Part 2

1176 Words
Azkia berdiri di depan lemari pakaiannya, ia sudah selesai mandi dan coba memilih pakaian yang tepat untuk acara makan malam yang diadakan di sebuah restoran. Ia harus memilih pakaian yang sopan saat diajak bertemu keluarga sahabat ayahnya, bertemu pria yang akan diperkenalkan dengannya. Azkia memilih celana panjang bahan warna coklat muda dan kemeja wanita berwarna krem, itu yang Azkia pikir paling aman dan sopan. Tak lupa Azkia membawa tas tangan hitam kesayangannya, ia kemudian keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu, disana bu Ratna dan pak Widodo sudah menunggunya. "Sudah siap Kia?" Tanya pak Widodo. "Sudah yah, mas Azka dan mbak Adel tidak ikut?" "Tidak nduk, lagi pula, mereka berdua sedang mengunjungi kedua orangtua Adel di Sleman." "Oh, ya sudah ayo kita berangkat yah, bu," ajak Azkia. Pak Widodo dan Bu Ratna kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari rumah diikuti oleh Azkia, mereka masuk dalam family car milik pak Widodo. "Memangnya kita makan malam dimana yah?" Tanya Azkia saat mobil melaju di jalanan ramai kota Yogyakarta. "Di restoran milik Andika." "Andika? Andika siapa?" "Dia itu putra sahabat ayah Kia, yang akan kami perkenalkan sama kamu. Hebat kan masih muda sudah menjadi pengusaha resto," jawab bu Ratna sekaligus memuji Andika. Azkia hanya bisa diam mendengar pujian ibunya pada pria yang akan mereka temui beberapa saat lagi, dalam waktu empat puluh lima menit mobil pak Widodo berbelok masuk dalam area parkir sebuah resto dengan nama resto moon love. Pak Widodo memarkirkan mobilnya dan mengajak istrinya juga Azkia keluar dari mobil dan masuk dalam restoran, pak Widodo bicara sejenak pada seorang waiters yang kemudian menunjukkan tempat mereka makan malam. Meja mereka terletak lebih dalam walau bukan privat room tapi hanya ada sedikit meja disana, pak Widodo, bu Ratna dan Azkia kemudian duduk di tempat yang sudah disiapkan. "Mohon ditunggu, pak Andika dan keluarga sedang dalam perjalanan," ucap waiters itu kemudian meninggalkan keluarga Azkia. "Restorannya nyaman ya yah," ucap bu Ratna mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru resto, begitu pula Azkia, memang restoran itu cukup mewah dan juga nyaman. Ia sudah tahu beberapa informasi jika Andika ini adalah anak tunggal keluarga sahabat ayahnya, dan restoran ini ia bangun dari hasil keringatnya sendiri karena ayah Andika adalah pengusaha ikan yang tambaknya dimana mana, cukup singkron memang, ia bisa mengambil stok ikan dari tambak milik ayahnya tanpa harus mencari supplier. "Selamat malam," sapa seseorang membuat Azkia mengangkat kepalanya, ia melihat sepasang suami istri seusia kedua orangtuanya dan seorang pria gagah yang memakai kemeja berwarna soft blue, mata mereka bersirobak beberapa detik. "Selamat malam mas Guntur, mbak Mila," sapa pak Widodo kemudian berdiri diikuti Bu Ratna, Azkia pun ikut berdiri. "Lama menunggunya dek Widodo?" Tanya pak Guntur. "Kami juga baru datang, oh ya kenalkan itu putri bungsu kami, Azkia, Kia kenalkan ini pak Guntur Chandraputra, istrinya bu Mila Anika dan putranya Andika Chandraputra," ucap pak Widodo memperkenalkan keluarga Andika. "Selamat malam om, tante," sapa Azkia, ia juga tersenyum dan mengangguk pada Andika, mereka kemudian duduk bersama, saling berhadapan dua keluarga. Tak lama setelah kedatangan keluarga Andika makanan segera dihidangkan di meja. "Saya sudah meminta koki memasak makanan spesial buat om dan Tante," ucap Andika. "Ayo kita makan dulu mumpung masih hangat makanannya, setelah itu kita ngobrol," ajak pak Guntur. Mereka kemudian menikmati hidangan yang sudah disiapkan, Azkia mengakui makanan restoran milik Andika sangat lezat dan ia menyukainya. Ia sering mendatangi tempat usaha catering dan mencoba makanan makanannya sebagai rekomendasi bagi klien dan menurutnya makanan di restoran Andika recommended. Setelah makan dan meja dibereskan, pak Guntur memulai percakapan. "Om dengan kamu mendirikan wedding organizer di Jakarta nduk?" Tanya pak Widodo pada Azkia. "Benar om, saya mendirikan wedding organizer bersama sahabat sekaligus teman kuliah saya." "Tante dengar WO kamu sering menangani pesta pernikahan banyak artis dan pengusaha? hebat kamu Kia."  "Tante Mila terlalu memuji, itu tak lepas dari kerja sama tim, bukan saya sendiri." "Jangan merendah, kamu juga pasti punya andil besar disana. Kamu membuat pesta pernikahan orang sempurna, pasti akan lebih sempurna lagi saat pernikahan sendiri ya kan?" goda bu Mila yang hanya dijawab Azkia senyum kecil. Pembicaraan dirasakan Azkia mulai menjurus. "Oh ya Dika, kamu ajak Azkia berkeliling restoran, biar dia tahu kegiatan kamu." Andika menatap ibunya kemudian mengangguk, "ayo Kia," ajak Andika, Azkia menatap ayah ibunya yang memberikan isyarat anggukan yang menganjurkan putrinya mengikuti Andika. Azkia pun berdiri dan berjalan mengikuti langkah Andika, ia tahu itu hanya cara untuk mendekatkan dirinya dan Andika. Andika membawa Azkia keliling restoran yang ternyata sangat luas, di belakang ada outdoor resto dengan taman dan kolam ikan. "Bagus restorannya mas Dika," ucap Azkia memulai pembicaraan. "Terima kasih Kia, mmm... kamu tahu kan tujuan makan malam ini?" Tanya Andika. Azkia menghentikan langkahnya dan menghadap pada Andika di sebelahnya. "Yang aku tahu, ini hanya makan malam perkenalan saja. Memang inti dari semua ini adalah perjodohan tapi kita tidak dipaksa, hanya diminta saling mengenal lebih jauh, benar kan? atau versi kamu berbeda mas?" tanya Azkia menatap Andika. "Kurang lebih begitu, tapi..." "Tapi apa? kalau mas Andika punya pacar aku tidak masalah toh ini hanya perkenalan saja." "Bukan, bukan itu, aku takutnya malah kamu yang sudah punya pacar Kia di Jakarta, mana mungkin gadis secantik dan mandiri seperti kamu tidak memiliki kekasih." Azkia menghela nafas, ia kemudian di salah satu bangku di tepi kolam ikan dan menatap riak air karena gerakan ikan dalam kolam. Andika juga duduk di sebelah Azkia ikut menatap riak air kolam di depan mereka. "Kalau aku sudah punya kekasih, tidak mungkin ayah dan ibu meminta aku pulang dan memperkenalkan kita mas, sejujurnya aku asyik dengan karier aku dan belum memikirkan pasangan." "Sebenarnya aku juga seperti itu Kia, tapi namanya orangtua melihat anaknya asyik berkarier tanpa memikirkan pasangan pasti akan khawatir, makanya untuk membuat hati mereka lega, aku mau diperkenalkan dengan kamu." "Mungkin kita jalani saja dulu acara perkenalan dan pendekatan kita ini, untuk menyenangkan mereka dan siapa tahu kita akan cocok dan benar benar jadi pasangan," cetus Azkia menyarankan. "Baiklah, lebih baik kita bertukar nomor ponsel dan saling berhubungan." "Baiklah." Oooo----oooO Azkia berbaring di ranjangnya, ia bingung kenapa malah menyarankan pada Andika untuk tetap mencoba menjalani pendekatan sesuai keinginan kedua orangtua mereka. Tapi ia kembali berpikir tidak ada salahnya menjalani pendekatan dengan Andika walau nantinya mereka akan tinggal berjauhan, ia juga ingin membahagiakan ayah dan ibunya walau belum tentu ia dan Andika akan menikah. Pintu kamarnya diketuk dan terbuka menampakkan sosok ibunya yang berjalan mendekatinya, Azkia pun bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. "Kenapa bu?" "Kamu sudah mau tidur nduk?" "Iya, memangnya ada apa?" "Ibu hanya mau tanya, bagaimana pendapatmu tentang Andika?" "Kia belum bisa mengatakan apa apa bu, Kia dan mas Dika kan baru sekali bertemu belum tahu sifat dan pribadi masing-masing." "Iya ibu tahu, tapi ibu mau tahu bagaimana kesan pertama saat bertemu Andika." "Kesannya sih biasa aja bu, dia orangnya baik dan sopan sepertinya." "Ibu dan ayah juga kedua orangtuanya Andika sangat berharap kalian bisa cocok dan menikah." "Ini kan baru awal bu, masih jauh jika membicarakan soal pernikahan, kita masih harus melakukan pendekatan untuk bisa saling mengenal." "Iya tapi boleh dong ayah dan ibu berharap." "Iya tentu saja boleh bu." Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD