Part 12

1597 Words
“Bil!” Terkesiap, Nabila hampir saja menyenggol minumannya sendiri. Ini benar-benar di luar dugaannya. Astaga, apa ia ketinggalan informasi mengenai sepupunya. “Eh, apa?” balas Nabila gelagapan karena barusan ia melamun. Masih dengan menilik dua manusia berbeda gender di sana, Jessica bersuara, “mereka kok akrab banget? Pacaran, ya?" "Wah, bener ini kayaknya nih anak naksir mas Reyhan," pikir Nabila. Pasalnya dari raut wajah yang ditunjukkan sepupunya terlihat sangat jelas jika Jessica kesal melihat ke arah dua rekan kerjanya itu. Jika tidak memiliki perasaan lebih kepada Reyhan, untuk apa Jessica menatap mereka sarat akan kemarahan. “Bil, jawab elah!” Jessica sedikit berseru lantaran Nabila yang tak kunjung menjawab pertanyaannya. Padahal ia sudah tidak sabar ingin mengetahui informasi mengenai hubungan mereka. “Enggak tahu, sih. Setau gue mereka emang sering bareng, pulang juga kadang barengan gitu. Emang kenapa? Sibuk bener lo ngurusin mereka!” sahut Nabila yang berharap akan mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya. Tak ada suara lagi di antara mereka. Jessica lebih memilih diam seraya belum ingin pindah objek pandang dari kedua anak manusia di sana. Hatinya sakit panas sekali melihat Natasha yang tertawa renyah tanpa beban, namun bukan dirinya yang menjadi tokoh utama yang membuatnya tertawa seperti itu, melainkan sosok lain. Ada perasaan tak rela melihat Natasha terlihat lebih bahagia bersama laki-laki lain. "Jes," panggil Nabila. Jessica melirik sekilas pada Nabila. “Iya?" “L-lo naksir mas Reyhan, ya?” tebak Nabila. Jessica mengerutkan keningnya. “Reyhan?” Jessica kembali mengalihkan atensinya pada dua sosok yang sejak tadi menarik objek perahatiannya. Apa Reyhan yang dimaksud oleh Nabila adalah laki-laki itu? Jika benar itu sungguh membuatnya semakin kesal saja. “Kenapa kok lo enggak cerita-cerita sama gue, sih?” cecar Nabila seraya mendekatkan wajahnya pada gadis di depannya. Jessica mengusap wajahnya kasar. “Yang suka sama si Reyhan-Reyhan itu siapa, sih?!" “Ya lo 'lah, masa gue!” balas Nabila sedikit sewot. Menarik napas lantas membuangnya perlahan, Jessica mencoba menekan rasa kesalnya yang berlipat. Bagaimana bisa Nabila berasumsi dia menyukai pria yang bersama Natasha? Jika begini terus Devan lama-lama ingin mengamuk saja. “Ya siapa sih, yang enggak suka sama Mas Reyhan? Orangnya baik, ramah terus mapan lagi. Tuh, idaman banget kan? Dan kayaknya lo musti kubur harapan lo dalem-dalem deh, Jes! Kenapa? Pasti penasaran 'kan? Karena yang gue lihat Mas Reyhan kayaknya suka deh sama mbak Natasha." Nabila mengatakan semuanya dengan berbisik lirih. “Tuh, liat tuh! Jangan potek ya masih ada Enjoy hihihi,” sambungnya. Getok pala orang pake meja, dosa enggak, ya? Kok Nabila menyebalkan sekali. Siapa juga yang menyukai Reyhan? Devan masih normal kali. Ia bersikap seperti itu karena cemburu melihat Natasha yang memiliki wajah yang mirip sekali dengan Neta, terlihat bahagia bersama Reyhan. Harusnya 'kan yang berada di posisi itu adalah dirinya, bukan Reyhan. “Yang sabar! Udah jangan dilihatin terus, entar lo sakit hati,” ucap Nabila bersikap layaknya simpati pada sang sepupu yang masih tampak kesal. *** Di sisi lain, Satu figur tampan yang kini dipandangi lewat layar ponsel membuatnya tersenyum sendu. Natasha menatap potret tampan kekasihnya dari layar ponselnya untuk mengobati rasa rindunya meski tak seberapa yang bisa dia atasi. Rindu itu terlalu besar hingga tak ada satu pun yang dapat menampungnya. "Vid, kamu pasti udah bahagia 'kan di sana? Aku kangen banget sama kamu, Vid. Aku kangen sama suara kamu, jahil kamu, dan segala bentuk perhatian kamu. Walaupun udah ada kak Reyhan, tapi posisi kalian berbeda. Aku enggak bisa lupain kamu. Segala tentang kamu masih terus berputar dalam ingatan aku, Vid," batin Natasha. Dengan susah payah Natasha menahan air matanya. Ia selalu lemah jika hal menyangkut David, kekasihnya yang meninggal dunia dalam kecelakaan. Melupakan David sangatlah sulit karena laki-laki itu meninggalkannya bukan karena menoreh luka, melainkan karena sesuatu hal yang tak terduga yang sudah Tuhan takdirkan untuk kekasihnya itu. Tentu saja David meninggalkan dirinya dengan sejuta kenangan manis, bukan kenangan buruk yang dapat mudah dilupakan olehnya. "Nat--" Ucapan Reyhan terhenti saat melihat raut sendu yang diperlihatkan oleh Natasha. Keningnya tampak berkerut, ia bingung sekali apa yang menyebabkan tunangannya itu sesedih itu. Padahal sebelum ia pergi ke toilet tadi gadis itu tampak baik-baik saja. Karena penasaran apa yang sedang di tatap oleh Natasha sampai keberadaannya tak dianggap, Reyhan pun menghampiri gadis itu dan melihat sebenarnya apa yang membuat tunangannya terlihat sesedih itu. Dan setelah ia berada tepat di belakang Natasha, ia benar-benar tertegun. Rasanya tubuhnya kaku dan sulit digerakkan. Reyhan pun tersenyum kecut. Ternyata lagi-lagi ia kalah dengan sosok David yang menjadi cinta pertama Natasha. "Nat," panggil Reyhan seraya menepuk pelan pundak gadis itu. Natasha tersentak. "Eh, iya?" Gadis itu pun buru-buru menyembunyikan ponselnya, walaupun ia tahu bahwa Reyhan mungkin sudah melihatnya. "Kamu kangen sama David?" tanya Reyhan dengan lembut. Tidak, Reyhan tidak mungkin marah. Ia sadar betul posisinya di hati Natasha bagaimana. Sejauh apa pun ia berusaha di posisi paling tinggi, namun Natasha selalu mematahkannya dan menempatkan David pada posisi paling tinggi di hatinya. "I-iya," jawab Natasha dengan ragu, namun ia juga tidak mungkin berbohong. "Oke, kalau begitu udah makan kita pergi ke makamnya David," ucap Reyhan. Lagi-lagi Reyhan harus mengalah dari seseorang yang sudah lama meninggal dunia. *** Ke esokan harinya, "Nat, aku cari-cari ternyata diㅡ eh?” Jessica mencari-cari keberadaan Natasha yang ternyata tengah duduk di sudut ruangan seorang diri. Gadis itu terlihat sedang melamun, itu terlihat dari tatapan kosongnya. Jessica menangkap sesuatu dari layar ponsel yang mulai meredup itu. Seperti tidak asing. “Mbak Jessi kok rambutnya belum disanggul?” Natasha beranjak dari kursi. “Saya enggak bisa, Nat. Boleh saya minta tolong sanggulin rambut saya? Kebetulan di rumah bibi, yang biasa saya suruh nyanggul rambut saya lagi cuti,” jawab Jessica seadanya. Memang apa yang bisa dilakukan oleh Devan yang mengambil alih raga gadis itu? Natasha mengernyit, padahal setahunya Jessica itu pandai menyanggul rambutnya. Bahkan hampir seluruh pramugari yang bekerja di maskapai penerbangan jago sekali menyanggul rambut mereka, karena sebelumnya mereka sudah diajarkan tentang bagaimana berpenampilan menjadi seorang pramugari. Kok bisa-bisanya Jessica yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia penerbangan bilang tidak bisa menyanggul rambutnya? “Ya udah, yuk." “Nat?” Jessica buka suara saat dua pasang tungkai mereka melangkah ke arah sebuah kursi. “Ya?” “Boleh nanya enggak?” tanya Jessica ragu. “Boleh," jawab Natasha. Kaki mereka tak lagi mengayun. Jessica ingin menuntaskan rasa ingin taunya. “Itu tadi siapa?” Natasha mengangkat sebelah alisnya ke atas. “Itu yang mana?” “Yang di hp kamu tadi. Cowok kamu, ya?” Ada rasa panas yang menjalar di hati Jessica. Mendengar jawaban itu lolos, hatinya bergemuruh seketika. “Boleh liat?” Mulanya Natasha merasa sedikit aneh, namun dia penuhi saja. Menyerahkan ponsel dan menunjukkan foto sang kekasih yang sudah lama berpulang ke hadapan sang pencipta. *** Jessica masih tak tahu harus memberikan respons seperti apa setelah mendengar cerita tentang kekasih Natasha yang sudah meninggal dunia karena kecelakaan dan juga melihat fotonya. Dia bingung, pusing, mumet! “Jes, psst! Astaga ini anak!" Nabila berbisik ke arah Jessica yang agak jauh dari jangkauannya. Gadis itu tampak was-was ketika semua perhatian tertuju pada sang sepupu yang sedari tadi diam sibuk dengan dunia sendiri. Pak Presdir dan puteranya telah tiba di ruangan tersebut sampai membuat ruangan yang tadinya ribut menjadi hening. “Maaf,” ucap Nabila lantas berdiri untuk menghampiri Jessica yang terduduk menghadap jendela besar yang menampilkan aktivitas jalanan di bawah sana serta gedung-gedung tetangga yang sama tingginya. Gadis pemilik surai sebahu itu tersentak kala seseorang menarik lengannya pelan untuk digiring duduk bersama yang lainnya dalam satu meja. “Dipanggilin juga enggak nyahut-nyahut!” Nabila mengomel seraya berbisik. Cantik. Dua sudut ranum itu mengembang samar setelah memberikan penilaian dalam hati teruntuk gadis dengan surai kecokelatan yang panjangnya hanya sampai menyentuh pundak. Pada detik selanjutnya dan seterusnya figur si gadis akan menjadi fokus utama pandangannya. Katanya perusahaan akan berganti pimpinan. Rupanya si putera mahkota ini diperkenalkan bukan tanpa sebab. Pria dengan tinggi badan tak wajar itu yang akan menggantikan posisi sang Ayah, mengambil alih tahta dalam perusahaan maskapai ini. Beberapa gadis sibuk bisik-bisik menilai bagaimana mempesonanya putera sang presdir di hadapan mereka tersebut. Benar-benar seperti model. Wajah dengan porsi ketampanan yang tidak manusiawi, postur tubuh yang begitu luar biasa, dan jangan lewatkan senyum menawan yang dilengkapi dimple itu. “Halo, perkenalkan nama saya Chandra Abimanyu Herlambang. Saya yang akan menggantikan tanggung jawab Ayah saya mulai besok jadi, saya mohon kerja samanya,” vokal bariton Chandra mengudara membuat hampir seluruh kaum hawa di sana menjerit tertahan. Suara yang seksi, kata mereka. Semua memujanya tapi, tidak dengan satu gadis. Siapa lagi, mungkin Devan sudah belok jika ikut-ikutan seperti mereka bahkan Nabila pun sepertinya akan menjadi fans dadakan seorang Chandra. Dengan ketidak minatannya, Jessica beralih pandang menatap lampu-lampu yang terpasang pada langit-langit ruangan. Yang tidak Jessica ketahui bahwa semua pergerakannya tak lepas dari mata si pemilik dimple itu. Berpindah objek dari deretan lampu, Jessica gulirkan pandang ke arah orang-orang dan pada detik ketiga dua pasang lensa yang memiliki warna berbeda itu saling bertemu. Namun, yang terjadi tidak lama karena Jessica buru-buru mengganti fokusnya ke arah lain. Berharap pria jangkung itu sudah tak lagi melihat ke arahnya, Jessica beranikan diri untuk melihat ke arah pria itu kembali, tetapi sepertinya dirinya terlalu indah untuk dilewatkan oleh si pria. "Ngapain sih, ngeliatin terus? Asal lo tahu lo enggak lebih ganteng dari gue, ya!" rutuk Devan dalam hati. Gadis yang tampak acuh dengan kehadirannya itu benar-benar membuat Chandra penasaran. Pasalnya ini kali pertama ada seorang gadis yang tampak tak berminat melihatnya. Jangankan melihat, melirik saja seperti ogah-ogahan. Chandra tersenyum dan mengucapkan janji pada dirinya sendiri akan membuat gadis itu takluk padanya, bagaimanapun caranya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD