Part 2

1713 Words
Leo didalam mobil mendengarkan musik sambil sesekali bersenandung mengikuti irama musik yang sedang ia dengarkan sambil menunggu lampu merah yang berada di perempatan jalan. Leo melihat-lihat sekitar, mulai dari beberapa pengamen kecil hingga besar, Leo tidak habis pikir mengapa ada yang tega memperkerjakan anak kecil seperti itu, Leo ingin memprotesnya tapi apa hak Leo? Siapa memang dirinya ? lebih baik Leo tidak usah ikut campur karena dirinya sendiri juga sangat lah sibuk. "Kak mau beli bunga mawar ini?" tanya seorang anak kecil perempuan yang memegang beberapa tangkai bunga mawar merah ditangannya dengan tatapan seolah-olah meminta Leo untuk membelinya. "Kakak beli semua ya." Leo memberikan beberapa lembar uang berwarna merah muda kepada anak kecil itu yang terkejut melihat uang sebanyak itu. "Kak ini banyak banget uang nya, harga Bunga nya kan gak segini banyak kak." Anak kecil itu menatap Leo tidak enak karena uang yang di berikan nya terlalu banyak, walaupun jujur dimata anak kecil itu terlihat senang tapi tetap saja merasa tidak enak pada Leo. "Loh kan bunganya ini ada sepuluh dan kakak beli semua berarti ada sepuluh lembar uang yang kakak kasih ke kamu dong," ujar Leo santai. "Tapi kak..." "Udah sana kakak sibuk," usir nya. Akhirnya anak perempuan kecil itu pergi meninggalkan mobil milik Leo. Leo menatap gadis kecil itu dengan sedikit tersenyum. Leo menatap lampu merah yang ada didepan nya, dan sebentar lagi akan menunjukan lampu berwarna kuning. Tatapan Leo tertuju pada gadis yang sedang membantu seorang nenek-nenek yang ingin menyebrang dan membantu membawakan barang-barang milik nenek itu, tanpa sengaja Leo melihat seorang pria yang memakai pakaian hitam dengan topi berwarna putih menatap kearah gadis itu dengan seringai. Leo berpikir mungkin saja itu kekasihnya atau entah bukan urusan nya pikir Leo. TTIINNN TIINNN Leo melihat kearah lampu lalu lintas dan ternyata sudah menunjukan lampu berwarna hijau, pantas saja mereka semua berisik menyalakan klakson mereka. Leo segera melajukan mobil itu dan sedikit melirik kearah gadis yang menolong nenek-nenek itu. "Masih ada juga ternyata orang baik," gumam Leo sambil mengendarai mobil dengan sangat cepat karena yang menelfon nya tadi sudah mengirimkan banyak pesan. "Cerewet sekali wanita itu," gumam Leo yang melihat ponsel nya penuh dengan notifikasi dari wanita yang menghubunginya tadi. Leo dengan cepat mengendarai mobilnya menuju sebuah gedung besar berwarna putih gading yang memiliki penjagaan yang sangat ketat itu. Gedung yang sangat sulit untuk memasukinya dan hanya orang-orang penting saja yang diperbolehkan masuk dan ketika ingin memasuki gedung itu harus memiliki izin yang sangat resmi dari pihak gedung ini dan setelah itu harus bersedia untuk mengikuti beberapa tes dan pengecekan untuk memasuki gedung itu, ya hanya ingin memasuki gedung itu bukan untuk melamar pekerjaan tapi peraturan gedung itu memang sangat ketat membuat orang yang ingin memasukinya berpikir untuk beberapa kali. Bahkan pekerja disini setiap hari nya harus di cek sebelum memasuki gedung ini, ya khusus untuk pekerja, selebihnya harus meminta izin dan tes juga. Leo keluar dari mobil nya dan melihat orang-orang berpakaian rapi dengan jas sepatu mahal dan rambut yang terlihat sangat rapi berlalu lalang. Ada beberapa orang yang tengah diperiksa petugas karena ingin memasuki gedung ini, ada wanita yang tengah marah-marah karena pemerikasaan ini. "SAYA INI ORANG PENTING!" pekik seorang wanita yang terlihat jauh lebih tua dari Leo, dilihat dari wajah nya yang menampilkan beberapa kerutan di wajah nya yang di samarkan oleh make up tebal yang digunakan nya. "Iya bu saya tau." "TIDAK SEPANTASNYA KALIAN BERSIKAP SEPERTI ITU KEPADA SAYA, SAYA SUDAH MEMBUAT PERJANJIAN AKAN BERTEMU HARI INI! INI SURAT IZIN YANG SUDAH DIBERIKAN," teriak wanita itu karena tidak terima diperiksa seperti itu. "SAYA BUKAN PENJAHAT ATAU PUN TERORIS YANG DIPERLAKUKAN SEPERTI INI, APA KALIAN TIDAK TAU SIAPA SAYA HAH?!" lanjut wanita itu marah kepada penjaga yang menghadang nya untuk masuk. "Iya ibu saya tau, tapi tetap harus menjalani tes dan pengecek kan terlebih dahulu," ucap penjaga yang menghadang wanita itu. "JANGAN MENGHALANGI SAYA!" Para penjaga itu mengabaikan ucapan wanita itu dan tetap saja memeriksa wanita itu dan melakukan beberapa tes dan pengecek kan. Karena para penjaga itu sudah terbiasa menghadapi hal seperti ini, apalagi ketika orang itu merasa dirinya orang yang penting. Leo berjalan santai melewati beberapa petugas dengan tangan sebelah kiri memegangi tas sekolah nya yang disampirkan disebelah bahunya dan tangan kanan memegang ponsel membuat beberapa orang yang sedang diperiksa melihat Leo bingung. Bagaimana bisa seorang anak sekolah menengah atas seperti itu masuk dengan mudah tanpa di periksa terlebih dahulu? "HEI LIHAT LAH ANAK KECIL ITU MASUK SEENAKNYA SAJA DAN KALIAN MALAH TETEP MEMERIKSA KU TANPA MENGHENTIKAN ANAK KECIL ITU??" Teriak wanita itu lagi yang mampu didengar oleh Leo. Leo diam saja tidak memperdulikan ucapan wanita itu dan tetap berjalan dan ada beberapa dari mereka menyapa Leo lewat anggukan kepala atau senyuman kepada Leo dan Leo hanya membalasnya dengan deheman kecil atau anggukan kepala tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Memang nya siapa yang berani menghadang dirinya untuk masuk ke gedung ini? tidak akan ada yang berani pikir Leo sambil menyunggingkan smirk nya. Terlihat sangat tidak sopan. Ketika anak sekolahan berpakaian putih abu-abu memasuki gedung yang sangat ketat penjagaan nya itu dengan santai dan ketika disapa oleh orang-orang yang lebih tua darinya dengan berpakaian rapi berjas namun hanya dibalas sekena nya saja seperti itu , benar-benar tidak sopan, namun tidak ada yang marah atau menegurnya ketika Leo berperilaku seperti itu, ya memang siapa yang berani menegur seorang Leonardo. Leo memasuki ruangan yang berada dilantai paling atas dengan pintu berwarna gold penuh dengan ukiran-ukiran bunga. "LEOOO MENGAPA KAU SANGAT LAMA SEKALI HAH?!" teriak seorang wanita yang sedang memegang beberapa berkas ditangan nya dan menyuruh pria yang sedang berbicara padanya tadi pergi meninggalkan mereka berdua. "Aahhh lelahnya." Leo melemparkan tas nya sembarang dan segera membaringkan tubuhnya ke sofa yang berada di ruangan ini. "Apa peduli ku?!" "Siapa juga yang menyuruhmu untuk peduli pada ku," ucap Leo sambil memejamkan mata nya. Wanita itu hanya menghela napas sabar karena memang seperti itu lah sikap Leo, seenaknya dan sombong. Sangat sulit untuk memberitahu nya dia sering menyangkal nya dan berakhir menggunakan pemikiran nya. "Mau minum apa?" tawar wanita itu pada Leo. "Minuman paling mahal," jawab Leo terkekeh. "Sombong," ucap wanita itu dan berjalan menekan tombol hijau yang berada tidak jauh dari meja nya untuk memesan minuman. "Aku akan memberikanmu suatu misi." "Ck... waktu itu kan gua udah bilang kelas dua belas ini gua gak mau nerima tugas, mau fokus ujian gua ya walaupun gua udah pinter gua juga harus pencitraan lah buat belajar," ucap Leo membuka mata nya dan menatap wanita yang lebih tua itu di hadapan nya. Plakkk "Apa sih Nanas?" kesal Leo ketika kepalanya terkena pukulan keras dari wanita yang dipanggil Nanas itu. Wanita itu lebih suka dipanggil dengan nama buah Nanas seperti itu karena seperti menjaga identitas saja walaupun orang terdekat nya tetap tau siapa nama asli nya, seperti Leo dia tau nama asli Nanas itu adalah Nasla dan tetap saja dia memerintahkan Leo untuk memanggil nya dengan nama buah saja. "Kamu gak sopan ngomong sama yang lebih tua begitu Leo," omel nya pada Leo yang sudah dianggap seperti Adik nya sendiri itu. "Iya iya maaf Ibu Nanas," ledek Leo, karena Nasla atau Nanas itu tidak pernah mau dipanggil ibu oleh Leo karena menurut nya dia bukan lah ibu dari Leo jadi dia tidak mau dipanggil ibu oleh Leo ataupun yang lainnya, walaupun alasan utama nya sudah terlihat jelas kalau dia ingin terlihat muda saja jadi tidak mau di panggil ibu. "LEOO!" "Iya Nanas astaga, seperti mommy ku saja." Leo menegakkan tubuhnya menghadap Nanas. "Hey tapi aku lebih muda dari ibu mu," protes Nasla yang tidak terima di samakan dengan ibu nya Leo yang sudah pasti lebih tua dari nya. "Tapi sepuluh tahun lebih tua dari diri ku," ejek Leo. Ia sangat senang ketika mengejek nya masalah umur seperti ini karena disini memang hanya dia lah yang termuda, jadi sangat menyenangkan ketika menyinggung masalah umur dengan yang lain nya. Nasla ingin kembali protes tapi suara pintu diketuk menghentikan nya. "Masuk." Seorang pria yang membawa sebuah nampan berisi dua gelas berisi jus itu masuk dengan membungkuk kan tubuhnya sopan kepada Nasla dan Leo. "Letakan dimeja," perintah nya. Pria itu segera meletakan gelas berisi jus itu di meja dengan hati-hati dan langsung pergi namun ketika pria itu masih berada di depan pintu, Leo memanggilnya menghentikan langkah pria itu. "Hey tolong ambilkan bunga yang berada di mobil ku dan kau letakan di vas bunga yang ada di ruangan ku," perintah Leo kepada pria yang membawa minuman tadi seraya melemparkan kunci mobil pada pria itu. Mengapa Leo dengan mudah nya memberikan kunci mobil itu pada nya dan mempercayainya mengambilnya di mobilnya, bisa saja kan pria itu malah mencuri mobil Leo atau mengambil barang Leo? Jawabannya adalah, apakah kalian lupa kalau tempat ini benar-benar dijaga ketat? Jangan lupakan itu. Tempat ini sangat sangat dijaga bahkan gerak-gerik kalian saja selalu di intai setiap saat, jadi tidak mungkin pria itu akan mencuri barang milik Leo. "Leo tugas ini bukan lah hal yang mudah," ujar Nasla yang kembali membahas misi yang akan di berikan nya pada Leo. "Tidak ada yang sulit untuk ku, kau tau itu," sahut Leo seraya berdiri mengambil gelas berisi jus yang dibawakan oleh pria itu tadi dan meneguk nya. "Kau ini sangat sombong, bisa kau hilangkan sifat buruk mu itu?" tanya Nasla seraya meminum jus nya sendiri. "Sudah dari lahir. Jadi apa misi ku?" "Kau harus pindah sekolah," ucapan Nasla berhasil membuat Leo hampir mati ditempat karena tersedak jus yang ia minum. "Aku sudah kelas dua belas Nanas?" protes Leo tidak terima dengan keputusan yang di berikan pada nya. "Lalu?" "Mana bisa, aku tidak mau. Lagipula aku sudah bilang kan aku tidak mau menjalankan tugas lapangan untuk saat ini, aku ingin fokus pada ujian ku." Nasla yang mendengar itu sontak tertawa. Leo mengabaikan nya dan membuka ponsel nya melihat apakah ada yang menghubunginya atau tidak. Padahal yang biasa menghubungi nya kalau bukan Nasla ya keluarga nya tidak ada yang lain, jangan kan pacar, teman dekat saja Leo tidak memiliki nya karena Leo tidak suka memiliki hubungan dekat dengan orang lain, Leo tidak mudah untuk mempercayai orang lain. "Sejak kapan kau peduli pada ujian ? bukan kah kau bilang bahwa kau sudah jenius sejak dalam kandungan jadi tidak perlu belajar lagi?" tanya Nasla meledek Leo yang seperti nya tidak peduli dengan apa yang dikata kan oleh Nasla kepada dirinya. "Pencitraan saja sebenarnya," sahut Leo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD