"Ada saja orang yang tidak menyukainya."
***
"Aww...." Criszya tidak sengaja menabrak seseorang hingga dia terjatuh. Dia ingin membantu ternyata wanita itu adalah Lina.
"Maaf ya, eh kamu...." ucap Cris lagi. Wanita itu melihat ke arah Cris dengan tidak senang. Criszya mengulurkan tangannya untuk membantu Lina tapi Lina malah bangun sendiri dengan wajah kesalnya.
"Kamu itu sengaja ya, Cris."
"Maaf, Mbak. Aku bener-bener enggak sengaja. Tadi aku ngerasa ada yang dorong juga." Cris merasa bersalah telah menyenggol Lina hingga terjatuh.
"Lihat kan baju aku Kotor. Aku itu mau mc in acara," ucap Lina lagi. Cris jadi merasa bersalah.
"Maaf, Kak sini biar saya bersihin aja. Atau kita mau ke toko baju aja biar saya yang bayar."
"Kamu fikir dengan beli baju lagi bisa keburu. Aku udah mau buka aja Lima menit lagi tahu enggak sih. Lagian kamu itu ada masalah apa sih sama saya. Kerjaan kamu bikin masalah aja." Cris padahal tidak pernah cari masalah dengan wanita ini. Hanya waktu itu saja. Padahal, Cris benar-benar tidak sengaja dengan itu.
"Maaf sekali lagi mbak, tapi aku benar-benar enggak sengaja. Aku harus apa ya mbak buat ganti kesalahanku ini?" Cris bertanya dengan harapan semoga masalah ini tidak perlu diperpanjang.
"Kamu ya!" geram Lina sambil mencengkram tangannya kuat.
Seseorang datang tak lama setelah itu. Dia berjalan dengan wibawanya seperti biasa.
"Ada apa ini?" tanya Hafidz yang sekarang berdiri diantara Lina dan Cris saat melihat Lina akan melakukan kontak fisik dengan Cris.
Hafidz melihat ke arah Lina dan mengangkat alisnya seolah meminta jawaban dari pertanyaannya tadi.
Lina otomatis menunjuk Cris, "Dia bikin baju aku kotor. Padahal, sebentar lagi aku mau MC ini acara," jelas Lina yang menyalahkan Cris.
Cris hanya terdiam ketika dirinya disalahkan. Ini mungkin memang salahnya, tetapi dia tidak melakukannya dengan sengaja seperti yang dipikir Lina kepada dirinya.
Kini Hafidz beralih kepada Cris, "Criszya?" panggil Hafidz karena Cris menundukkan kepalanya.
Cris mengangkat kepalanya dan menatap Hafidz. "Iya?" balasnya pelan.
"Apa itu benar?" Hafidz bertanya.
Cris mengangguk tanpa mengelak, dia juga kembali menundukkan kepalanya.
Hafidz terdiam sebelum kembali bertanya, "Kamu lakukan ini dengan sengaja?"
Cris secepat kilat mengangkat kembali kepalanya dan menggeleng. "Enggak, serius aku enggak sengaja sama sekali kok," jelas Cris.
Hafidz tak menyahuti penjelasan Cris.
"Hafidz enggak percaya ya?" tanya Cris karena melihat Hafidz yang hanya terdiam setelah dirinya menjelaskan.
Laki-laki itu menggeleng, "Percaya Cris." Hafidz lalu beralih kembali kearah Lina.
"Dia tidak sengaja, jadi maafkan saja," ujar Hafidz.
Lina menatap hafidz dan Cris bergantian dengan tatapan kesal setengah mati.
"Aku minta maaf sekali lagi Mbak," ucap Cris.
Lina berfikir lama, "Iya, kumaafkan," balas Lina. Dia lalu melihat bajunya yang sudah kotor.
Hafidz mundur selangkah. Cris melihat arah pandang Lina.
"Mbak boleh pinjam bajuku dulu kok," ujar Cris menawarkan bantuan.
Lina menatap Cris, "Enggak usah, makasih. Bajumu terlalu kecil buatku," ujar Lina menolak tawaran Cris.
Hafidz memandangi kedua perempuan dihadapannya ini. "Aku ada ide," ucap Hafidz tiba-tiba.
Lina dan Cris menatap Hafidz, "Apa?" tanya mereka bersama.
"Cris saja yang menggantikan kamu jadi MC nanti," jelas Hafidz.
Lina langsung memelototkan matanya, "Hah?"
"Cris yang gantikan kamu sebagai MC," ulang Hafidz.
"Enggak bisa. Aku yang sudah dikontrak, Hafidz," ujar Lina.
"Bisa kok, tidak masalah selagi Cris mau. Bagaimana Cris?" Hafidz beralih melihat Cris.
"Eh? Em... Iya.. Boleh aja," jawab Cris.
Sudah lama dirinya tidak membawakan acara. Mungkin ini memang keharusannya sebagai bentuk tanggung jawabnya.
"Enggak ada pilihan lain, karena waktunya tinggal sedikit." Hafidz berusaha membujuk Lina agar mau digantikan oleh Cris.
Lina menatap Cris. Dia menghela nafasnya, "Ya udah. Aku mau," putus Lina pada akhirnya.
Hafidz tersenyum simpul. Begitupun dengan Cris.
"Maaf ya mbak, karena kesalahanku mbak ga bisa MC in acara." Cris terus merasa bersalah meski mereka telah mendapatkan jalan keluarnya.
"Ya," balas Lina singkat.
"Ya sudah, dengan waktu yang masih ada tolong persiapkan ulang semuanya untuk Cris. Aku pergi dulu kalau begitu," pamit Hafidz meninggalkan Cris dan Lina.
Lina dan Cris lalu bertatapan. "Ayo ikut aku," ajak Lina menyuruh Cris untuk mengikutinya tanpa berlata apapun lagi.
Cris mengikuti Lina menuju suatu ruangan.
Lina masih belum sempat mengganti bajunya, dia mengambil beberapa lembar kertas diatas meja dan memberikannya kepada Cris.
"Ini urutan acaranya, aku pikir kamu pasti sudah tahu cara membawakan acara dengan baik. Jadi, semuanya aku serahin ke kamu saja," ujar Lina.
Cris mengangguk, "Baik mbak," balas Cris.
"Kamu siap-siap saja disana sekarang, aku tinggal dulu." selepas itu, Lina pergi meninggalkan Cris.
Baru selangkah, Lina kembali berbalik. "Jangan ada kesalahan sama sekali!"
Setelah mengatakan itu, Lina kembali berbalik dan melanjutkan perjalanannya.
Entah kenapa, sejak tadi Cris merasa tegang karena Lina. Kini dia bisa bernafas dengan lega saat Lina sudah pergi dari sana.
"Huh, ya ampun... Kenapa jadi gini sih Cris?" Cris bertanya pada dirinya sendiri. Dia merasa kalau dirinya selalu salah dimata Lina.
Cris lalu membaca petunjuk acara yang akan dibawanya nanti. Dia lalu menyiapkan dirinya sebentar sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.
Cris berjalan menuju acara sambil terus membaca kertas yang diberikan oleh Lina tadi agar dia tak melakukan kesalahan nanti.
Hafidz ternyata sudah berdiri di depan.
"Gimana? Sudah siap?" tanya Hafidz saat Cris sampai di hadapannya.
"Ya... Siap enggak siap emang harus siap sih," balas Cris sambil tersenyum simpul.
"Enggak gugup kan?"
Cris menggeleng, "Enggak kok," jawab Cris yang setengah berbohong. Sebenarnya, dia merasa gugup sekarang. Dan sebenarnya Hafidz tahu kalau Cris berbohong, dia tau kalau Cris merasa gugup sekarang karena dia memainkan jari-jemarinya untuk mengurangi kegugupannya. Tapi, Hafidz tidak memberi tahunya.
"Bagus. Tenang saja, ga akan lama kok. Kalau udah selesai pasti lega,l ujar Hafidz.
Cris mengangguk, "Iya," balasnya.
"Yuk, langsung masuk aja."
Selepas itu, Cris dan Hafidz masuk. Cris langsung menuju ke arah panggungnya. Dia menarik nafasnya dulu sekali sebelum memulai acaranya.
Beberapa lama Cris membawa acara. Syukurnya, tidak ada kesalahan sama sekali.
Setelah menyelesaikan semuanya, Cris keluar. Dia bernafas lega. Meski sudah pernah beberapa kali menjadi MC, tapi sudah lama sekali dia baru melakukannya lagi.
Cris bersandar pada tembok diluar. Rasanya luar biasa ketika para audience mendengarkan dengan baik. Cris menutup matanya sejenak hingga dia merasa kalau ada seseorang yang sedang berjalan kearahnya. Cris awalnya masih ragu hingga seseorang memanggil namanya.
***
"Cris," seseorang memanggil Cris.
Criszya membuka matanya. Dia melihat Lina yang berjalan kearahnya dan berhenti dihadapannya.
"Iya," balas Cris sambil berdiri tegak.
Lina mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lumayan," ucapnya.
"Masalah kita belum selesai ya," lanjut Lina.
Cris terbatuk, dia tersedak ludahnya sendiri. "M-maksudnya mbak?" tanya Cris bingung.
Lina mengangkat sebuah kantong plastik.
"Baju saya masih kotor. Kamu masih harus bertanggung jawab dengan ini," ucap Lina sambil mendorong kantong plastiknya mengenai tubuh Criszya.
"Gimana mbak?"
"Cuci, besok saya mau itu bersih lagi seperti awal." setelah mengucapkan itu, Lina kembali berjalan menjauhi Cris.
Criszya terdiam dengan itu. Dia menggenggam kantong plastik yang berisi baju kotor Lina dengan erat. Dirinya lalu menghela nafasnya pasrah.
Cris tidak bisa mengelak jika sudah berhadapan dengan Lina. Dia lalu berbalik, hendak pergi dari sana tetapi dia melihat Hafidz yang sedikit berlari kearahnya setelah keluar dari ruangan.
Cris berhenti berjalan bersamaan dengan Hafidz yang juga berhenti berlari dihadapannya.
"Kamu disini ternyata," ujar Hafidz sambil mengatur nafasnya.
"Iya, kenapa Hafidz?" tanya Cris.
"Alhamdulillah, semuanya tadi lancar dan berjalan dengan baik," ucap Hafidz ketika nafasnya sudah kembali normal.
"Kamu keren sekali Cris. Kamu bagus selama membawakan acara," lanjut Hafidz dengan senyum bangga.
Cris ikut tersenyum, "Terima kasih," balas Cris malu-malu.
"Jadi gini, minggu depan kamu diminta lagi buat jadi MC. Bisa enggak?" tanya Hafidz yang menyampaikan tujuannya menghampiri Criszya.
"Hah?" Cris cengo sesaat.
Hafidz mengangguk.
"Tapi mbak Lina gimana?" tanya Cris teringat dengan posisi Lina.
"Itu sudah keputusan bersama Cris, semua lebih suka caramu membawakan acara. Tentang Lina, jangan khawatirlan dia. Dia jadi tanggung jawab kita kok," jelas Hafidz.
Hafidz mengedikkan dagunya mengarah ke sebuah bangku panjang, "Duduk disana dulu ya," ajaknya.
Cris mengekori Hafidz dari belakang dan duduk di samping Hafidz setelahnya, tentu dengan menjaga jarak mereka.
"Gimana Cris tentang yang tadi?" tanya Hafidz meminta jawaban dari Cris.
"Em... Aku boleh aja kok. Tapi, aku enggak enak aja sama Mbak Lina nanti," jawab Cris.
"Sudah aku bilang Cris, jangan permasalahkan tentang Lina. Itu jadi tanggung jawab kita. Jadi, mau?" tanya Hafidz sekali lagi.
Cris mengangguk, "Iya, aku mau," jawabnya pada akhirnya.
Hafidz tersenyum, "Lusa aku kasih persiapannya ya." tatapan Hafidz lalu yerjatuh pada sebuah kantongan plastik yang dibawa Cris.
Dari situ dia bisa melihat kalau itu baju Lina yang kotor tadi karena kantong plastik itu yang bening.
"Itu punya Lina ya?" tanya Hafidz.
Cris mengikuti tatapan Hafidz, "Iya," jawabnya.
Hafidz mengeryitkan keningnya, "Kenapa bisa di kamu?" tanyanya lagi.
"Ah, ini... Aku cuma mau tanggung jawab aja soalnya udah ngotorin baju mbak Lina," jelas Cris.
"Tapi kan tadi sudah. Terus kamu kan enggak sengaja."
Cris tersenyum, "Iya, enggak apa-apa. Aku yang mau kok. Aku enggak enak aja sama mbak Lina." dia mengatakan yang berbanding dari kenyataannya.
Hafidz mengangguk. "Ya udah, aku pergi dulu ya," pamit Hafidz. Dia segera beranjak dari sana dan meninggalkan Cris seorang diri.
Cris kembali mengangkat senyumnya, dia jadi tersenyum-senyum sendiri karena rasanya, ini pertama kalinya Hafidz ngobrol panjang bersamanya. Jantungnya juga berdetak lebih cepat sejak Hafidz berada dihadapannya.
Cris lalu menormalkan degup jantungnya. Dia kemudian berdiri dan berlalu dari sana untuk segera pulang ke rumah.
***
Sinar mentari pagi menelusup ke kamar Criszya melalui tirai-tirai yang terbuka sedikit. Cris mengerjapkan matanya sebelum membukanya sepenuhnya.
Cris melirik jam di dinding kamarnya. Waktu baru menunjukkan pukul enam pagi. Mata kuliah pertamanya hari ini akan berlangsung pada pukul sembilan pagi. Jadi, dia masih punya waktu yang lumayan untuk mempersiapkan dirinya.
Cris bangkit dari kasurnya, dia merapikan terlebih dahulu kasurnya sebelum masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Cris menghabiskan banyak waktu di dalam kamar mandi. Dia memanfaatkan waktu yang dia punya. Dia merasa bersemangat hari ini.
Cris selesai membersihkan diri dan mengganti bajunya. Dalam satu jam, Cris sudah siap dengan semuanya. Dia lalu turun kebawah untuk sarapan.
"Loh, papa kok belum berangkat?" tanya Cris saat melihat papanya yang masih berada di rumah dan duduk di meja makan bersama mamanya.
"Papa hari ini libur, Cris," jawab papa Criszya.
"Oh.. Gitu," sahut Cris lalu ikut duduk di depan mamanya.
Mama dan papa Cris sengaja belum sarapan untuk menunggu Cris agar mereka sarapan bersama.
Keluarga kecil itu memakan sarapan mereka dengan tenang. Setelah selesai Cris akan langsung menuju kampus.
"Enggak terlalu cepat Cris?" tanya mamanya karena jam baru menunjukkan pukul setengah delapan pagi.
"Enggak kok ma, Cris juga mau ke perpustakaan dulu," jawab Cris.
"Oh iya," balas mama Cris sambil mengangguk mengerti.
"Criszya berangkat dulu ya ma," pamit Cris.
"Hati-hati ya." Cris melambai ke arah mamanya dan masuk ke dalam mobil karena papanya sudah menunggunya.
Papa Cris segera menjalankan mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah mereka.
Beberapa menit mereka lalui di perjalanan hingga mereka tiba di depan kampus Cris.
"Cris masuk dulu ya pa," pamit Cris.
"Yang rajin ya nak. Nanti telfon papa kalau sudah pulang," ujar paoa Cris.
Cris lalu keluar dari mobil papanya. Dia masuk ke dalam kampus setelah mobil papanya beranjak dari sana.
Cris melangkahkan kakinya menyelusuri halaman kampus. Dia berjalan menuju ke perpustakaan sesuai dengan ucapannya pada mamanya tadi.
Dia akan meminjam buku lagi kali ini.
"Pagi bu," sapa Criszya saat masuk ke dala perpustakaan dan bertemu dengan bu Lina.
"Pagi Cris, mau pinjam buku ya?"
"Iya bu." Cris tersenyum dan berlalu pergi ke rak-rak buku. Dia memilih salah satu buku bacaan untuk dia pinjam. Setelah memutuskan, dia segera membawanya ke bu Lina untuk diberikan tanda peminjaman.
"Tanda tangan dulu ya Cris," ujar Bu Lina.
"Oh iya Cris, besok ada bedah buku di auditorium. Kalau kamu minat ayo ikut, nanti daftarnya di saya," ujar Bu Lina memberi tahu tentang acara bedah buku yang akan diadakan besok.
"Wah, gitu ya bu. Kalau boleh tau acaranya jam berapa? Supaya Cris bisa sesuain jadwal Cris kuliah juga."
"Siang Cris, jam satu," jawab Bu Lina.
Cris mengingat-ingat jadwal kuliahnya besok. "Boleh bu, Cris mau ikut. Jam segitu mata kuliah Cris udah selesai kok," balas Cris menyetujui tawaran yang diberikan Bu Lina.
"Ya udah, ibu daftarkan nama kamu ya. Nanti ibu kirim ke kamu nomor kursinya," jelas Bu Lina.
Cris mengangguk. Setelah menyelesaikan urusannya, Cris pamit dari sana.
"Cris pamit ya bu," pamitnya.
"Iya, Cris."
Cris lalu berjalan keluar perpustakaan dan menemui Dinda yang berjalan kearahnya tanpa melihat jalan karena terlalu fokus dengan ponselnya.