Suara Meresahkan di Kamar Tamu
Bab 7 : Notifikasi CCTV
Saat jam menunjuk ke arah 01.25, barulah semua pekerjaanku rampung. Akhirnya bisa bernapas dengan tenang juga. Besok pagi tinggal menyerahkan laporan ini saja, dan aku bisa pulang siang ke rumah.
“Bro, udah selesai?” sapa Hilman saat aku keluar dari ruangan.
“Alhamdulillah,” jawabku lega. “Kamu juga lembur dan udah selesai?”
“Iya dan udah selesai juga. Sama, kayak kamu juga, besok Pak Sofian minta laporan kerusakan beberapa alat berat dan minta rincian biaya perawatan,” jawab Hilman sambil menuruni anak tangga.
“Kamu langsung pulang atau mau nginap di mes?” tanyaku lagi.
“Nginap di mes aja deh kayaknya, nggak kuat mau pulang, takut ditumpangi Nyi Kunti di tengah jalan.” Dia terkekeh. "Eh, gimana kalau kita mampir ke kafe saja dulu? Refresing, Bro, ngejus sambil karoke, seru tuh .... "
Belum sempat aku mengiyakan, tapi Hilman sudah menarik tanganku untuk menyeberang ke depan, menuju kafe yang berada tepat di depan mes.
Tiba-tiba, ada notifikasi dari sambungan CCTV di kamar tamu. Aku jadi penasaran. Akan tetapi, lagi-lagi Hilman sudah menarikku masuk ke dalam ruangan karoke dengan lampu yang bikin sakit mata. Ah, ya sudah, tunggu udah pulang ke mes aja baru kulihat hasil rekaman itu.
Kuhela napas panjang, lalu duduk di sofa. Beberapa wanita masuk ke dalam ruangan kami dan menanyakan pesanan minuman. Aku pesan cappucino saja, biar nggak ngantuk. Hmm ... Dasar Hilman, dia nggak cuma pesan minuman saja, tapi juga pesan wanita untuk menemani kami di sini.
"Kamu aja, Hil, aku cukup pesan cappucino saja," ujarku sambil berpindah tempat duduk karena seorang wanita berpakaian serba kekurangan bahan menyerempet di sampingku.
Hilman terkekeh dan melambai wanita dengan rok mini biru itu. Kini dia diapit oleh dua wanita. Aku hanya menghela napas melihat tabiat temanku itu. Wajar dia masih betah jomlo, senggolannya banyak rupanya. Untunglah Vika tak tertarik kepada pria yang wajahnya mirip Ariel mantan Luna Maya itu, kasihan dia kalau dapat laki-laki hidung belang kayak Hilman.
Sumpah, pikiranku tak tenang berada di sini, walau dua lagu telah kulantunkan. Sedangkan Hilman, hanya kedoknya saja ngajak karokean, sekarang dia malah ngamar ama dua wanita itu. Astaghfirullahal'adzim.
Setelah membayar ke kasir, aku bergegas keluar dari tempat m***m ini. Aku seorang pria beristri dengan keluarga bahagia, jadi tak pantas lama-lama aku berada di sini.
***
Saat tiba di mes, mataku terasa sudah sangat berat. Dengan menahan kantuk, kusetel alarm pukul 07.00, agar tak kesiangan lagi karena sekarang sudah pukul 03.00. Aku hanya punya waktu untuk tidur empat jam saja, lumayanlah untuk menghilangkan penat.
Rasanya belum lama mata ini terpejam, alarm ponselku sudah berdering nyaring. Mau tak mau, aku bangun juga. Ah, lagi-lagi aku absen sholat subuh. Ampuni aku, Tuhan.
Pukul 08.00, aku telah tiba di kantor. Hari ini kantor sepi karena libur, hanya karyawan yang lembur saja yang masuk.
Aku segera masuk ke ruangan kerja dan mengambil satu bundel laporan yang sudah kuprint tadi malam. Semoga tak ada masalah agar aku bisa segera pulang. Aku sudah kangen rumah, kangen anak-anakku juga istriku yang cantik.
"Terima kasih, Pak Raditya, kamu memang karyawan andalan saya. Laporan bulanan selalu tepat waktu, pertahankan terus kinerja kamu. Bulan depan kamu akan dapat promosi jabatan. Bonus bulan ini akan saya berikan hari senin, ya." Pria bertubuh gemuk dengan kulit cokelat itu tersenyum puas.
Aku ikut tersenyum dengan pujiannya, siapapun pasti senang jika bisa menjadi kebanggaan bosnya. Hmm ... Bulan depan juga bakal dapat promosi, bahagia sekali rasanya.
Setelah berbasa-basi kurang lebih setengah jam, aku pamit keluar dari ruangan Pak Sofian. Aku akan berkemas untuk pulang ke rumah.
Di loby kantor, aku berpapasan dengan Vika. Dia terlihat melempar senyum kepadaku, aku hanya menganggukkan kepala. Tumben sekali dia terlihat bersahabat akhir-akhir ini, biasanya juga selalu sangar. Ah, ya sudahlah, dia tidak penting.
Kupercepat langsung untuk menuju ke mes, aku akan berkemas dulu, pakaian kotor akan kubawa pulang dan dicuci di rumah saja. Di kepalaku hanya ada pikiran ingin cepat sampai ke rumah dan berkumpul dengan keluarga tersayang.
Beberapa saat kemudian, aku sudah berada di mobil dengan arah pulang. Perasaanku rasanya begitu riang hari ini walau mata sebelah kiri terasa berkedut-kedut. Aku sedikit terusik dengan pelipis mata yang bergerak dengan sendiri ini. Apa yang akan terjadi, ya? Menurut mitos, kata ibu sih, kalau nggak salah ... Kalau kedutan mata kiri berarti akan menangis atau juga akan bertengkar dengan seseorang, intinya akan tertimpa masalah atau musibah. Masa iya? Ah, itu cuma mitos, di tahun 2020 ini semua pakai logika. Nggak ada hubungannya dengan kedutatan mata kalau bakal ada masalah pun.
Sebelum tiba di rumah, aku sengaja mampir di toko kue untuk beli oleh-oleh buat anak-anak. Istriku itu hanya pandai masak saja dan nggak pandai bikin kue, sedang Arsha dan Arka paling suka sama brownis dan donat aneka topping. Walau bagaimana pun, tempat ternyaman hanya rumah dan hal yang paling membahagiakan yaitu bisa berkumpul dengan anak dan istri.
Aku sudah tak sabar menikmati weekend dengan anak dan istri. Dua hari menginap di mes sudah membuatku rindu akan mereka.
Bersambung ....