Masa Lalu Yang Mengejutkan

1085 Words
Lucy sebenarnya seorang yang sudah bosan tinggal di pulau ini, bukan karena letak wilayahnya yang hanya dikelilingi lautan tetapi fasilitas publik yang tak memadai serta kekuatan sinyal internet di pulau ini sangat minim sehingga menurutnya di pulau ini sulit mendapatkan hidup yang ideal, cita-citanya adalah pergi dari pulau ini dan menjalani kehidupan normal di pusat kota walaupun sebenarnya Lucy sangat mencintai lautan dan pantai. "Kalo udah lulus nanti aku gamau tinggal di pulau ini, bosenin banget, mau nonton bioskop aja engga ada, mau makan ke restoran mahal juga engga ada, gak ada istimewanya sama sekali di pulau ini tuh," ucap Lucy yang saat ini jalan berdua bersama Rio setelah mereka pulang dari sekolahnya. "Ya emang bikin bosen sih tapi, bukannya kamu suka sama pantai, ya? kalau di pusat kota nanti gimana caranya kamu bisa main di pantai tiap hari?" tanya Rio sembari membetulkan gagang tasnya yang mulai kendur. "Ya, itu nanti bisa dipikirin lah, daripada aku gak bisa ngapa-ngapain lagi selain main air di sini, lagian serem gak sih tiap malem denger suara ombak pasang? coba gimana kalo tiba-tiba ombak besar nyapu pulau? kebayang, ga?" tanya Lucy dengan ekspresi wajah seakan menakut-nakuti. "Huss, kamu gak boleh ngomong gitu. Ketahuan kepala pulau bisa habis kita," ucap Rio memperingatkan yang kebetulan kepala pulau di sana adalah ayahnya Rio. "Ayahmu?" tanya Lucy. "Ya siapa lagi?" balas Rio. "Yaelah ayahmu doang tinggal kasih kedipan langsung adem, hahaha," ucap Lucy berlari menjauh dari Rio. "Awas kamu, ya," ucap Rio yang mengejar Lucy di sana. Pulau Paus dengan sejuta pesonanya dari dulu mampu menarik para wisatawan lokal maupun mancanegara. Bukan karena alam serta pantainya yang tenang dan indah tetapi budaya serta keramahan masyarakatnya yang membuat banyak orang berbondong-bondong ke tempat ini, sayangnya semenjak dua tahun lalu pulau ini seakan menutup diri dari dunia luar, pengunjung benar-benar dibatasi untuk datang ke pulau ini dan itu menyebabkan pendapatan di sektor pariwisata menurun tetapi, masyarakat masih mengandalkan hasil laut untuk memenuhi kebutuhannya. "Sejak ayah kamu jadi ketua di pulau ini, pulau ini jadi makin sepi dari pengunjung, bahkan anak di bawah delapan belas tahun tidak boleh menyebrang pulau, padahal aku kan mau ke kota, gara-gara peraturan itu aku jadi kesulitan untuk mencari tahu dunia luar," ucap Lucy yang saat ini nampak duduk di ujung jembatan yang menghadap ke pantai bersama Rio. "Pasti semua juga udah ada pertimbangannya, kan? gak mungkin orang tua bikin aturan kalo mereka sendiri cuma asal-asalan, pasti semua itu dilakukan buat kehidupan kita yang jauh lebih baik, ambil sisi positifnya aja," ucap Rio mencoba untuk menjawab. "Jadi, gimana? kamu ama Cindy udah jadian apa belum? dia nanyain terus tuh dikiranya kita pacaran," tanya Lucy yang malah membicarakan orang lain. "Ya ampun apaan sih, Cindy itu cuma temen doang gak lebih kok, lagian gimana caranya aku suka sama orang lain?" tanya Rio dengan wajah sedikit serius. "Maksudnya?" tanya Lucy tak mengerti. "Yaudah sih lupain aja, mending pulang, nanti kamu diomelin ayahmu lagi," ucap Rio. Akhirnya mereka pulang dari sana setelah Lucy berkeluh kesah tentang kehidupannya di pulau itu yang ia pikir semua sangat membosankan dan merasa jika terus tinggal di sana bukanlah cara terbaik menikmati hidup walaupun banyak orang yang sebenarnya ingin tinggal di pulau dengan banyak ketenangan tanpa adanya suara bising dari mesin-mesin kendaraan serta asap polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik yang ada di kota. Di rumah Lucy nampaknya Sultan yang tak lain adalah ayahnya Lucy ternyata sedang bertengkar dengan ibunya dan dari sana Lucy mengetahui alasan kenapa ayahnya selama ini seakan tidak menganggap dirinya bahkan semenjak ia dilahirkan. "Ibu? itu kayak suara ibu nangis," ucap Lucy saat ia mendengar suara ibunya yang menangis dari dalam kamar. Di sana juga terdengar suara ayahnya yang nampak membahas tentang dirinya. "Aku ngerti yang kamu rasain tapi aku masih belum bisa pisah dari anakku, mau gimanapun dia tetep anakku, mas," ucap Lina yang tak lain adalah ibunya Lucy yang saat ini nampak meneteskan air matanya di dalam kamar. "Terus? gimana sama aku? aku juga suami kamu, aku udah ngalah belasan taun buat anak itu, aku benar-benar udah gak tahan kalo harus liat anak itu terus. Tiap kali aku liat dia rasanya aku benar-benar seperti melihat kejadian yang lalu dan rasanya ingin membuang dia dari rumah ini," ucap Sultan yang nampaknya tersulut emosi. Lucy yang mendengar percakapan mereka dengan jelas seakan tak mengerti apa yang mereka bicarakan, Lucy hanya bisa meneteskan air matanya ketika ayahnya berkata demikian dari balik pintu kamar itu. "Sebenarnya apa yang udah terjadi, sih? sebenarnya ada apa, sih dulu?" ucap Lucy bertanya-tanya sembari menyeka air matanya. "Jadi, kamu masih mau ungkit masa lalu? emang siapa sih yang mau kecelakaan kayak gitu, mas? kamu mikir gak gimana perasaan aku? aku tahu kamu masih sakit hati sama kejadian itu, liat aku mas? kamu pikir aku yang ngalamin semuanya gak tersiksa? aku juga tersiksa, aku malu. Kalo kamu mau bilang siapa yang paling rugi di sini ya aku mas!" ucap Lina nampak emosional saat mengingat semua kejadian dulu. Sultan hanya bisa terdiam, di satu sisi ia sangat mencintai istrinya tetapi, di sisi lain ia sangat membenci Lucy yang ternyata bukan anak kandungnya. Belasan tahun lalu seorang warga negara asing berkunjung ke pulau mereka untuk liburan dan menikmati suasana asri di pulau Paus. Saat itu sultan sedang melakukan pencarian ikan di tengah laut bersama beberapa orang lainnya sampai sebuah kabar tentang warga negara asing yang tak sengaja terpergok sedang melakukan tindakan kejahatan terhadap Lina istrinya membuat Sultan segera pulang ke rumahnya. "Kenapa bisa terjadi! mana orang nya biar aku habisi dia!" Sultan nampak marah melihat istrinya sudah berlinang air mata serta kondisi tubuhnya yang sangat lemas. Benar, wisatawan asing itu telah menodai Lina istrinya sampai Lina trauma tak mau keluar rumah karena malu. Sedangkan warga negara asing itu ditangkap dan di penjara akibat perbuatannya. Beberapa bulan kemudian Lina mengandung dan melahirkan anak yang ia beri nama Lucy, seorang anak yang di duga hasil dari orang asing tersebut. Tidak heran karena mata Lucy yang berwarna biru lebih mirip bule Eropa serta penampilan Lucy sekarang yang lebih mirip orang Eropa membuat Sultan setiap kali melihat Lucy seakan mengingat masa lalu yang pernah di alami istrinya tersebut. "Maafkan aku, aku telah tersulut emosi untuk kesekian kalinya. Aku sangat mencintaimu dan tak ingin kehilanganmu Lina," ucap Sultan yang langsung memeluk erat istrinya tersebut. Lucy masih belum percaya jika ternyata dia bukan anak kandung ayahnya. Dia juga tidak tahu jika ia sebenarnya anak dari seorang asing yang belasan tahun lalu singgah di pulaunya. "Aku benar-benar, bingung dengan yang terjadi di sini," ucap Lucy masuk ke dalam kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD