6.8

1809 Words

Sejak beberapa menit yang lalu Uci duduk diam, tidak memedulikan sindiran Papa yang membuat Mama tampak menyedihkan seperti sekarang. Ia menyatukan jemari kanan dan kirinya di atas pangkuan dengan mata yang menatap lurus pada tubuh Mama di atas ranjang. Sebelum memutuskan untuk lari pada Raka, Uci sempat berpikir untuk pergi jauh, ke tempat yang satu orangpun tidak ada yang mengenalnya tapi kala itu pikiran tentang keadaan Mama menghentikannya. Lihat sekarang, Uci pergi sebentar saja Mama sudah seperti ini. Bagaimana kalau nanti ia memutuskan untuk pergi tanpa ada niat kembali? Bagai makan buah simalakama, mungkin orang yang menciptakan peribahasa itu juga mengalami keadaan seperti yang Uci rasakan. Jika ia pilih untuk melakukan pernikahan ini seperti yang semua orang inginkan maka dirin

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD