43. The Devil Travis

1128 Words
Selena terdiam dalam posisi gugup sekaligus takut. Ia tak bisa mengangkat kepala dan bahkan membiarkan sepasang tangan milik lelaki itu tetap mencengkeram bahunya. Dalam hati Selena diterpa rasa gelisah yang luar biasa. Mendengar bahwa Aaron bisa mengeluarkan ayahnya membuat Selena berpikir bahwa dia bisa bahagia, tetapi entah mengapa tubuhnya seperti merasakan hal aneh. Yang dirasakan Selena bukanlah kebahagiaan, tetapi ketakutan yang luar biasa. Sekelebat angin menakutkan menerpa tengkuk Selena. Gadis itu pun bergidik, merasakan kehadiran Aaron Travis tepat di samping wajahnya. “Bagaimana? Kau mau bersepakat denganku?” Pertanyaan itu teralun dengan nada rendah dan datar. Sama sekali tak ada setitik ancaman dalam ucapan Aaron. Dia bahkan tak menuntut dan tengah bertanya, tetapi entah mengapa Selena malah semakin dibuat ketakutan. Dia pun bergidik saat Aaron tiba-tiba meremas kedua bahunya dengan kuat. Selena tak berdaya. Napasnya tertahan di d**a dan entah mengapa seluruh keberaniannya ditenggelamkan. Perasaan dilema ini sangat irasional. Padahal Selena belum mendengarkan penawaran dari Aaron. “Aku tinggal menunggu komando darimu dan pengacaraku siap mengeluarkan ayahmu dari penjara dan ya,” Aaron menunda ucapannya saat memutar wajah, memberikan pandangan penuh intimidasi pada satu sisi wajah Selena dan gadis itu bisa merasakannya. “ayahmu akan bebas dari segala tuntutan.” Selena menutup mata, menelan saliva dan berusaha mengembalikan keberaniannya ke permukaan. Sekalipun dadanya kian bergemuruh oleh napas yang saling mengejar, susul menyusul. Dan ketika matanya terbuka, Selena pun membiarkan napasnya mengalun dalam satu entakkan kuat. “Hah ....” Sekali lagi menelan saliva untuk semakin mengumpulkan keberanian. Selena mengerjap dan tanpa memandang Aaron, ia pun bertanya dengan nada lirih, “Apa kesepakatannya.” Setengah sudut bibir Aaron terangkat membentuk seringai. ‘Gotcha!’ gumamnya dalam hati. Pria itu sangat senang apabila melihat setiap manusia takluk di bahwa perintahnya dan Selena masuk kategori spesial. Aaron menarik napas sambil menarik punggung dan berdiri dengan posisi tegap. Ia pun mengembuskan napasnya dengan sangat santai lalu menepuk kedua bahu Selena dengan gerakan ringan. “Well, aku akan memberitahukan kesepakatan kita, tetapi tidak di tempat ini,” ucap lelaki itu. Ia bergeming, menoleh ke kanan dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya. “Ini,” ucapnya sambil menyerahkan sesuatu ke depan wajah Selena. Gadis itu mengerutkan dahi, matanya tepat berada di depan sebuah kartu kecil berwarna hitam dengan tulisan VVIP. Sepertinya Selena pernah melihat kartu seperti ini sebelumnya. “Temui aku di The Standard, kita akan bicara di sana.” Manik cokelat milik Selena membesar. ‘Ya!’ Dalam hati ia bergumam ketika otaknya berhasil mengingat di mana Selena pernah melihat kartu ini sebelumnya. Selena masih terjebak dalam pemikirannya saat Aaron kembali merundukkan tubuh dan mendekati satu sisi wajah Selena dengan mulutnya. “Jam sepuluh malam,” bisik pria itu. Selena pun kembali menahan napasnya di d**a. Wajahnya yang pucat itu semakin berubah pasi. Ia pun menunduk dan tak berani memandang lelaki di sampingnya. “What the hell?!” Suara yang datang dari ujung ruangan itu membuat keduanya kompak menoleh. Aaron dengan senyum licik di wajahnya lalu menarik punggungnya berdiri tegap. “Hai, Joon,” sapanya dengan santai. Lelaki klimis bersetelan jas modis itu mendesah sambil menelengkan wajahnya. “Aish ...!” Ia mendesis, berdecak bibir lalu mendengkus. “Yak!” Ia pun berteriak sambil melotot kepada lelaki yang sudah berani memasuki ruangannya. “kalian sedang berbuat apa di dalam kantorku, hah?!” Mendengar nada tinggi itu membuat Selena langsung menggelengkan kepala. Mulutnya megap-megap ingin mengatakan sesuatu, tetapi nyatanya bibirnya keluh dan membisu. “Hah ....” Aaron mendesah panjang dan sontak membuat Selena memandangnya. Lelaki yang telah menegakkan badannya itu lalu berjalan santai sambil menaruh kedua tangannya di dalam saku celana. Dia mendekati Kim Seo Joon sambil mematri tatapan pada pria Korea Selatan tersebut. Seketika raut wajah Kim Seo Joon berubah kesal. Ia pun tak berhenti mendengkus dan kedua tangannya telah mengepal bersiap melayangkan pukulan. “Yak!” Kim Soe Joon kembali memberi peringatan lewat ucapan dan tatapannya. “neo michyeosseo!” desisnya. Aaron yang tidak mengerti bahasa yang diucapkan Kim Soe Joon kemudian mendesah hingga bahunya ikut merosot. Sekilas wajahnya tampak malas, tetapi dengan cepat pria itu menyunggingkan senyum, memandang Kim Soe Joon. Tak mendapatkan jawaban dari Aaron membuat Kim Soe Joon melayangkan pandangan nyalang pada sekretarisnya yang telah berdiri dan menundukkan kepala. “Dan kau Selena, kupikir kau tahu bahwa aku tak membiarkan orang lain masuk ke ruanganku?!” Pertanyaan itu kontan membuat Selena mendongak. Matanya melebar, tampak tercengang. Ia pun menggelengkan kepalanya dengan cepat. Aaron yang masih berada di depan Kim Seo Joon kemudian tergelak. Ia menggeleng lalu kembali memandang lelaki Asia di depannya. “Hei ...,” panggil Aaron dengan nada rendah. Sikap santai yang ditunjukkannya benar-benar membuat Kim Soe Joon semakin kesal. “Ini bukan salah sekretarismu. Ruanganmu punya CCTV, sebaiknya kau mengeceknya sebelum memarahi sekretarismu.” Aaron menutup ucapannya dengan menyunggingkan seringai licik yang telah menjadi ciri khasnya. Sementara Kim Seo Joon masih dalam posisi tersinggung dan semakin dibuat geram oleh kelakuan Aaron. Pemuda Travis itu memutar pandangannya sambil melepaskan desahan berat dari mulut. “Hah ... lagi pula aku hanya berkunjung untuk melihat kinerjamu.” Aaron memerengut bibir sebelum kembali memandang Kim Soe Joon. “Yak!” Lelaki itu kembali memanggil dengan nada sarkasme. “memangnya kau siapa mau mengecek kinerjaku. Lagi pula mengapa kau ada di sini. Pergi sebelum kupanggil security!” Aaron tertawa sinis. “Well, well, well ... sepertinya aku sudah membuat bos Kim marah. Heum ... kau tahu bahwa setiap kali kau marah keriput di wajahmu akan timbul, kan?” Ucapan Aaron berhasil menyulut emosi Kim Soe Joon. Matanya langsung melotot. “Yak!” Ia pun berteriak dan sukses membuat Aaron tergelak. Wajahnya pun terdongak dan tertawa hingga terbahak-bahak. “Shibal seakki!” desis Seo Joon. Dia kembali mengarahkan pandangan penuh teror pada Selena yang tak berani lagi mengangkat pandangannya. “Hah, sudahlah!” Aaron pun menepuk sebelah bahu Kim Soe Joon dan membuatnya tersentak. Pria itu refleks mengarahkan pandangan membunuh pada Aaron. “Aku membobol password ruanganmu. Selena tak tahu apa pun dan terkejut melihatku berada di kantormu. Well, well, seperti kataku. Aku hanya ingin berkunjung dan kunjunganku telah selesai. Have a good day, Jhonny Slick!” Sekali lagi Aaron tersenyum licik sebelum ia mengambil langkah meninggalkan Kim Seo Joon di tempatnya. Seo Joon pun melayangkan pandangan penuh teror pada punggung Aaron yang perlahan meninggalkannya. Sambil terus berjalan, pria itu mengangkat tangan dan mengayunkannya ke udara. “Sampai jumpa nanti malam, Joon, kau tahu waktumu sangat singkat.” Kim Soe Joon berhasil menangkap senyum iblis itu, sekalipun Aaron tak memperlihatkannya. “Sial!” desis pria itu sekali lagi. Ia kembali melayangkan pandangan nyalang pada Selena dan dalam hati Kim Soe Joon menjadi panik. Ya. Taruhan itu masih berjalan dan Kim Soe Joon harus segera menyelesaikannya malam ini sebelum Aaron melancarkan rencananya. ‘Tak akan kubiarkan siapa pun menang,’ batin Seo Joon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD