Part 33

1538 Words
Jessica menyeret kopernya keluar dari area bandara Soekarno Hatta dengan langkah sedikit tergesa. Jujur saja ia ingin segera pulang ke rumah lantaran seluruh tubuhnya rasanya remuk. Ia merasa pegal dan sakit di sekujur tubuhnya. Namun langkah Jessica harus terhenti saat ia mendapati sosok yang tak ingin ditemuinya saat ini tengah berdiri tak jauh darinya. Laki-laki itu tengah celingukan dan memindai orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Ia tebak pasti dia sedang mencarinya dibalik kerumunan orang-orang dalam bandara itu. Perlahan Jessica pun memundurkan langkahnya dan mencari jalan lain agar ia tak bertemu dengan sosok itu. Namun saat ia akan mengambil jalur kanan, ternyata ada sosok lain juga yang juga tengah menunggunya. Astaga, keadaan macam apa ini! Kenapa dua laki-laki itu harus muncul dalam satu waktu. Jika begini, bagaimana ia bisa mengatasinya. "Ck, si borokokok Chandra sama si enggak tahu diri Jana ngapain, sih, ke sini segala! Emangnya mereka enggak ada kerjaan lain apa, selain recokin hidup gue mulu," batin Jessica. Jessica pun memutuskan untuk balik arah, karena tak ingin keberadaannya terendus oleh dua laki-laki keong racun itu. Lebih baik ia agak sedikit menjauh dari sana, sekalian memikirkan cara agar bisa keluar dari area bandara tanpa terlihat oleh mereka berdua. "Eh, bukannya tadi lo buru-buru, ya, gara-gara mau pulang cepet? Kok lo masih ada di sini, sih?" tanya Nabila dengan raut herannya. Sontak Jessica pun langsung memegang tangan Nabila dengan erat. "Bil, tolongin gue. Itu si Jana ada di sini." Mendengar itu Nabila pun tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya. "Serius lo?!" "Ya, seriuslah, kalau gue bohong ngapain gue masih ada di sini!" sewot Jessica. "Ya maaf, jangan galak-galak napa," balas Nabila. "Ya habisnya lo nyebelin banget. Udah tahu situasinya lagi genting kayak gini, lo malah ngajak bercanda. Jadi siapa yang enggak kesal coba!" Jessica yang tak henti-hentinya menggerutu. Moodnya kali ini sedang buruk, bahkan Fika saja yang biasanya selalu cari gara-gara dengannya memilih menghindarinya karena melihat raut wajahnya yang sejak dalam cabin pesawat menampilkan raut wajah garang. Bahkan kesalahan yang dilakukan oleh timnya walaupun sedikit pasti akan terkena semprot Jessica dan membuat dia disegani selama beberapa jama dalam pesawat. "Tenang dulu, elah. Siapa tahu dia ke sini mau jemput seseorang, bukan mau jemput lo. Lagian emang dari mana dia tahu jadwal kepulangan lo coba? Kalian 'kan enggak sekotak," ucap Nabila, mencoba menenangkan sepupunya itu yang kini sedang dilanda rasa panik. "Ya bisa aja dia tahu dari papa, Bil. Dan gue seratus persen yakin dia ke sini mau cari gue!" "Oke, oke, lo tenang dulu, ya, kalau lo-- eh!" Belum selesai Nabila bicara, tiba-tiba saja ada yang menarik tangan mereka berdua dan menyelinap ke rombongan para turis yang akan keluar dari area bandara. Orang yang tadi menarik tangan Jessica sengaja menempatkan wanita itu di tengah, di antara Nabila dan orang yang sudah menyelamatkan Jessica dari kebingungan. Jessica masih menatap tak percaya ke arah Reyhan. Laki-laki itu sudah membantunya. Begitu pula dengan Nabila. Mereka berdua tidak menyangka Reyhan akan datang menolong mereka. "Jangan liatin gue kayak gitu, dong! Udah sana liat ke depan, jangan sampai kita ketinggalan rombongan ini dan akhirnya wajah lo kelihatan sama si Jana atau pak Chandra," ucap Reyhan tanpa menoleh ke arah Jessica. Bagaimana Reyhan bisa tahu Jana dan Chandra sedang menunggu Jessica? Jawabannya tadi saat ia akan berjalan keluar, tak sengaja netranya menangkap keberadaan dua orang yang telah membuat hidup Jessica tersiksa. Makannya setelah melihat keberadaan mereka, ia langsung mencari Jessica untuk menyelamatkannya. Ide Reyhan pun berjalan dengan lancar. Mereka berhasil keluar dari bandara tanpa diketahui oleh Jana atau pun Chandra. "Udah sana cepet pulang, keburu mereka lihat lo. Nanti urusannya tambah ribet," titah Reyhan. Jessica menatap wajah Reyhan yang terlihat kelelahan. Ia merasa berhutang budi kepada laki-laki itu. "Ck, malah bengong, ayo cepat sana pulang. Gue enggak bawa mobil, jadi gue enggak bisa nganterin lo sampai rumah," ujar Reyhan. Sementara itu diam-diam Nabila mengamati keduanya. Jiwa detektif dan monyet Doranya pun muncul. Ia mencium gelagat aneh di antara kedua sepasang sahabat yang sudah lama berpisah ini. Sepertinya ia mencium bau-bau baikkan. "Kapan kalian baikkan?" Tiba-tiba Nabila melontarkan pertanyaan itu kepada Jessica dan Reyhan sehingga kedua orang tersebut mengalihkan atensi mereka ke arahnya dan akibatnya ia yang malah salah tingkah karena malu ditatap oleh Reyhan. Kalau sama Jessica, sih, biasa aja. Bukannya menjawab pertanyaan Nabila, Reyhan justru menyuruh wanita itu menggiring sepupunya masuk ke dalam taxi yang sudah menunggu mereka, mengantarkan sampai ke rumah. "Dibandingin kamu nanya itu, mendingan ajak sepupu kamu pulang, sebelum salah satu di antara mereka keluar dan nemuin Jessica di sini." Nabila mendengus mendengar jawaban Reyhan, ia pun menarik Jessica masuk ke dalam salah satu taxi yang sudah stand by di depan bandara. Sebelum pintu taxi itu tertutup, Jessica sempat menatap Reyhan, lalu tersenyum. "Makasih." Setelah itu pintu mobil pun tertutup dan taxi yang ditumpangi oleh Jessica dan Nabila melaju meninggalkan area bandara Soekarno Hatta. Namun pandangan Jessica masih belum lepas dari Reyhan. Ia menatap Reyhan lewat kaca spion taxi yang ia tumpangi. Namun sedetik kemudian wajah Jessica berubah menjadi cemberut saat melihat keberadaan Natasha di sana. Ia melihat dengan jelas lewat kaca spion taxi bahwa gadis pujaan hatinya itu menghampiri Reyhan dan Reyhan langsung menangkup wajah gadis itu. Rasa cemburu pun kembali hadir. Jessica pun segera memalingkan wajahnya, tidak melihat lagi ke arah kaca spion. Eh, tapi perlu diingatkan dan digaris bawahi, ya. Di sini ia cemburu bukan karena melihat Reyhan perhatian kepada Natasha. Justru ia cemburu melihat Natasha yang dekat dengan laki-laki lain. "Lo kenapa lagi, sih? Perasaan dari tadi lo badmood mulu," cibir Nabila. "Enggak tahu, dari kemarin mood gue ancur banget dan enggak tahu apa penyebabnya," jawab Jessica. Padahal badmoodnya Jessica kali ini sangat jelas penyebabnya, yakni gara-gara melihat Natasha yang justru lebih dekat dengan Reyhan. "Mungkin lo lagi datang bulan kali," kata Nabila yang kini sedang sibuk dengan ponselnya. "Masa sih, kok kayak baru kemarin gue datang bulan, masa udah datang lagi?" balas Jessica dengan ragu. Pasalnya ia merasa seperti baru kemarin ia kedatangan tamu special para kaum hawa setiap bulannya. "Ya, lo lihat tanggalnya kapan pertama kali lo datang bulan," kata Nabila sedikit gemas dengan kepolosan sepupunya itu. Sebenarnya bagi Nabila antara polos dan bodoh itu beda tipis. Dan menurutnya setelah Jessica sakit beberapa waktu yang lalu membuat Jessica kehilangan kepintarannya selama beberapa persen. Jessica meringis mendengar penuturan Nabila. Ia melirik ke arah sopir taxi yang tengah menahan senyumnya. Astaga ia malu, bahkan kedua pipinya memerah. Bisa-bisanya Nabila membahas masalah itu di hadapan laki-laki. Eh, tapi dia juga laki-laki. Tahu ah, bingung. Jessica pun menyandarkan kepalanya ke kaca mobil, lalu memejamkan matanya. "Jes," panggil Nabila. "Apa lagi, sih?!" jawab Jessica sedikit sewot. Hari ini ia sedang dalam keadaan badmood dan sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun, namun Nabila terus mengganggunya. "Biasa aja dong!" Nabila tak kalah sewotnya dengan Jessica. Setelah itu terjadi keheningan di antara mereka berdua. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara sedikit pun karena mereka berdua sama-sama tengah dilanda emosi. *** Di sisi lain Chandra dan Jana terkejut karena mereka bertemu di sini. Chandra tersenyum canggung kepada Jana. Dalam hati ia merutuki keberadaan Jana di sini. Jika ada Jana di sini maka kesempatan untuk menjemput Jessica tidak akan terealisasikan, karena pastinya Jessica akan memilih pulang bersama Jana. Chandra tersenyum ramah ke arah Jana, lalu menyapanya. Walaupun Jana sudah fiks adalah saingannya untuk mendapatkan Jessica, namun ia tidak "Lagi nunggu jadwal flight, ya, pak Jana?" "Oh, enggak Pak Chandra, saya ke sini mau jemput pacar saya," jawab Jana seraya tersenyum. "Sial! Tahu gitu gue samperin aja Jessica ke dalam," batin Chandra. "Oh gitu, saya kira mau pergi ke luar kota," balas Chandra. "Bapak sendiri ke sini lagi nunggu jadwal penerbangan, ya?" tanya Jana. "Enggak, Pak Jana, saya juga ke sini mau jemput seseorang," jawab Chandra. Di tengah rasa kesalnya kepada Jana, netra Chandra tak sengaja menangkap keberadaan Fika. Senyum di bibirnya pun terbit. Ia berpamitan kepada Jana, lalu menghampiri salah satu pramugarinya itu. Sementara itu Fika yang dihampiri oleh Chandra tentu saja kesenangan dan mengira bahwa Chandra akan mendekatinya setelah bosan dengan Jessica. Namun rasa senang Fika tak berselang lama karena maksud Chandra menghampirinya justru menanyakan keberadaan wanita yang sejak tadi menguji kesabarannya. Benar-benar menyebalkan. Ada orangnya atau tidak sama-sama membuatnya kesal saja. "Si Jessi emang cepat-cepat harus gue singkirin dari sini. Makin lama dia makin nyebelin aja!" batin Fika yang sudah tidak dapat menahan rasa cemburunya pada Jessica. "Mbak Jessica udah dari tadi pulang, Pak. Malahan dia yang pertama pulang," jawab Fika sembari tersenyum paksa. Chandra mengerutkan keningnya. Orang yang pertama pulang adalah Jessica? Masa, sih? Jika itu benar kapan wanita itu lewat, kok sampai tidak terlihat olehnya? Padahal tadi ia sudah memindai satu persatu wanita berseragam Tiger Air, namun ia tidak menemukan keberadaan Jessica. "Ck, kalau begitu sia-sia gue nunggu di sini selama satu jam!" batin Chandra. Karena orang yang ia cari sudah tidak ada di sini, Chandra pun memilih kembali ke kantor. Lagi-lagi Jessica sudah mempermainkannya. "Jessi, Jessi, lagi-lagi kamu udah bikin saya berbuat jauh seperti ini. Padahal sebelumnya saya tidak pernah sampai menjemput langsung seorang wanita. Hanya kamu yang bisa buat saya gila setengah mati seperti ini," batin Chandra seraya berjalan meninggalkan area bandara Soekarno Hatta. Ya, sebelum-sebelumnya Chandra memang tidak pernah sampai menjemput wanitanya. Ia selalu menyuruh sopirnya untuk menjemput teman wanitanya atau kekasihnya sebelumnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD