Wanita bayaran

1211 Words
Bara kembali menatap intens netra coklat Raisa dengan tatapan lapar. Sungguh ia sudah tidak tahan, apalagi dirinya sudah terpengaruh oleh obat tadi. Pria itu kembali meraup bibir seksi Raisa, ia menerobos masuk kedalam rongga mulutnya, dan menyatukan lidah mereka. Raisa mengalungkan kedua tangannya pada leher Bara. "Ahhh ..." Raisa kembali mendesah saat tabgan Bara bermain di balik lingerienya. Kreeekk ... Bara merobek lingerie yang dipakai Raisa, lalu melemperkannya kesembarang arah. Kemudian Pria itu juga merobek G-string gadis itu hingga tidak berbentuk. Bara melepaskan ciumannya, lalu menatap tubuk polos Raisa dengan tatapan memuja. ia juga melepaskan boxer yang melekat pada tubuhnya. Sekarang tubuh mereka sama-sama full naked. "Ahhh ..." Lenguhan demi lenguhan kembali terdengar saat Bara menjamah tiap inci tubuh Raisa, tidak lupa pula ia meninggalkan beberapa jejak mahakarnya pada tubuh polos gadis itu. Dan tibalah puncak yang di tunggu-tunggu. Bara berusaha menempatkan miliknya tepat dibibir bawah Raisa. Dengan perlahan ia mencoba memasukan belalai panjang itu dengan sangat pelan. Namun tanpa di duga belalai tersebut meleset kesamping. Kedua tangan Raisa meremas kain seprai dengan kuat, ia merasakan ada sesuatu yang akan menerobos pada miliknya dibawah sana. Sementara Bara masih berusaha untuk membobol gawang milik istrinya, ia begitu kesusahan untuk membuka lembah yang masih bersegel itu. Ini adalah kali pertama ia mencoba memerawani seorang gadis yang berstatus istrinya. Dulu dengan Erlin istri pertamanya, Bara tidak kesusahan untuk memasukan belalai panjangnya karena Erlin memang sudah tidak perawan lagi. Berbeda dengan Raisa istri mudanya, Bara harus bekerja keras untuk membuka pintu surga dunia itu. Pada percobaan ketiga, Bara menghentakkan kuat pinggulnya. Blesssh .... "Aaaaaaaakhh ... Sa-sakit Mas! Hiks... hiks..." Sungguh Tubuh Raisa bagaikan dibelah dua saat Bara menerobos pertahannya yang selama ini ia jaga selama dua puluh satu tahun. "Tahan sebentar! Awalnya memang sangat sakit, nanti juga akan terbiasa" Ucap Bara. Ia mendiamkan pusaka besarnya dibawah sana. Ia memberi waktu untuk Raisa agar terbiasa menerima benda asing yang menerobos pertahanannya. Cup, Bara melumat bibir Raisa agar sedikit rileks, lalu menyapu belakang telianganya untuk mengalihkan rasa sakit dibawah sana. Karena Raisa sudah merasa tenang. Bara menarik pusakanya dari lembah Raisa, ia melihat Batang pusakanya itu terdapat bercak darah yang merupakan darah perawan Raisa. "Masih perawan" Ucap Bara dalam hati. Tanpa sadar ia menyunggingkan senyuman. Ia cukup berbangga diri karena istri mudanya masih perawan. ia pun seperti memenangkan sebuah tender besar. Dengan sangat perlahan namun pasti, Bara menggerakan pinggulnya. Membuat Raisa meringis esakitan, namun Bara tidak menghiraukannya. "Sssst... Sakit" Raisa masih merengek karena rasanya benar-benar sakit dan terasa sangat panas sekali. "Sabarlah, sebentar lagi kamu akan mendesah menjerit-jerit" Ucap Bara. Lalu tangannya mulai memainkan payu dara Raisa dengan lembut. Bara memejamkan matanya, sungguh belalai panjangnya seperti terjepit ditempat yang begitu sempit, rasanya pun benar-benar mengigit dan legit. "Ahhh..." Bara mendesah dengan mata terpejam, sungguh selama bertahun-tahun ia melakukan hubungan suami istri dengan Erlin tidak pernah seenak ini, bahkan ia merasakan punya Erlin tidak sanggup menjepit belalai besarnya. Berbeda dengan Raisa, ia merasa seperti di urut di bawah sana. "Mas ... aku pengen pipis! Please hentikan dulu! aku sudah tidah tahan lagi..." Ucap Raisa dengan wajah memohon. "Keluarkanlah sayang! Ucap Bara tanpa sadar memanggil Raisa dengan sebutan sayang. "Ta-tapi... Aku sudah tidak kuat ! Aahhhh..." Raisa melolong panjang, ia merasakan ada sesuatu yang meledak dibawah sana. Bara menghentikan pinggulnya, ia dapat merasakan cairan hangat dibawah sana, setelah itu ia kembali menghujam dengan gerakan cepat. Raisa yang masih kelelahan akibat pelepasan pertamanya hanya bisa pasrah saat suami kontraknya itu menghujamnya dengan sangat cepat. Satu jam kemudian, terdengar lenguhan panjang dari mulut Bara. "Ahhhhh... Uhhh..." Bara melakukan pelepasan pertamanya, Cairan kental itu memenuhi dinding rahim Raisa bahkan saking banyaknya meleber sampai ke pangkal paha gadis itu. Tiga puluh menit kemudian Bara kembali melakukan olahraga malamnya. Beberapa kali ia melakukan pelepasan dengan berbagai gaya. Bahkan setelah Raisa setengah sadarpun Bara tetap menghujamnya tanpa ampun. Karena pengaruh obat kuat yang diminumnya, ia menuntaskannya sampai pagi saat suara adzan sudah berkumandang Bara baru menghentikan aksinya. Setelah selesai, Bara membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Kemudian meninggalkan Raisa sendirian dalam keadaan menggenaskan. Bara melajukan mobilnya pulang kerumah istri sahnya. Baginya tempat pulangnya hanyalah dirumahnya, rumah yang ia tempati dengan Erlin selama tujuh tahun ini. Bagaimana dengan Raisa? Ya walaupun ia sudah melakukan hubungan badan dengan Raisa bukan berarti ia mengakui bahwa gadis itu adalah istrinya. Ia hanyalah wadah penampung benih baginya. Memang terdengar kejam dan tidak manusiawi, Tapi inilah Bara, seorang pria oragan yang super dingin. ** Kilau matahari pagi masuk melalui celah-celah ventilasi kamar yang di tempati seorah Raisa Gadis cantik yang barusaja terenggut kesuciannya. Karena merasa terganggu dengan cahaya yang menyentuk wajahnya, Gadis itu perlahan membuka matanya. Ia masih menyesuaikan cahaya yang masih kepupil matanya. "Hoooaaam" Raisa menguap, karena masih mengantuk. Ia merasakan remuk di semua bagian badannya tanpa terkecuali. Perlaham kesadarannya pun mulai pulih, Raisa masih betan meringkuk diatas ranjang yang sudah tidak berbentuk lagi. Rongga hidungnya menangkap bau yang tidak sedap dari atas kasurnya. Bau tersebut juga berasal dari hasil pergulatan panas semalam. "Huwwekk ... Huweeekk" Raisa yang belum terbiasa, merasa asing dengan bau dari kasurnya. Gadis itu berusaha turun dari atas kasurnya. "Auuuu" Rintih Raisa kala ia merasakan sakit di pangkal pahanya. Gadis itu baru ingat kalau semalam Bara telah menggempurnya habis-habisan hingga nyaris pingsan. "Aduh, sakit sekali!" Ucap Raisa. Detik kemudian ia tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. "Sungguh malang sekali hidupku ini, sudah dipakai lalu ditinggalkan begitu saja! Ah, aku hampir lupa kalau aku hanyalah wanita bayaran" Ia kembali tertawa sambil menangis. Ia menangisi takdirnya yang begitu buruk. Miris, itulah kata yang cocok untuk dirinya, pikir Raisa. Dengan mengabaikan rasa sakit dan remuk di tubuhnya, ia menyeret paksa langkah kakinya kekamar mandi. Setibanya di kamar mandi, ia berdiri dibawah Shower, lalu mengguyur seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian ia menumpahkan seluruh sabun cair pada tubuhnya, lalu menggosok-gosok dengan kasar seolah badanya begitu kotor. Ia sendiri jijik dengan tubuhnya yang dijamah oleh pria yang membelinya. Raisa mengosok-gosok tubuhnya dengan kasar sehingga memunculkan kemerahan pada kulitnya. ia tidak menghiraukan sakit akibat gosokan tersebut. Satu jam kemudian ia meyudahi ritual mandinya, ia keluar menggunakan handuk sebatas d**a. Lalu Raisa berdiri di depan cermin besar. Kemudian melepaskan handuk yang melekat lada tubuhnya. Sekarang terpampanglah tubuh polosnya di depan cermin tersebut. "Astaga! ada apa dengan tubuh aku ini? Kenapa semuanya merah-merah! Dasar Om Tua, Kau meninggalkan banyak bekas pada tubuh ku ini! setelah puas kau pergi meninggalkanku begitu saja!" Umpat Raisa dengan kesal. Lalu ia berjalan menuju sebuah lemari besar. Saat membuka lemari tersebut Raisa sangat terkejut melihat banyak pakaian wanita yang masih berlabel. Dan di sebelahnya juga banyak pakaian dalam dengan berbagai jenis. "Waow! Banyak sekali pakian disini, ini pasti sangat mahal. Aduh, aku harus pilih yang mana ya? Apa tidak ada pakaian yang biasa saja?" Oceh Raisa. Ia takut menggunakan pakaian tersebut, apalagi harga selangit. "Lebih baik, aku memilih yang paling murah saja, aku tidak mau sampai Om tua itu marah karena telah lancang mengambil pakainnya" Ucap Raisa. Akhirnya Raisa memilih sebuah Dress yang yang bertali spageti dengan panjang selutut. dibagian dadanya terdapat pita besar. sehingga membuat Dress tersebut sangat cantik saat di pakainnya. Setelah memakai dress tersebut, Raisa mematut-matut dirinya di depan cermin, masih sangat terlihat disana lehernya yang belang bagai Zebra. "Aku harap tadi malam adalah yang pertama dan terakhir" Ucap Raisa. Ia mengelus perut ratanya. "Cepatlah hadir di perutku!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD