DUA BELAS Pian memandang bingung kearah neneknya yang barusan merampas sedikit kasar ponsel dari tangannya. Darmi memandang Pian dengan tatapan menyesal. Pasti cucunya kaget karena ia merebut paksa ponsel dari tangannya. Darmi mengelus lembut bahu Pian dan memandang manik coklat madu milik Pian dalam. "Maafkan nenek. Tadi bukan mama-mu kan? Mungkin itu bos mama Lila. Kita tidak boleh mengganggu mama Lila yang sedang bekerja." "Nanti mama Lila di marahi dan di pecat, sayang. Kita telepon besok, ya..."Darmi menjelaskan dengan lembut pada Pian berharap Pian mau mengerti. Pian terlihat mengangguk mengerti. "Kita telepon pake Hp ajaib."bisik Darmi dengan senyum merekah di bibirnya. Pian ikut tersenyum lebar sampai matanya menyipit. Reflek Pian memeluk erat tubuh gempal neneknya. "Boleh