Part 31

1495 Words
Jessica merasa deja vu melihat sosok di hadapannya ini. Ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan salah satu kenalannya di dunia Devan. Setelah Neta berubah menjadi Natasha, terbitlah Kenzo. Kini laki-laki itu tengah berdiri di hadapannya dengan wajah angkuhnya. "Permisi Mbak pramugari, saya tahu saya ini tampan, tapi jangan lihatin saya terus dong! Saya mau duduk di kursi saya!" tegur laki-laki itu karena Jessica tak beranjak sedikit pun dari posisinya hingga menghalangi jalannya menuju kursinya. Jessica mengerjapkan matanya. Ia pun segera menyingkir, memberikan jalan untuk laki-laki yang mirip sekali dengan Kenzo itu. Tatapannya masih belum lepas dari laki-laki itu. Segala gerak-geriknya ia perhatikan dan itu bukan gaya Kenzo sekali, karena Kenzo yang ia kenal baik hati, sementara laki-laki ini tingkahnya sangat arrogant sekali. Dalam hati Jessica mencibir tingkah sok, laki-laki itu. "Belagu amat, sih. Emangnya di sini dia jadi siapa? Dan seberapa hebatnya dia sampai bertingkah kayak gitu?" Karena tugasnya sudah selesai menyambut dan memberikan pengarahan kepada penumpang first class yakni laki-laki yang mirip dengan Kenzo itu dan dua orang lainnya yang ia yakini sebagai asisten pribadi atau teman dari laki-laki itu, Jessica pun pamit pergi ke belakang untuk bersiap melakukan take off yang akan dilakukan sebentar lagi. "Kenapa tuh, muka? Kayaknya bete banget?" tanya Nabila setelah Jessica duduk di kursinya. "Nyebelin banget penghuni first class!" balas Jessica dengan raut wajah kesal. "Maklumin ajalah, namanya juga orang kaya. Mereka berprinsip bahwa mereka segalanya dan bisa lakuin apa pun dengan uang. Makannya mereka sering bertingkah seenaknya," kata Nabila, pasalnya bukan sekali dua kali ia bertemu dan harus melayani penumpang seperti itu. Sementara itu Fika dan Mila hanya menyimak saja tak ikut berkomentar. Fika sedang malas mengajak ribut Jessica. Ia juga sedang bete karena tadi juga ia harus menghadapi penumpang yang menyebalkan dan hampir saja membuat keribut di cabin. Sedangkan Mila merasa malu berbaur dengan para seniornya. Apalagi setelah kejadian tadi pagi, ia semakin segan dengan ketiga seniornya itu. Pesawat pun akhirnya berhasil terbang dengan selamat. Jessica dan timnya pun mulai menyiapkan beberapa bahan makanan yang akan mereka tawarkan kepada para penumpang. Namun lagi-lagi keributan antara Jessica dan Fika kembali terjadi walaupun tak separah tadi saat di bandara. Kali ini mereka cek-cok karena Fika tak sengaja menumpahkan sedikit air panas hingga menetesi kaki Jessica yang tengah sibuk menyiapkan camilan untuk penumpang first class-nya. Kebetulan Jessica dan Fika berdiri bersampingan. "Ck, lo itu niat kerja atau mau ngajak gue ribut, sih?! Heran, dari tadi lo bikin gara-gara mulu sama gue!" sewot Jessica. Fika yang mendapat semprotan dari Jessica tentunya tidak tinggal diam. "Enak aja kalau ngomong! Gue enggak sengaja, tadi tangan gue licin, makannya airnya sedikit lumer-lumer ke samping. Gue enggak tahu kalau air panas itu bakal kena kaki lo!" Nabila yang melihat keributan dua manusia keras kepala di hadapannya itu hanya bisa menghela napasnya dalam. Memang benar ya, Jessica dan Fika harus dipisahkan, mereka tidak boleh disatukan dalam satu tim karena pada akhirnya mereka malah sibuk ribut. Padahal di sini Jessica posisinya sebagai Spv yang harusnya lebih tegas dan dapat mendisiplinkan bawahannya. Namun yang terjadi bukan seperti itu. "Udah-udah, kenapa lo berdua pada ribut, sih. Jangan sampai keributan kalian mengundang rasa penasaran para penumpang!" tegur Nabila. Sontak penuturan Nabila pun membuat perdebatan mereka berhenti, terutama Jessica. Ia tersadar harusnya ia dapat bersikap tegas karena saat ini posisinya sebagai supervisor, bukan lawan Fika. "Lain kali jangan kayak gitu lagi, lo harus bersikap hati-hati! Perbuatan lo barusan bisa nyelakain orang-orang yang ada didekat lo. Kali ini posisi lo aman dan gue maafin!" tegas Jessica walaupun rasanya enggan. Habisnya ia harus bagaimana lagi. Ia harus mengesampingkan egonya, karena saat ini ia sedang bertugas sebagai karyawan Tiger Air. Setelah mengatakan itu Jessica pun beranjak menuju cabin first class untuk memberikan pesanan penumpang vvip-nya yang dia pesan sebelum mereka take off. "Permisi," ucap Jessica saat ia sudah sampai di cabin first class. Jessica melihat laki-laki yang mirip Kenzo itu yang ternyata bernama Giandra Anjarsmara itu tengah sibuk dengan beberapa lembar dokumen di tangannya. Ia mengetahui nama laki-laki itu dari data penumpang yang terbang bersama mereka hari ini. "Permisi. Ini cokelat panas yang Anda pesan," ucap Jessica yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Gian karena laki-laki itu masih fokus membaca dokumen yang ada di tangannya, yang ia tebak dapat berharga ratusan juta tersebut. "Apakah ada yang Anda butuhkan lagi?" tanya Jessica. "Tidak!" "Baik, kalau begitu saya permisi," pamit Jessica. Sepanjang langkahnya Jessica merutuki sikap acuh Gian. Menurutnya Gian sangat sombong sekali. Ia jadi penasaran dengan sepak terjang Gian di dunia Jessica sampai dia bersikap sombong seperti itu. Dilihat dari gayanya sih, Gian terlihat seperti seorang pengusaha besar. "Bil," bisik Jessica pada Nabila yang baru saja kembali ke cabin belakang setelah ia pergi ke cabin depan untuk menolong seorang nenek yang tiba-tiba saja merasa pusing. "Apa?" "Sini, deh." Jessica memberikan gestur kepada sepupunya itu untuk mendekat ke arahnya. Ada yang ingin ia tanyakan kepada Nabila. "Lo tahu siapa Giandra Anjasmara?" tanya Jessica. Matanya sibuk bergulir ke sana-kemari, memastikan tidak ada siapa pun yang akan mendengar obrolannya dengan Nabila. "Tahu, emangnya kenapa?" Nabila malah balik bertanya. "Penumpang di first class itu dia," ucap Jessica. Mendengar itu, sontak Nabila pun berubah menjadi excited. Pasalnya ia salah satu wanita di seluruh di Indonesia yang mengagumi Gian. Selain tampan dan mapan, Gian yang ia kenal dalam vlog pribadinya adalah sosok yang hangat dan humoris. "Biasa aja keles ekspresinya, emangnya dia siapa, sih, lo sampai seexcited itu?" tanya Jessica. Nabila memicingkan matanya mendengar pertanyaan Jessica. Apakah sepupunya itu sedang bercanda? Masa dia tidak kenal dengan salah satu crazy rich Indonesia yang namanya sedang naik daun? "Ih, gue serius, Bil! Giandra Anjasmara itu siapa?" "Beneran deh, makin hari lo makin aneh aja. Pantas aja tante Rika ngekhawatirin lo mulu," cibir Nabila. Karena bertanya kepada Nabila tidak berguna, Jessica pun berlalu menuju sudut ruangan. Ia berdiam diri di sana sembari memikirkan siapa sosok yang mirip Kenzo tersebut. "Ck, aneh banget!" *** Di sisi lain Chandra sibuk membaca profil seseorang yang ia dapatkan dari anak buahnya. Ia dengan teliti membaca profil orang itu tanpa terlewat sedikit pun, karena baginya satu informasi yang terlewat akan membuat ia kehilangan banyak informasi. "Jadi mereka bertiga sejak SMP berteman dekat?" Asisten pribadi Chandra menganggukkan kepalanya. "Iya, itu betul, Pak." "Lalu kenapa sekarang mereka bersikap seperti tidak saling mengenal? Saya rasa ada informasi yang janggal dan sepertinya tidak tercantum dalam profil ini. Tugas kamu sekarang adalah cari informasi yang janggal itu," titah Chandra karena ia merasa kurang puas dengan hasil kerja asisten pribadinya itu. "Baik, Pak. Saya akan kembali mencari informasi itu. Kalau begitu saya permisi," ucap Hendra sekalian berpamitan kepada bosnya itu. Sepeninggal Hendra, Chandra terus memperhatikan potret Jessica bersama dua orang lelaki yang merupakan sahabat wanita itu. Salah satunya ia kenal karena dia masih merupakan karyawan Tiger Air. "Jessica, Jessica. Kayaknya cuman kamu yang bisa bikin saya kayak gini. Saya sampai cari tahu segala sesuatu yang berkaitan dengan kamu," gumam Chandra. Ia sendiri bingung, kenapa ia bisa sampai segitunya kepada Jessica. Padahal sebelumnya belum pernah ada wanita yang membuatnya sampai tergila-gila seperti ini dan dapat melakukan apa pun. "Saya pastikan kamu bakal jadi milik saya!" batin Chandra. *** Sejak insiden tadi, sikap Natasha langsung berubah. Tidak ada lagi senyuman di wajah cantik gadis itu. Bahkan saat makan siang tiba ia tidak ikut makan siang bersama keluarganya, karena hari ini papa tirinya ada di rumah. Ia masih kesal dengan insiden tadi pagi yang dengan lancangnya papanya membuang foto David. "Nak, Mama boleh masuk enggak?" tanya Dian, mama kandung Natasha. Natasha yang sedang sibuk mempacking barang keperluannya ke dalam koper pun langsung menyahut dari dalam kamar. "Masuk aja, Ma." Setelah Natasha mengizinkan, pintu kamar pun terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya yang sudah memasuki kepala lima. Wanita paruh baya itu menghampiri Natasha dan duduk di sampingnya. Sesekali ia akan mengusap rambut Natasha meskipun terlihat sangat jelas jika Natasha masih terlihat kesal kepadanya. "Nak, maafin papa, ya, yang udah sembarangan buang foto almarhum David. Mama harap setiap ucapan dan tindakan papa tadi, jangan sampai kamu ambil hati. Kamu tahu sendiri 'kan papa kamu kalau lagi kesal kayak gimana," ucap mama Natasha. "Iya, Ma. Tapi sekarang Tasya masih kesel sama tindakan papa tadi. Jadi Tasya harap Mama maklumi sikap Tasya kali ini, karena Tasya masih kesal kalau lihat wajah papa. Kejadian tadi masih terus berputar," ucap Natasha. "Iya, Mama maklumi kok. Tapi kalau hati kamu udah tenang, tolong minta maaf sama papa. Mama enggak mau kalian bertengkar," pesan mama Natasha. "Iya, Ma." "Oh iya, hampir aja mama lupa. Bilang sama teman kamu, makasih, ya atas pertolongannya," kata mama Natasha. Mendengar itu kening Natasha tampak berkerut. Teman siapa yang dimaksud oleh mamanya. "Siapa, Ma?" "Siapa ya, Mama lupa lagi, Je--" "Jessica bukan, Ma?" tebak Natasha. Mama Natasha menganggukkan kepalanya. "Iya, itu namanya. Dia yang udah bantuin Mama bawain barang belanjaan Mama pas di mall. Dia orangnya juga sopan. Mama suka, deh. Kalau misalkan Jessica laki-laki, pasti Mama bakal restuin dia sama kamu." Natasha tersenyum mendengar cerita sang mama yang ternyata sangat menyukai Jessica.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD