SATU
Maaf Banyak Typo
1
Lila duduk dengan tubuh yang tegap dan kaku di sofa super mewah dan empuk yang hanya pernah ia rasakan dan duduki hari ini sepanjang hidupnya. Tapi rasa gelisah, takut, dan gugup sama sekali tidak bisa ia buang melalui tarikan panjang dan hembusan kasar nafasnya.
Aura rumah bak istana yang ia naungi sekarang begitu mewah bak di negeri dongeng. Tapi aura rumah ini sangat dingin dan mencekam bagai dalam goa yang tidak pernah ada orang yang memasukinya karena terkenal angker dan mistik.
Lila, gadis ah wanita yang berusia 21 tahun ini terlihat tidak nyaman sepanjang dua jam yang ia lalui dengan hanya duduk tegap di sofa mahal sedari tadi. Dia tidak gadis lagi! Bagaimana tidak! Di usianya yang baru menginjak 15 tahun ia di perkosa dengan brutal oleh seorang pemuda yang telah dewasa dan matang. Pemuda kota itu menghancurkan masa depannya di saat alam tengah mengamuk. Hujan lebat, angin bertiup kencang, petir menyambar begitu kuat, lolongan para binatang gunung yang menangis mewarnai hilangnya keperawanan Lila di kaki gunung nan subur di desanya oleh seorang pemuda yang pergi mengabdikan dirinya di sana untuk membuat pintar anak-anak bangsa.
Lila bergidik apabila ia mengingat ulang masa itu. Masa yang membuat ia menjadi seorang ibu dan orang tua tunggal di umurnya yang masih 16 tahun.
Mata bulat nan jernih Lila menelusuri mansion mewah yang tengah ia pijaki sekarang.
TAP! TAP! TAP!
Suara langkah lebar dan harumnya aroma jantan yang di tangkap oleh indera ciuman-nya membuat Lila menggigil. Bagaimana tidak! Seorang temannya mengatakan bahwa ia akan bertemu secara langsung dengan bos-nya hari ini. Bos laki-laki bukan wanita.
Demi Tuhan dia trauma dengan sosok yang bernama laki-laki. Bayangkan saja! Bagaimana perasaanmu apabila kewanitaanmu terkoyak dan di jahit karena luka sobek yang lumayan besar! Bagaimana perasaanmu jika seluruh tubuhmu hampir dipenuhi oleh luka lecet! Bagaimana perasaanmu jika memar begitu banyak di kepalamu karena di jambak kuat! Bagaimana perasaanmu jika pipimu merah bagai cabe karena di tampar dan di tonjok dengan begitu kuat! Dan bagaimana perasaanmu ke esokkan harinya dirimu ditemukan dengan kondisi mengenaskan dengan tubuh telanjang bulat oleh para warga yang akan pergi berkebun.
Hiiiiii....Lila trauma dan hampir gila akan pemerkosaan keji yang ia dapatkan dulu.
"Ya Allah....lindungi aku!"bisik Lila penuh harap.
Tidak ada pilihan lain. Ini pekerjaan yang dapat memberi ia gaji besar. Demi putranya.
Suara langkah itu semakin dekat dan aroma jantan yang memabukan itu semakin kuat di rasakan oleh Lila.
Tuan semakin dekat. Bisik Lila lirih.
Lila spontan berdiri dari dudukannya. Tidak sopan bukan apabila ia terus duduk di saat majikannya telah begitu dekat dengan posisimu.
"Hiiiiiikkkk"
Lila memekik kaget di kala tangan keras dan besar itu bertengger indah di kedua bahunya. Lila bergidik takut dengan tubuh yang telah bergetar hebat.
"Kamu calon pembantuku?"tanya suara itu berat dan hembusan nafas laki-laki itu menyapa puncak kepala Lila.
Laki-laki itu begitu tinggi. Pikir Lila.
"Jangan!"pekik Lila bergetar.
Sial! Tangan besar dan kasar itu dengan lancang menyapu selembut bulu leher mungil dan eksotis Lila. Tubuh Lila meremang dan keringat sebesar biji jagung telah bertengger indah di keningnya.
"Kenapa? Kamu pembantuku, jadi aku bebas."Ucap suara laki-laki itu berat dan serak.
Lila menggeleng takut dan meronta kecil agar tangan kekar itu segera di angkat dari atas tubuhnya.
Tidak! Lila tidak ingin bekerja seperti ini! Dia hanya ingin menjadi pembantu rumah tangga bukan pemuas nafsu atau menjadi p*****r di kota.
"Aaaa...stop! Jangan sentuh saya!"pekik Lila bergetar.
Tangan laki-laki itu telah merayap di perut datarnya dan mengelus lembut disana. Membuat Lila lemas seketika.
Tidak! dia tidak terangsang atau mengharapkan sentuhan lebih. Dia trauma akan sentuhan tangan pria dan berdekatan secara langsung dengan pria. Tapi...tapi demi anaknya ia menguatkan hati dan psikisnya.
"Kenapa?"laki-laki itu terkekeh.
"Setiap pembantu pasti akan mendapat hal ini. Inilah alasan aku menerimamu, kamu masih muda."bisik suara itu lirih.
"Tidak! Lepaskan! Lepaskan tuan!"pekik Lila berusaha melepas diri dan meronta dengan sekuat tenaga.
Lila bersumpah dia tidak akan melanjutkan pekerjaan ini! Ini sangat berbahaya.
"Tidak akan. Kamu telah terperangkap di kandang mewah ini. Terimah lah nasibmu dan kamu akan menjadi budakku!"
"Tidak! Saya mengundurkan diri!"
"Itu mustahil."kekeh laki-laki itu remeh.
Cup
Lila menegang, laki-laki b******n di belakangnya telah dengan lancang mengecup intim tengkuknya.
Lila dengan tubuh yang lemas dan tangan yang terkulai menyikut tajam tepat di uluh hati majikannya.
Seketika erangan sakit berhasil lolos dari laki-laki yang bersikap kurang ajar kepada Lila.
Dengan cepat Lila menjauh dari laki-laki itu dan membalikan badannya cepat untuk melihat kondisi laki-laki itu.
"Argggg"erang laki-laki itu sakit.
Lila tersenyum puas mendengarnya. Laki-laki itu terkapar di lantai dengan wajah yang menunduk dan mengelus-ngelus bagian yang disikut Lila dengan lembut.
"Argggg sialan!"
Deggg
Senyum bangga dan puas yang terbit dikedua bibir Lila seketika lenyap di kala kedua mata bulat jernihnya melihat dengan pasti wajah itu.
Si Devil! Monster dunia! Raja penjahat kelamin! Iblis dunia! Hati Lila menjerit.
Kakinya seketika gemetar bahkan tubuhnya meluruh dengan slow motion di lantai.
Lila dengan laki-laki itu bertemu pandang. Lila dengan pandangan takut dan kagetnya. Laki-laki itu dengan pandangan marah dan menahan geram pada Lila.
Lila menyalurkan semua perasaanya lewat matanya untuk laki-laki b******k yang telah menghancurkannya di masa lalu. Sedang laki-laki itu memandang Lila seakan ingin melahap Lila hidup-hidup dan membuat Lila menyesal karena telah membuat ia tak berdaya seperti ini.
"Kamu."lirih Lila pelan.
Air mata dengan lancang mengaliri pipi bulatnya yang halus.
Lila harus segera pergi dari tempat ini!
"Wanita bodoh!"hardik laki-laki itu.
"Saya akan me----"
Kring...kringg...
Suara ponsel yang berada dalam tas lusuh selempangan Lila berbunnyi, memotong niatan Lila untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya saat ini juga.
Lila dengan cepat mengngkat telepon itu.
"Mama! Pian kangen!"
"Mama....____"
Air mata semakin mengalir di mata Lila setelah ia menerima panggilan itu. Hatinya sungguh sakit di dalam sana.
Laki-laki yang berada di depan Lila entah kenapa hatinya merasa berdebar halus setelah ia melihat ponsel butut yang tengah di genggam kuat oleh Lila.
Ia tidak mendengar suara di seberang sana. Tapi sial! Hatinya terasa amat sakit bagai di remas-remas di dalam sana. Ada apa? Kenapa tiba-tiba sakit.
"Argggg!"
TBC