9.3

1076 Words

Arifin memasang telinganya baik-baik, ia sengaja duduk tak jauh dari istrinya ketika mengetahui kalau sang istri sedang melakukan panggilan video dengan putri bungsu mereka. Rasanya sudah sangat lama sejak putri bungsunya itu meninggalkan rumah karena diboyong oleh sang suami ke tempat di mana ia mencari nafkah. Rumah jadi terasa sangat sepi tanpa suara toa Uci dan Indah, menantunya. Arifin jadi teringat dengan sindiran putrinya beberapa jam sebelum acara ijab kabul. Uci memang paling jago menembaknya, di tempat yang tepat pula. Putrinya itu berpikir kalau Arifin meragukan bahwa hari itu Uci akan menikah dengan pria pilihannya. Si keras kepala itu bahkan meminta untuk dinikahkan pertama kali, mendahului Abang dan Kakaknya. Kini rumah ini terasa lebih besar dari biasanya karena ketidakhad

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD