40. Startled

1257 Words
“Makasih ya udah nemenin aku.” Ada senyum yang membingkai wajah Jonathan ketika ia memutar pandangannya ke samping. Lelaki itu pun menganggukkan kepalanya, memandang gadis cantik di sampingnya. Selena yang duduk di sebelah Jonathan itu ikut menyunggingkan senyuman. Ada sesuatu dalam hati Selena di mana dia merasa sangat nyaman saat berada di dekat Jonathan. “Kalau begitu aku masuk dulu, kamu hati-hati ya, Than.” Sambil mempertahankan senyum di wajahnya, Jonathan pun mengangguk dengan menutup matanya. “Kamu juga hati-hati ya, Len.” Selena yang hendak melesak keluar dari mobil lalu menghentikan gerakannya. Ia pun memutar wajah sekaligus tubuhnya, memandang Jonathan dengan dahi yang mengerut. Ada sesuatu yang ditangkap Selena sebagai peringatan dari ucapan Jonathan barusan dan lelaki itu juga menyadarinya hingga ia menutupi perasaan sebenarnya dengan terkekeh. “Y-ya ... maksudku kamu hati-hati. Ini kan sudah malam,” kilah Jonathan. Sekali lagi ia merasa sangat pengecut karena tak bisa mengungkapkan yang sebenarnya. Percayalah bahwa lelaki itu sangat ingin mengungkapkan pada Selena bahwa ia harus berhati-hati terhadap Kim Seo Joon. Jonathan juga ingin memperingatkan bahwa Selena sekarang sedang diincar oleh tiga orang teman karibnya, tetapi Jonathan selalu merasa pengecut karena ia tak bisa mengatakan yang sejujurnya. Melihat senyum Selena yang berubah saat ia tertawa rikuh membuat hati Jonathan mencelos perih hingga ia tak dapat membalas senyum itu. “Kamu apa-apaan sih!” Selena menggelengkan kepala sambil tersenyum geli, memandang lelaki di depannya. “Orang apartemen aku udah di depan mata kok.” Selena kembali menggelengkan kepalanya. “Ya ... bisa aja kamu kepleset, kan.” Jonathan kembali berkilah. Sungguh pun, tak ada nada bercanda di sana, tetapi Selena tetap terkekeh oleh ucapan Jonathan. “Dahlah!” kata wanita itu sambil mengayunkan tangannya dari depan d**a ke arah Jonathan. Untuk ke sekian kalinya gadis Indonesia itu menggelengkan kepalanya. Ia pun akhirnya memutar tubuh sambil mendorong pintu mobil. Sekelebat angin malam menerpa wajah Jonathan seiring dengan kepergian Selena dari dalam mobilnya. Bunyi yang timbul akibat tekanan pintu mobil memecah lamunan singkat Jonathan dan membuatnya bergeming. Lelaki itu kembali mengulum bibir dan membentuk senyum simpul di wajahnya. “Sekali lagi makasih ya, Than, semoga kita bisa hangout bareng lagi,” ucap Selena. Otak Jonathan bekerja dengan cepat, mengirim perintah pada mulut Jonathan hingga membuatnya langsung mengatakan, “Bagaimana kalau malam minggu?” DEG Jonathan merasakan tekanan kuat di jantungnya yang membuat lelaki itu mengencangkan cengkeraman tangannya pada setir mobil. ‘f**k!’ maki Jonathan dalam hati. Selena yang masih berdiri di samping mobil sambil meletakkan kedua tangannya pada jendela mobil yang terbuka tampak mengerutkan dahi sambil mengulum bibirnya. “Eum ...,” gumam gadis itu. Dia tampak sedang berpikir keras. “Maksudku kalau kamu gak sibuk.” Jonathan berucap sambil menahan degup jantung yang mulai menggila, menggedor dadanya. Selena kemudian mengedikkan alisnya ke atas sambil melepaskan desahan napasnya. “Boleh,” jawab gadis itu dan menutupnya dengan senyuman. “aku selalu kesepian saat malam minggu. Kirana nginep di rumah temannya, jadi ya,” ujar Selena. Tanpa sadar, Jonathan pun mendesah lega hingga dadanya ikut melega. “Oke,” jawab Jonathan masih dengan desahan panjang. Selena tersenyum di tempatnya. “Oke,” ucapnya sambil menganggukkan kepala. “kalau gitu aku masuk ya,” ucap Selena dan Jonathan menganggukkan kepalanya untuk terakhir kali. “Dah ....” Selena sangat manis saat ia melambaikan tangan dan Jonathan di tempatnya terus saja tersenyum. Ia mengawasi wanita muda itu dari kaca spion dan setelah Selena masuk ke dalam apartemennya, Jonathan pun membunyikan klakson mobil sebagai tanda perpisahan sebelum ia melesat meninggalkan apartemen tersebut. ‘Maaf, Len, aku memang sangat pengecut tak bisa mengungkapkan apa yang sejujurnya, tetapi aku akan berupaya keras melindungi kamu,’ batin Jonathan. Seketika wajahnya menjadi tegang. Kedua tangannya ikut mengencang, mencengkeram setir mobil. Sungguh pun, Jonathan tidak main-main dengan ucapannya. Dia bersumpah akan melindungi Selena, termasuk menghadapi Darren. *** New York, USA 08.25 am Seperti biasa, Selena selalu tiba lebih awal di kantor. Semua itu membuatnya bisa mempersiapkan diri, termasuk mengecek ruangan presdir. Mengingat Kim Soe Joon itu sangat menyebalkan karena sikapnya yang super bossy, maka Selena harus pintar-pintar mengendalikan emosinya. Salah satu caranya dengan datang lebih awal. “Selamat pagi, Ms. Mahendra.” “Halo, selamat pagi,” balas Selena saat seorang cleaning service menyapanya. “oh ya, tolong suruh beberapa orang ke kantor presdir sekarang,” perintahnya. “Baik, Ms,” jawab lelaki itu. Selena sempat menganggukkan kepala sebelum ia masuk ke dalam lift. Bilik kecil yang disepuh aluminium itu membawa Selena dengan cepat ke puncak kedung ini dan setelah bunyi berdenting itu berkumandang, Selena langsung melangkah keluar dari mobilnya. Hal pertama yang dilakukan Selena adalah menaruh tasnya di atas meja. Ia pun bergegas menuju ke ruangan presdir. Masuk ke dalam ruangan Kim Soe Joon, Selena harus memasukkan kata sandi pada benda di samping kanan pintu tersebut. Kim Seo Joon sudah memberitahunya kemarin dan Selena mengingatnya dengan jelas. Setelah terdengar bunyi ‘bib’ kecil Selena langsung masuk ke dalam ruangan. Sejauh ini semuanya tampak biasa saja. Ruangan ini tampak tenang. Selena hanya perlu menyalakan pengharum ruangan dan menghidupkan komputer lalu menunggu petugas cleaning service untuk datang dan membersihkan ruangan bosnya. Setelah membereskan pengharum ruangan, maka tiba saatnya Selena menuju ke meja kerja bosnya. Ia tak perlu takut karena ruangan ini diberi beberapa CCTV hingga bosnya bisa mengetahui apa yang dilakukan Selena di dalam ruangannya. Dengan santai ia berjalan ke meja kerja sang bos. Sedikit merasa heran dengan kursi kerja bosnya yang menghadap jendela kaca yang ternyata sudah terbuka. Entah itu memang terbuka sejak semalam karena bosnya sudah lupa menutupnya atau apa pun, Selena tak menaruh curiga. Menurut Kim Soe Joon, hanya sekretarisnya yang bisa merapikan meja kerjanya, termasuk menyalakan komputer. Petugas kebersihan tak boleh menyentuh area meja kerja dan jika ada yang akan membersihkan ruangannya, maka Selena harus berada di sini untuk mengawasi mereka. Sekarang Selena tahu bahwa bosnya ternyata seseorang yang punya rasa curiga besar terhadap orang-orang yang berada jauh dari ruang lingkup pekerjaannya. Well, itu bagus, semua bos memang seperti itu. Mereka seperti menaruh privasi pada ruang kerja mereka, termasuk meja kerja. Selena pun sudah sangat mendekati meja kerja Kim Seo Joon, lalu tiba-tiba saja kursi kerja bosnya bergerak dan berputar dengan sendirinya. “Good morning.” “Holy!” Selena memekik dan tersentak di tempatnya. Sepasang manik cokelatnya melebar sempurna sementara kedua tangannya dengan refleks memegang d**a, menahan degup jantung yang langsung memberikan tekanan kuat dan cepat. Sementara lelaki yang tengah duduk di kursi kerja milik Kim Soe Joon itu tampak begitu tenang. Dia bahkan menarik satu sudut bibirnya ke atas, membentuk seringaian penuh arti. Membiarkan wanita muda di depannya memandang dengan tatapan sinis. “Kau?!” Selena pun kembali memekik. Ya, otaknya berhasil mengenali lelaki di depannya. Lelaki itu terdiam sejenak. Mulutnya tampak menganga saat ia melepaskan desahan napas panjangnya dari sana. “Ya, aku,” ucap lelaki itu. Ia menepuk kedua paha sebelum bangkit dari tempat duduknya. “Ba-ba-ba-“ Selena menggagap. Ia menoleh ke belakang dan kembali memandang lelaki di depannya. “Bagaimana aku bisa ada di sini?” Lelaki itu akhirnya meneruskan pertanyaan yang tertahan di mulut Selena. Gadis itu kembali memandang ke depan dan seketika wajahnya berubah tegang sementara jantungnya berdetak penuh tekanan. Sekalipun insting Selena menyuruhnya untuk pergi, tetapi nyatanya tubuhnya tak mau bergerak. Seperti kedua kakinya telah tertancap dengan lantai dan ini sangat menyebalkan. ‘s**t!’ maki Selena dalam hati. Berharap Kim Soe Joon akan segera tiba, tetapi sepertinya itu mustahil. Mengingat bosnya selalu datang di jam sembilan pagi dan ini masih sangat jauh dari jam sembilan, maka Selena harus berpikir dengan otaknya bagaimana ia bisa keluar dari situasi ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD