan, membuat Ivanka hanya tersenyum tipis dan menggeleng, sekali lagi melirik ke arah Lova yang tetap terlihat tenang. Sangat tenang malahan.
“Atau Lova mau fitting hari minggu aja, sayang? Biar kita bisa langsung fitting sama-sama, Papa juga kemungkinan bisanya hari minggu.”
Ivanka terlihat menawarkan pilihan, mendengar itu membuat Elodie memutar bola matanya jengah.
“Tapi Tante sudah janji dengan designer-nya kan? Apa tidak masalah membatalkan janji? Lova pikir beliau juga sibuk kan? Tidak masalah Lova fitting hari ini, Tante. Tidak ada bedanya. Hari minggu juga Lova sudah ada rencana.”
“Rencana apa, sayang?” Ivanka yang bertanya namun Galen terlihat mencuri pandang dan memasang telinganya untuk mendengar jawaban Lova.
“Bukan hal yang penting, Tante.” Lova hanya tersenyum, memberikan jawaban yang sebenarnya tidak menjawab pertanyaan mama mertuanya itu, membuat Ivanka akhirnya tersenyum dan mengangguk, tidak ingin memaksa Lova untuk menjelaskan urusannya.
***
“Oh, jadi ini wanita murahaan yang sudah tidur dengan keturunan Alastair? Merasa dirinya suci dan terlihat menjaga diri namun tetap saja mengangkang untuk pria lain.”
Suara itu menghentikan Lova yang baru saja keluar dari minimarket. Dia melihat Qais yang tatapannya kini sangat berbeda, tidak ada tatapan lembut apalagi cinta.
Yang ada tatapan dendam dan amarah, penuh kebecian dan sakit hati. Sudah pasti pria itu mengetahui semua yang terjadi pada dirinya dari si Vina. Tidak diragukan lagi!
“Kita sudah putus, Kak. Urusanku bukanlah menjadi urusanmu! Kamu yang selingkuh lebih dulu dan tidak lebih dari penjahat kelamin!” Desis Lova memberikan tatapan tajam dan jengahnya.
“Oh jelas! Penjahat kelamin ini sedang mencari korban. Sudah dua tahun aku menahan diriku dan berusaha menjaga kamu dengan sebaik-baiknya, namun ternyata kamu memang sudah rusak! Jelas aku tidak ingin rugi! Aku harus memakaimu dan merasakan kamu! Dahagaku harus dibayar tuntas hari ini! Ikut!”
Qais tanpa aba-aba langsung menarik Lova dengan kuat, membuat Lova langsung meronta dan berteriak, namun secepat kilat Qais langsung membekap mulutnya dan mendorong Lova untuk masuk ke mobilnya, sehingga tidak ada kesempatan bagi Lova untuk melarikan diri.
Mobil melaju dengan begitu cepat membawa Lova yang terlihat histeris dan panik meminta untuk diturunkan.
“Berhenti, Kak! Berhenti! Lepaskan aku!” Teriak Lova dengan sekuat tenaga, namun yang dia dengar justru hanya tawa laknat Qais yang terdengar mengerikan.
“Tidak akan bisa! Kita harus bercinta sampai kamu tidak bisa jalan! Itu bayaran atas dua tahun kamu membuang waktuku!” Teriak Qais tidak kalah lantang, membuat Lova semakin panik. Dia mencari sesuatu untuk bisa memecahkan kaca mobil yang sedang melaju itu.
Dia tidak menggunakan heels dan kaca mobil itu juga tidak bisa dibuka karena Qais sudah menguncinya.
“Bangsatt kamu!” Teriak Lova dengan kemarahan yang memuncak, namun Qais justru tertawa semakin lantang dan merasa menang.
Dia membuka laci dashboard mobil namun tidak menemukan apapun, dan itu membuat Qais tertawa semakin keras.
Otaknya mencoba untuk berpikir keras, membuat Lova langsung teringat sesuatu, dia menarik sandaran kursi mobil yang memiliki besi di kedua ujung sisinya, tanpa kata dia mencoba memecahkan kaca samping mobil sambil melihat keadaan sekitar. Takut jika kacanya justru melukai pengendara yang lain.
Tawa pongah Qais berubah menjadi kepanikan saat dia melihat Lova telah berhasil memecahkan kaca mobil itu.
“Sialan kamu, Lova!” Teriak Qais begitu kalap.
“Jika kamu tidak menghentikan mobil ini. Aku akan loncat sekarang juga.” Ucap Lova dengan penuh ancaman, membuat Qais justru kembali tertawa pongah dan tidak peduli.
“Loncat dan mati saja kamu!” Teriak Qais dan detik berikutnya, tanpa pikir panjang Lova benar-benar loncat melalui kaca mobil itu dengan sedikit kesusahan namun berhasil.
“Bajingannn!” Teriak Qais saat melihat Lova benar-benar nekat dan membuatnya menabrak mobil di depannya pada akhirnya, suasana jalanan itu berubah menjadi kacau.