Part 35 : Lagi-lagi Chandra Cemburu

1644 Words
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Jessica, karena hari ini ia tidak memiliki jadwal flight yang artinya seharian ini ia bisa rebahan sepanjang hari di kamarnya. Sepanjang terjebak di tubuh Jessica, hobi baru Devan adalah rebahan. Bahkan pernah saat ia mendapat jatah libur, seharian ia hanya rebahan di dalam kamarnya sembari menonton film action. Padahal sewaktu masih berada dalam tubuh aslinya, Devan jarang sekali betah berlama-lama di kamar atau di dalam rumah. Hobinya adalah menjalani aktivitas di luar rumah. Dulu 'kan Devan badboy. Pokoknya selama Devan terjebak dalam tubuh Jessica, ia menjadi menyukai aktivitas yang sering dilakukan oleh para kaum hawa, kecuali shopping, nyalon, atau bergosip. Namun sepertinya rencana yang telah disusun Jessica untuk hari ini harus batal lantaran tiba-tiba saja ia mendapatkan pesan dari Chandra yang menyuruhnya bersiap lantaran laki-laki itu akan mengajaknya pergi ke sebuah pertemuan dengan kolega bisnisnya. Borokokok Chandra Tidak menerima bantahan! 09.10 Me Tapi Pak, sekarang waktu libur saya. Saya ingin menggunakan waktu libur saya untuk beristirahat. 09.13 Borokokok Chandra Saya enggak peduli, Jessica! 09.15 Borokokok Chandra Kalau kamu mau besok saya izinkan kamu untuk tidak masuk atau mengatur ulang jadwal penerbangan kamu. Pokoknya hari ini kamu harus ikut saya. 09.18 Borokokok Chandra Jika kamu tidak setuju, siap-siap saja video rekaman cctv di lorong lantai empat akan tersebar ke sosial media dan akan menjadi skandal besar antara kamu dengan saya! 09.20 Ah, Chandra tidak seru! Ancamannya selalu itu. Tentu saja ia tidak bisa "Perasaan sial mulu hidup gue!" gerutu Jessica. Borokokok Chandra Jam setengah sebelas kamu sudah harus ada di kantor Tiger Air. Saya enggak bisa jemput kamu karena ada yang harus saya atasi sekarang. 09.25 "Gila! Kalau gitu gue bisa telat!" pekik Jessica setelah ia melirik jam digital di atas nakas. Jessica pun segera bersiap. Ia hanya memakai make up seadanya. Biarlah ia terlihat lebih kucal dari biasanya, karena Chandra memberitahunya seenaknya hingga ia tidak sempat merias diri dulu. Selesai menata rambutnya, ia langsung memoleskan lipstik di bibirnya dengan sedikit terburu-buru. Setelah itu ia segera memasukkan ponsel dan beberapa barang lainnya ke dalam tas. "Bi, saya mau keluar. Kalau ada paket yang datang, langsung masukin aja ke kamar. Barangnya udah dibayar sama saya," ucap Jessica. "Iya, Non." "Aku berangkat sekarang, Bi," pamit Jessica. "Hati-hati." Jessica mengangguk. Karena tidak sempat menunggu kedatangan taxi online maupun bus umum, kali ini Jessica berangkat menggunakan mobil pribadinya. Iya, Jessica memang mempunya kendaraan beroda empat itu. Namun kenapa selama ini ia selalu menggunakan taxi online atau bus umum? Karena pertama, ia malas mengendarai mobil. Saat bertemu dengan lampu merah, Jessica menyempatkan dirinya untuk membuka bungkus roti yang ia bawa dan langsung melahapnya. Kebetulan tadi sarapan ia hanya memakan sereal yang tentunya tidak bisa mengganjal perutnya hingga tengah hari. Sesekali ia melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, kemudian mendecak saat melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dan akhirnya ia sampai di kantor pada pukul sepuluh lebih lima belas menit. Tidak sempat bernapas lega Jessica langsung berlari memasuki kantor Tiger Air dan menaiki lift menuju lantai paling atas. "Mbak Jessica sudah ditunggu pak Kevin di dalam ruangan," ucap sekretaris Chandra. Setelah mendapat instruksi dari sekretaris Chandra, Jessica pun berjalan masuk ke dalam ruangan Chandra "Selamat pagi menjelang siang, Jessica," sapa Chandra. "Selamat pagi menjelang siang juga, Pak," balas Jessica. "Kenapa terlambat?" tanya Chandra. Jessica melihat jam tangannya sebentar lalu kembali menatap atasannya. "Saya enggak terlambat, Pak. Sekarang masih jam sepuluh lebih dua puluh lima menit, sedangkan saya sudah di sini sebelum jam sepuluh lebih tiga puluh menit," ucapnya membela diri. "Tetap saja, kamu seharusnya datang lebih awal," balas Chandra. Sebenarnya Jessica ia membantahnya, namun di sisi lainnya ia merasa hal itu benar. Akhirnya ia menunduk. "Maaf, Pak." "Pertanyaan awal saya belum dijawab, kenapa terlambat?" "Saya dititipi keponakan saya, Pak. Dan sebelum berangkat dia rewel pengen ikut dengan saya," alibi Jessica. "Ya ampun, maafin aunty Fel. Aunty udah jual nama kamu buat nyelamatin diri aunty," batin Jessica. Felicia adalah anak dari kakak Nabila. Akhir-akhir ini sering dititipkan kepada mamanya. Dan memang benar saat ini Felicia sedang ada di rumahnya karena kakak Nabila sedang dirawat di rumah sakit. "Ya sudah kalau begitu kamu duduk aja dulu, pertemuannya diundur jadi nanti setelah makan siang," ucap Chandra dengan entengnya. Sumpah, Jessica hampir saja menjatuhkan rahangnya mendengar penuturan Chandra. Jika diundur kenapa tidak memberitahunya. Jadi ia tidak perlu buru-buru datang ke sini. "Si borokokok emang bener-bener nyebelin!" batin Jessica. Mau tidak mau Jessica pun berakhir menemani Chandra bekerja di ruangannya. Namun untungnya Chandra tahu diri, dia memesan banyak makanan dan minuman untuknya sebagai camilan sambil menunggu waktunya tiba. *** Seperti perkataan Chandra tadi. Setelah jam makan siang Chandra memang menemui rekan kerjanya di sebuah ruang privat sebuah restoran bintang lima. Jessica pun terpaksa harus terjebak di antara obrolan dua laki-laki di hadapannya ini. "Gue kira lo bakalan berhenti kerja setelah kecelakaan itu," celetuk Tama. Obrolan serius terkait kerja sama antar perusahaan sudah selesai, kini mereka sedang makan siang bersama dengan bahasan obrolan yang lebih santai. "Gue kira juga gitu, Tam. Tapi gue masih butuh kerjaan ini," balas Jessica dengan tawa di akhir. Jessica dan Tama merupakan sudah berteman sejak duduk di bangku kuliah. Mereka sama-sama anak kelas karyawan. Di mana mereka harus berjuang membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Lalu kenapa Devan yang saat ini berada di tubuh Jessica tampak akrab dengan Tama? Jawabannya karena sebelum-sebelumnya ia sudah bertemu dengan Tama dan juga beberapa ingatan Jessica sudah kembali hingga ia refleks mengingat orang-orang dan moments yang terjadi pada Jessica di masa lalu. Tama tertawa. "Gimana kabar om Nata sama tante Rika?" "Alhamdulillah, mereka baik-baik aja. Oh iya kak Farel kemarin dia pulang ke sini, tapi kemarin berangkat lagi karena jatah cutinya udah habis," jawab Jessica. "Wah, gila kenapa si Farel enggak ngabarin gue kalau dia ada di sini. Tahu gitu kemarin gue main ke rumah lo," balas Tama. Tama dan Farel satu angkatan. Namun Tama terlambat mengambil kuliahnya karena ia fokus bekerja dulu. Makannya waktu itu Tama dan Jessica seangkatan. "Gimana kabar Bunda?" Jessica menanyakan kabar bunda Tama. Kebetulan ia juga mengenal ibu dari temannya itu. "Baik juga. Bunda sering banget nanyain lo sama si Nabila, tapi gue sering bilang kalau lo berdua udah sombong enggak mau temenan sama gue lagi," jawab Tama diakhiri dengan tawa renyah. "Sialan. Lain kali atur aja waktu buat reunian bertiga, udah lama juga kita enggak ketemu. Grup chat juga sepi banget, kalau pun rame cuma gue sama Nabila doang yang heboh," ucap Jessica. "Siap siap, bisa diatur itu mah. Ya gimana, gue sibuk." "Iya deh yang jadi CEO muda." Setelah itu keduanya tertawa bersama. Chandra yang duduk di seberang Jessica merasa diasingkan dan jelas merasa cemburu. Sedangkan sekretaris Tama, pria itu terlihat asyik dengan ponselnya. Chandra melirik Jessica, kemudian berdeham cukup keras. Jessica yang sedang menikmati pastanya sontak menoleh. "Setelah ini saya langsung pulang," kata Chandra. "Oke, Pak. Nanti saya pakai taxi aja ke kantornya," balas Jessica karena saat pergi ke restoran ini, ia menumpang di mobil laki-laki itu. "Enggak, kamu tetap ke kantor sama saya!" tegas Chandra. "Eh enggak usah, Pak. Kasihan Bapaknya harus bolak-balik. Biar saya naik taxi online--" "Kantor dan apartment saya searah," potong Chandra. Jessica tidak ada pilihan lain, selain ikut dengan Chandra. Laki-laki itu sangat tidak suka dibantah, mirip sekali dengan sifat Devan di masa lalu. *** Diperjalanan menuju kantor Tiger Air yang jaraknya cukup jauh dari tempat restoran yang menjadi tempat pertemuan mereka, Chandra mampir dahulu di sebuah restoran fast food. "Felicia suka makan apa?" tanya Chandra saat laju kendaraannya ia perlambat. Jessica terkejut. "Hah?" Karena Jessica sedang tidak fokus, Chandra pun terpaksa mengulang kembali pertanyaannya. "Felicia suka burger sama ice cream," jawab Jessica. Seingatnya memang keponakannya itu menyukai kedua jenis makanan itu. Chandra mengangguk, lalu ia melajukan kendaraannya ke arah Drive thru. Laki-laki itu memesan tiga buah burger dan dua buah ice cream. Pada awalnya Jessica sempat menolak, namun karena sudah menjadi kebiasaan, ayang gue gede. *** "Nanti kamu langsung pulang aja," celetuk Chandra. Jessica menoleh. "Kenapa, Pak?" Chandra mendecak. "Keponakan kamu bukannya lagi ngambek ya, sama kamu?" "Oh, iya. Tapi serius enggak apa-apa, Pak?" "Santai aja kali," lanjutnya. Chandra diam dan tetap fokus dengan jalanan di depannya, hingga akhirnya kini mereka sudah sampai di depan kantor Tiger Air. "Nih, buat Felicia." Chandra menyerahkan sebuah paper bag kepada Jessica. "Sebelumnya enggak usah deh, Pak." "Saya tidak menerima penolakan." Jessica menghela napasnya lalu mengambil kotak tersebut. "Makasih banyak, Pak." "Ya, ingat setelah ini langsung pulang." "Siap. Hati-hati di jalan, Pak." "Hm, kamu juga." Jessica mengangguk lalu keluar dari mobil atasannya, menuju mobilnya yang terparkir di ujung sana. Setelah itu Mobil Chandra langsung pergi meninggalkan area kantor. Begitu pula dengan Jessica yang langsung berjalan ke arah parkiran. *** Malam ini, Chandra mengisi waktu luangnya dengan membaca sebuah buku. Berbagai macam pesan masuk ke ponsel mahalnya, mulai dari teman-temannya, karyawannya, dan keluarganya, semua mengirimnya pesan. Namun, tidak ada satupun yang ia balas. Hingga akhirnya, ponselnya berdenting lagi menandakan ada pesan yang masuk ke ponselnya. Matanya sedikit melirik ke arah layar ponsel sekadar untuk mengetahui siapa pengirimnya. Saat itu juga Chandra langsung meletakkan bukunya dan beralih memegang ponselnya. Entah mengapa nalurinya seakan memerintahkan dirinya untuk membalas satu pesan tersebut. Jessica Pak 18.30 Me Iya? 18.32 Selagi menunggu balasan dari sang pujaan hati, ia hanya menatap kosong langit-langit kamarnya. Tidak perlu menunggu bermenit-menit, sang pujaan hati itu sudah membalas balasannya dengan mengirim sebuah voice note. Ia mengernyit dan langsung memutar voice note tersebut. Saat pesan suara itu sudah terputar, sebuah senyuman langsung terbit di wajahnya. Suara seorang anak kecil yang terdengar. "Gemes banget," gumamnya. Dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya, Chandra mengetikkan sesuatu di ponselnya untuk membalas pesan Jessica tersebut. Jessica Send a voice note 18.40 Me Sama-sama, Felicia 18.43 Jessica Maaf mengganggu malam-malam Selamat malam, Pak 18.50 Me Ya 18.55 Chandra menghela napasnya lalu memutar kembali voice note yang Jessica kirim. Lagi dan lagi, bibirnya langsung melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD