Part 3

1663 Words
"Sudahlah terima saja tugas ini, langkah awal kau harus pindah sekolah." "Urus saja semuanya aku akan mengatakan pada orang tua ku dan membuat alasan agar aku diperbolehkan pindah sekolah," jawab Leo malas karena sudah pasti kedua orang tua nya para kakak nya pasti akan melimpahkan berbagai pertanyaan yang membuat Leo pusing harus menjawab yang mana. Dan ayah nya adalah hal tersulit menurut Leo, karena diri nya harus membuat alasan yang sangat masuk akal kenapa diri nya ingin pindah sekolah. "Selamat berpikir keras untuk membuat alasan pada orang tua mu sayang," teriak Nasla sambil mengejek pada Leo yang sudah berdiri dari sofa yang didudukinya tadi dan melangkah meninggalkan ruangan ini dengan sedikit sebal. Leo harus memutar otak untuk membuat alasan. *** "MOM DAD AKU PULANG." "Jangan berisik," sahut seorang gadis yang sedang duduk di samping jendela dekat taman belakang rumah seraya membaca novel ditemani dengan secangkir kopi kesukaan nya. "Kak jangan terlalu banyak minum kopi gak baik." Leo meletakkan tas nya di sofa dan berjalan menuju kulkas, mengambil air mineral dingin. "Hmm..." gadis yang di panggil kakak oleh Leo tadi hanya bergumam tak menghiraukan ucapan adik tampan nya itu dan tetep saja meminum kopinya dengan santai. Sangat sulit memberitahu kakak nya satu ini kalau bermasalah dengan kopi, karena kopi sudah seperti bagian dari hidup nya. "Kak?" panggil Leo setelah meminum air mineralnya. "Kapan pulang?" lanjut Leo seraya berjalan mendekati kakak nya yang sedang asik dengan novel nya, kakak tertuanya ini memang seperti itu kalau sudah bertemu novel kesukaannya akan lupa dengan segalanya. "Tadi," jawab nya singkat tanpa menoleh pada Leo. Leo mengambil novel kakaknya itu dan meletakkannya di meja samping kursi kakaknya itu duduk. Kakaknya itu menatap Leo lalu berdiri dan memeluk Leo, sudah pasti itu seperti itu ketika kakak nya itu pulang ke rumah. "Kakak selalu kangen adek kakak yang tampan ini." Kakak nya itu mengusak rambut hitam Leo. "Leo juga kangen banget sama kak Angel." Leo membalas pelukan kakaknya yang sedikit lebih pendek dari diri nya. Angel. Ya Angelina Clarabella Valxy kakak tertua Leo, anak pertama dari Salsha dan Aldi yang sekarang sudah berkerja menjadi arsitek muda sesuai dengan keinginan Angel. Angel memiliki sifat yang hampir sama dengan Leo, dingin, lebih banyak bertindak, dan pintar tentu saja, namun Angel tidak sombong dan tebar pesona seperti Leo, Angel lebih berwibawa, dan kekurangan Angel adalah tidak pernah peka terhadap lingkungannya karena Angel selalu mementingkan dirinya sendiri. egois, ya itulah Angel. Dan Angel sekarang tinggal di luar kota karena ingin mandiri. Kedua orang tua mereka tidak pernah melanggar semua keinginan anak nya selagi itu masih baik dan menjanjikan untuk masa depan mereka. "Hey hey hey guys acara pelukannya udahan belum nih?" suara dari arah belakang Leo mengejutkan mereka berdua. "Alvera, kamu ini suka banget merusak suasana," ucap Angel menatap adik pertama nya sebal seraya melepaskan pelukannya pada Leo. Alvera hanya tertawa dan menghampiri Leo sedikit memberikan jitakan kecil di kepala Leo. memukul kepala Leo itu adalah sudah menjadi kebiasaan Alvera sejak kecil kepada Leo. Ia menganggap hal itu sebagai bentuk kasih sayang nya pada Leo dan Leo tidak terlalu mempermasalah kan itu karena sudah sedari kecil seperti itu jadi Leo sudah terbiasa, dan satu lagi hanya kakak nya –Alvera saja yang boleh memukul kepala nya. Alvera Shabilla Valxy kakak kedua Leo yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan mereka berdua karena tingkah nya yang konyol, cerewet dan frontal membuat Leo dan Angel kadang mempertanyakan apakah benar bahwa Alvera saudara kandung mereka berdua? "Baru jam segini udah pulang aja lo? Bolos ya?" ejek Alvera. "Alvera! Gak mungkin Leo bolos, emang nya kamu?" sindir Angel dan Alvera hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Ya satu lagi sifat yang berbeda dengan mereka berdua, Alvera suka membuat ulah disekolah dan membuat keributan dimana pun yang ia mau. Bagi nya kalau menyenangkan, kenapa tidak. "Alvera tuh gak bolos kak sebenernya, Cuma kadang pak satpam nya aja yang rusuh biar Alvera kena hukuman dengan nyuruh Alvera gak boleh masuk ke sekolah, padahal kan Alvera mau sekolah," curhat Alvera yang berjalan menuju sofa di ruang keluarga diikuti Angel dan Leo dibelakangnya. "Ya orang masuk sekolah tuh jam delapan tapi kak Alvera berangkat ke sekolah jam sepuluh, itu mah jam istirahat kali kak," sahut Leo mengambil tas nya yang berada di sofa di samping Alvera yang dengan santai duduk dengan menaik kan kakinya ke meja dan mulai menyalakan televisi. "Yailah itu mah udah masa lalu udah jaman kapan tau itu, sekarang kan yang penting Alvera udah jadi pebisnis ntar juga Alvera bakal nyaingin bisnis papah, keren kan?" Alvera menatap kakak dan adik itu dengan menaik turun kan alisnya. Walaupun Alvera terbilang masih muda tapi sudah bisa mengembangkan bisnis nya sendiri dengan banyak belajar dari papah nya —Aldi dan sejak kecil dia sangat tertarik dengan apa yang di lakukan papah nya hingga sering mengunjungi perusahaan papah nya untuk mempelajari apa yang di lakukan papah nya hingga menjadi pebisnis sukses seperti itu. Alvera termasuk anak yang lebih mudah menangkap pelajaran dengan langsung melihat nya dan mempelajari nya sendiri dari pada membaca dan di jelaskan oleh orang lain seperti sekolah contoh nya. Angel kembali membaca buku nya di sofa samping Alvera mengabaikan ucapan Alvera tadi dan Leo melangkah meninggalkan ruang keluarga menuju kamar nya yang berada di lantai atas tanpa memperdulikan kakaknya itu. "Ish dasar kalian tuh ya kakak dan adik yang tidak sopan, dasar batu es," ejek Alvera. Angel yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya sambil meletakkan buku yang ia baca di meja dan berjalan menuju dapur. "KAK MOMMY KEMANA YA?!" teriak Leo dari arah kamarnya. "KELUAR TADI SAMA PAPAH." "JANGAN TERIAK-TERIAK DI RUMAH!! DISINI BUKAN HUTAN." Teriak Angel yang berada di dapur seperti nya sedang membuat makan malam. "KAKAK JUGA TERIAK." Sahut Leo dan Alvera berbarengan dan tidak ada sahutan lagi dari Angel. Alvera hanya terkikik geli meledek kakak nya lalu menghampiri Kakak nya itu. "Kak Angel masak apa nih?" tanya Alvera tanpa berniat untuk membantu sedikit pun. "Mau bantuin?" tanya Angel walaupun dia tau adik nya itu tidak akan mau membantu nya, adik nya itu sangat tidak mau memasak karena memiliki prinsip kalau orang lain bisa mengapa harus diri nya. Karena sekarang kakak nya –Angel sedang memasak jadi untuk apa dia memasak kakak nya itu juga pandai memasak walaupun sebenarnya Alvera lah yang paling pandai dalam memasak. "Enggak lah, males," jawab Alvera mengambil cemilan di kulkas dan duduk di bangku melihat kakak nya yang sedang memotong bawang. "Kak," panggil Alvera yang sedang tersenyum geli. Angel tau betul apa yang akan di tanyakan adik nya itu. "Udah ada calon kak?" "Kamu duluan aja kakak gak apa-apa kok di langkahin." "Ihh enggak ah, kakak duluan lah sana. Aku masih mau nyaingin bisnis papah dulu." "Kakak juga masih muda." "Kak kita tuh tinggal di indonesia sekarang, umur dua puluh tiga tahun tuh udah di anggep harus nikah tau," jelas Alvera pada kakak nya yang sedang memasuk kan bahan-bahan masakan nya tadi kedalam panci yang di dalam nya sudah ada air yang mendidih. "Peduli banget omongan orang, yang jalanin hidup kan kita jadi cuma kita yang tau mana yang terbaik buat kita." "Ihh tapi pasti Mamah kalo ketemu temen nya di tanya in deh gini anak mu Angel udah nikah belum? pasti gitu deh kak," ucap Alvera meniru kan ibu-ibu yang suka bergosip. "Temen bunda juga ada kan yang anak nya udah nikah pas lulus SMA pasti temen bunda juga bilang gitu ke bunda, bu kok Alvera udah dua puluh tahun belum nikah ya? gitu pasti," ujar Angel yang mengejek kembali Alvera. Angel sangat tau sifat adik nya satu ini, suka sekali memanas-manasi orang seperti itu, jadi lebih baik balik kan saja ucapan nya tadi kepada nya. "Ih dua puluh tau masih kecil tau, masuk umur legal juga belum." "Terus pasti ada yang bilang, kok Alvera gak kuliah sih." "Ihh iya tau kak bener ibu-ibu sering bilang gitu, padahal Alvera tuh gak suka ih belajar sekolah begitu, males Alvera gak suka di atur-atur, lagian Alvera juga punya bisnis ngapain kuliah," ucap Alvera sambil tertawa. "Orang tuh emang seneng banget nyari-nyari kesalahan, kejelekan orang terus di omongin gitu, terus nentuin standar dia ke kita, padahal yang jalanin juga kita." "Bener Alvera kan lakuin aja apa yang kita suka jangan peduliin orang." "Kamu mah kebangetan gak peduli nya. Gak peduli juga kita tetep harus mau terima kritikan orang, karena dari kritikan orang kita bisa membangun diri kita jadi lebih baik." "Tapi ibu-ibu tukang gosip gak mengkritik membangun kak tapi ngomongin terus ngebandingin sama anak dia, dan kakak tau kan disini tuh kaya perempuan tuh tujuan nya nikah, ya Alvera kalah lah kalo di bandingin nya gitu orang Alvera belum nikah." "Nikah kalau udah siap bukan karena omongan orang." "Iya bener tuh gitu." Dan mereka berakhir dengan mengobrol banyak hal sambil Angel yang memasak dan Alvera yang duduk memerhatikan tanpa membantu. *** Ketiga kakak beradik ini duduk berdampingan dimeja makan ketika Angel sudah memasak kan masakan untuk mereka semua sambil menunggu orang tua meraka pulang ke rumah. "Lama banget sih mamah sama papah cacing perut Alvera udah pada demo gini." Alvera meletakkan kepalanya dimeja makan dengan lemas sambil mengetuk-ketuk kan ujung sendok pada meja makan. "Lebay," sahut Leo. "Gua laper." Suara deruan mobil membuat Alvera menegakkan kepalanya semangat karena ia tau itu suara mobil kedua orang tua nya. Angel yang sedang memainkan ponsel nya segera meletakkan nya. "Yes udah pulang." Alvera dengan cepat mengambil nasi dan lauk pauk yang dibuat oleh Angel ke dalam piringnya karena tidak perlu lagi menunggu kedua orang tua nya telah datang. "Angel kamu pulang kok gak bilang-bilang bunda sih?" tanya Salsha yang berjalan memasuki ruang makan bersama Aldi yang berjalan di samping nya. "Tadi kan Alvera udah bilang ke papah suruh pulang cepet," ujar Alvera yang masih sibuk memasukan lauk pauk kedalam piringnya. "Kamu kok gak bilang sih," bisik Salsha kepada Aldi. "Maaf lupa, aku kira bukan karena Angel pulang," balas Aldi. Angel berdiri menghampiri dan memeluk kedua orang tua nya bergantian itu dengan hangat. "Kamu tuh kalo pulang telfon bunda dulu," omel Salsha. "Kan kejutan bund cerita nya." "MAH PAH!!! ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD