Kecelakan

1167 Words
"Serangan jantung, Kak? sejak kapan? bukankan ibu baik-baik saja selama ini" Tanya andin yang tidak percaya atas ucapan kakaknya. Raisa ragu untuk mengatakannya " Sebenarnya jantung ibu sangat lemah, Ndin. Ibu sengaja menyembunyikannya selama ini dari kita, agar kita tidak mengkhawatirkannya," Jawab Raisa dengan mata yang sudah berembun. Sungguh ia tidak tega melihat keadaan ibunya seperti itu. Tidak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruangan ibu Raisa, ia berjalan menghampiri Raisa dan Andin. "Apa kalian keluarga dari Ibu Yanti?" Tanya dokter yang bername tag Angga tersebut. "iya, Dokter! Kami adalah anaknya" Jawab Andin lalu berdiri menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana keaadaan ibu saya, Dok? Tanya Raisa dengan cemas. Dokter Angga melirik Andin lalu mengalihkan pandangan ke arah Raisa "Silah keruangan saya, ada hal yang ingin saya bicarakan dengan anda, Nona!" Dokter Angga berjalan meninggalkan Raisa. "Kamu tunggu disini sebentar ya, Ndin, nanti kakak akan balik lagi kesini" Ucap Raisa pada Adiknya. "Iya, Kakak" Raisa segera melangkahkan kakinya pergi mengikuti dokter Angga ke ruangannya. "Silahkan duduk, dengan Nona siapa?" Tanya Angga setelah sampai di ruangannya. "Nama saya Raisa, Dok." "Kondisi ibu kamu sangatlah buruk, Raisa! Kalau tidak segera di lakukan pencangkokkan Jantung, ibu kamu tidak akan bertahan lama karena keadaannya tidak memungkinkan lagi untuk di lakukan perawatan biasa." Raisa tertegun mendengar penuturan Angga. "Apa tidak ada lagi cara lain dokter, apakah tidak bisa di sembuhkan dengan obat?" Ucap Raisa "Maaf, Raisa! tapi kondisi ibu kamu benar-benar sangat memprihatikan, saya sarankan segeralah lakukan operasi pencangkokkan jantung. Atau-" "Atau apa, Dokrer? Potong Raisa yang sudah kalut, sungguh Raisa sudah berada di titik terendahnya saat ini. "Atau nyawa ibumu tidak bisa di selamatkan lagi, saya harap kamu mengerti akan resikonya jika kamu terus mempertahan kondisi ibu Yanti yang seperti ini" Ucap Dokter Angga kepada Raisa. Raisa tidak sanggup lagi membendung air matanya, separah itukah kondisi ibunya? sehingga tidak ada lagi cara lain selain operasi. Raisa mengusap kasar wajahnya. "Kalau boleh tahu, pencangkokkan jantung berapa biaya nya, Dokter? "untuk biaya memanglah sangat besar, Sa! kira-kira 200 juta atau bahkan lebih." Jawab dokter Angga. Mulut Raisa ternganga lebar mendengar apa yang di sampaikan dokter tampan tersebut. "Se-sebanyak itu, Dokter? Tanya Raisa tidak percaya. Dokter Angga menganggukan kepalanya. "Biayanya memang sangat besar, karena kita akan melakukan pergantian jatung yang telah rusak dengan jantung yang masih sehat. Dan operasi ini adalah operasi besar yang akan melibatkan banyak dokter, Raisa." Ucap dokter Angga menjelaskan panjang lebar kepada Raisa. "Baiklah, Dok! akan saya pikiran dulu. Kalau begitu saua permisi dulua" Ucap gadis itu dengan sopan. Raisa segera meninggalkan ruangan dokter Angga. Dia segera kembali ke ruang inap ibunya. Di dalam ruangan, Terlihat seorang wanita paruh baya terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dengan jarum infus yang menancap ditangannya. tidak lupa pula slang oksigen yang terpasang di dalam hidung mancungya. Raisa berjalan mendekati ranjang ibunya, hatinya sungguh pedih melihat malaikat tak bersayapnya terbaring lemah. Dengan lembut, Raisa menggengam tangan ibunya. "Ibu, ibu yang kuat ya! Ibu harus bertahan, apapun akan Raisa lakukan agar ibu kembali sehat. Hiks hiks hiks, Maafkan Raisa, Ibu!" Akhirnya tangis rasa pecah juga, dengan bahu yang bergetar terdengar isakan tangis yang begitu memilukan. Andin memeluk Raisa, lalu sebelah tangannya mengusap lembut punggung kakaknya itu. Merasa cukup tenang, Raisa melerai pelukannya, lalu meghapus kasar air mata di wajahnya. "Apa kata dokter kak? Tanya Andin dengan harap cemas.. "Kata dokter, Ibu harus segera melakukan operasi pencangkokkan jantung. karena jangung ibu sudah tidak bisa lagi berfungsi dengan baik." Ucap Raisa sendu. "Ha? Operasi jantung? Apa tidak ada lagi cara lain kak. biaya Operasi jantung kan mahal, bagaimana ini, Kak?" Ujar Andin. "Kamu tenang aja, Ndin. biar kakak saja yang mikirin tu, Tugas kamu hanya sekolah yang baik agar jadi orang sukses dan jagain ibu, Ya!" Ucap Raisa memberi pengertian kepada sang adik. setelah mengatakan itu Raisa melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari ruangan tersebut. Tanpa ia sadari sedari tadi ada sepasang telinga yang sedang yag tidak sengaja mendengarkan percakapannya itu. Pria tersebut diam-diam mengikuti Raisa. Setelah keluar dari umah sakit, Raisa memesan ojek online dengan tujuan kerumah Bibinya. ***** Tok Tok Tok... Beberapa kali Raisa mencoba mengetuk pintu rumah bibinya dari luar, namun belum ada yang membukakan. Raisa mencoba mengintip dari celah jendela kaca, ia tidak menemukan siapapun dari dalam rumah. "Bibi kemana ya?" Gumam Raisa sambil mendesah pelan. Tiga Puluh menit sudah berlalu, namun Raisa belum mendapati tanda-tanda bibinya pulang. Kepala Raisa tertunduk dengan mata mengerling, ia benar-benar bingung mencari pinjaman dengan jumlah yang tidak sedikit itu. Bahkan jika ia menggadaikan rumahnya belum tentu dapat pinjaman sebegitu banyak. Raisa berjalan dengan langkah gontai meninggalkan rumah Bibinya, ia berjalan menyusuri jalan ibu kota. Raisa berjalan dengan tatapan kosang dengan pikiran yang entah kemana. karena asik melamun dan tidak memperhatikan jalan, langkah kaki Raisa makin lama makin ketengah jalan. Bugh.. Aaaaakkh... Raisa berteriak, sebuah mobil tidak sengaja menabrak tubuh ringkihnya. Ia pun terpental kesisi jalan. Gadis cantik itu merasakan sakit pada seluruh tubuhnya. Ia menyeret kakinya dan mencoba untuk duduk namun tubuhnya terasa remuk. pengemudi yang menabrak Raisa keluar dari mobilnya dengan perasaan kesal. "Kalau mau bunuh diri jangan disini! bikin orang celaka saja" gerutu sang pengemudi. Bukannya minta maaf sang pengemudi malah memaki maki Raisa yang masih merintih menahan kesakitan di sekujur tubuhnya. "Maafkan saya, Pak" Ucapa Raisa dengan mata yang betkaca-kaca karna menahan sakit." "Maaf-maaf, lihat nih mobil saya jadi lecet gara-gara kamu!" Teriak pemudi itu kepada Anna sambil memukul degan mobilnya yang sedikit ringsek karena mengenai tubuh Raisa. Raisa menundukkan kepalanya, air matanya mulai berjatuhan, satu tangannya menutup luka pada lututnya agar tidak mengeluarkan darah. sebuah mobil sport mewah berhenti di depan Raisa, telihat serang pria tampan rupawan dengan tubuh tegap keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah Raisa. Pria tersebut berhenti tepat didepan Raisa. Raisa yang melihat kaki seseorang di hadapannya langsung mendongakkan kepalanya keatas, netra coklat Raisa bertemu dengan Netra abu-abu Bara. Pria yang baru saja keluar dari mobil mewahnya adalah Bara sang CEO Smith Company. Tanpa aba-aba Bara langsung mengangkat tubuh langsing Raisa ala bridal style. Saking terkejutnya Raisa tidak bereaksi sama sekali, Gadis cantik menetap Bara dengan tidak percaya. Saat hendak membawa Raisa, langkah Bara di hentikan oleh suara pengemudi yang menabrak Raisa. "Mau kau bawa kemana gadis ini? dia harus bertanggung jawab atas mobil ku!" Teriak pria tersebut yang sangat jengkel melihat Bara melewatinya. Bara menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan seraya berkata dan menatap pengemudi itu dingin dengan mata elangnya. "Kau bisa ku tuntut karena telah menelantarkan korbanmu" Ucap Bara dingin dan berlalu pergi menuju mobilnya. dengan hati-hati Bara mendudukan Raisa di kursi depan. "Awww, Sssttt" Ringis Raisa karena lututnya berbenturan dengan dasbor mobil. Mendengar rintihan raisa, Bara langsung menekan tombol disamping kursi untuk mengatur posisi yang tadinya duduk menjadi rebah agar bersandar kebelakang. Bara melirik Raisa yang masih shock, " Tahan sebentar! Kita ke rumah sakit sekarang!" Ucap Bara "Iya, Terima kasih banyak, Om Jawab Raisa, tubuh Raisa benar-benar terasa remuk dan lemah, ia mencoba memejamkan matanya agar tidak terlalu meraskan sakit pada tubuhnya. Bara menghidupkan mesin mobilnya, setelah itu ia melajukan kereta besinya membelah jalan raya menuju rumah sakit terdekat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD