42. Without Further Ado

1955 Words
“Come on, Sweety,” Lelaki itu mengedikkan kepala, memanggil sekaligus menunjuk kursi di depannya. “duduklah dan mari kita bicara. Aku yakin kau tak akan rugi bicara denganku.” Lanjutnya kemudian menutup ucapannya dengan seringai. Mungkin Selena seharusnya menggubris ucapan lelaki itu. Dia kembali memalingkan wajah. Mendongak dan menepis bibirnya. Ya, Selena yakin bahwa pintu keluar di depan sana akan jauh lebih baik, daripada dia menanggapi ucapan lelaki di depannya. Namun, tidak ada yang paling tahu bagaimana keresahan terlanjur menjalar ke seluruh tubuh dan membuat pikirannya tak bisa berpaling dari ucapan lelaki di depannya. Sungguh pun, mendengar kalimat yang diucapkannya beberapa kali itu semakin mengusik pikiran Selena dan akhirnya membuat gadis itu menyerah. Dia mendesah hingga dadanya ikut bergetar. Wanita muda itu kembali membawa pandangannya pada visual lelaki di depannya. Sekali lagi Selena melihat senyum licik yang sarat menandakan bahwa lelaki di depan sana memiliki maksud lain daripada membeberkan kasus yang sementara ini dialami oleh ayahnya, tetapi sekali lagi jika ada yang bisa dilakukan Selena untuk membebaskan ayahnya dari tuduhan yang sementara mendera sang ayah maka Selena akan melakukannya. Wanita muda itu mendesah kasar untuk ke sekian kalinya. Ia sempat mendelikkan matanya ke atas sebelum akhirnya mengambil langkah menghampiri lelaki di depannya. Dan tentu saja keputusan Selena membuat lelaki itu menyeringai penuh kemenangan. “Good girl,” gumamnya. Wajah Selena yang tampak cemberut dan bersungut-sungut adalah api yang kian membakar semangat lelaki itu. Inilah yang dia inginkan, di mana ia selalu berhasil menaklukkan siapa pun. Itulah sebabnya orang-orang harus mencari kekuasaan di dunia supaya mereka bisa menaklukkan sesama manusia di bawah perintahnya. Itu prinsip yang selama ini dipegang oleh Aaron Travis. Selena yang telah duduk itu lantas terdiam kaku. Selain napasnya yang sedari tadi berembus tak beraturan. Dia juga tak berniat memulai percakapan dan menunggu lelaki di depannya menjelaskan maksud perkataannya barusan. Untuk sekelebat Aaron Travis masih sibuk memandangi wajah gadis di depannya. Ia pun tak menampik bahwa ternyata gadis itu sangat cantik. Wajahnya yang terlihat sinis itu sunggulah menggelitik Aaron sekaligus membuatnya makin bersemangat untuk menaklukkan gadis tersebut di ranjangnya. Ia sungguh tak peduli dengan taruhannya, tetapi semakin lama melihat Selena semakin membuat Aaron berkeinginan untuk menikmati tubuhnya di atas ranjang. Embusan napas kasar dari Selena lalu memecah lamunan liar Aaron. Ia pun bergeming, mengedikkan kedua alisnya ke atas lalu melepaskan napas dalam desahan panjang. “Oke!” Lelaki itu kemudian memperbaiki duduknya. Ia kembali meletakkan kedua kakinya di lantai, menarik kursi mendekati meja dan menaruh kedua tangannya di atas meja. Lewat sudut matanya, Selena melihat gerakan yang dilakukan oleh Aaron Travis. Senyum yang terus membingkai wajahnya membuat Selena semakin muak hingga tanpa sadar ia pun mendecih halus. Aaron yang mendengar sekaligus menatapnya lalu terkekeh kecil. “Kau sangat manis, Sayang.” Ucapan Aaron kemudian membuat Selena memalingkan wajah. Sungguh, Aaron harus tahu bahwa Selena sementara menahan diri untuk tidak memaki dan melempari lelaki itu dengan botol air mineral yang tepat berada di depannya. “Tuan, kurasa Anda terlalu banyak basa-basi.” Selena menutup ucapan sarkasme itu dengan memberikan pandangan tak bersahabat pada Aaron. “Owh ....” Lelaki itu menanggapinya dengan senyum remeh. Dia kembali menarik punggung dan menyandarkannya ke sandaran kursi. “Just slow down, baby,” ucap Aaron yang kembali membuat Selena berdecak kesal dan memalingkan wajahnya. “Ck!” Untuk ke sekian kalinya decakan bibir itu terdengar. Namun, Selena semakin tak tahu bahwa sebenarnya Aaron Travis sedang menikmati raut wajahnya yang tampak sangat kesal itu. Sekali lagi lelaki itu terkekeh. “Oke, oke,” ucap lelaki itu. Dia kembali membenarkan posisinya. Kali ini sambil menarik sebuah amplop besar berwarna cokelat dari sisi kanan mejanya. “tampaknya kau sudah tidak sabar ingin mengeluarkan ayahmu dari penjara ya.” Aaron kembali menutup ucapannya dengan tawa mengejek yang sepertinya telah menjadi ciri khasnya. Selena mendengkus. Dalam hati memaki, tetapi ia masih tak berani melawan karena semakin lama duduk bersama Aaron Travis, Selena pun semakin melihat bahwa sepertinya ucapan Aaron tak main-main. Sekalipun ketika melihat senyum iblis yang tersungging di wajahnya membuat jantung Selena berkedut menyakitkan. ‘Sial!’ batinnya. Selena selalu membenci situasi seperti ini. Keadaan di mana ia sangat emosi, tetapi dia tak bisa meluapkannya karena Selena sangat pengecut dan terlalu takut pada apa yang bisa dilakukan pria itu terhadapnya dan terhadap keluarganya di Indonesia. Mengingat bahwa Aaron Travis bahkan tahu letak rumahnya dan yang terpenting dia adalah kawanan Darren McKenzie, maka jelaslah dia adalah salah satu orang menyebalkan seperti Darren dan juga Kim Seo Joon. “Alright!” Aaron kembali memekik dan mengentak ucapannya, kontan membuat Selena bergeming. Untuk ke sekian kalinya gadis itu memalingkan wajah dan berjanji bahwa ia tak akan menatap Aaron lagi karena semakin memandang wajah arogannya semakin membuat Selena tersulut emosi. “Well, seperti ucapanku, aku bisa mengeluarkan ayahmu dari penjara. Well, aku punya banyak pengacara dan menurut yang tertulis dalam dokumen ini, ayahmu dipenjara dua puluh tahun dengan denda seratus empat puluh dua ribu delapan ratus lima puluh tujuh koma lima belas dolar atau setara dengan dua miliar rupiah di negaramu. Hem ....” Aaron mengerutkan dahi dan membawa pandangannya ke langit-langit ruangan. Sementara itu Selena yang telah berjanji tak akan memandangnya lagi, terpaksa kembali memandang lelaki itu karena Selena juga baru tahu bahwa ayahnya dituntut dengan hukuman berat dan didenda dengan uang yang sangat banyak karena selama ini bunda Iam tak pernah memberitahu Selena dan tak mengizinkan gadis itu untuk tahu. ‘Ya Tuhan,’ gumam Selena. Sekarang Selena tahu bahwa kedua orang tuanya benar-benar dilanda kesusahan. Bagaimana bisa ayahnya mendekap selama dua puluh tahun penjara dan di mana ibunya akan memperoleh uang sebanyak itu. Seketika Selena jadi teringat ibunya dan keinginan untuk segera bertemu ibunya sangatlah besar. “Kenapa?” tanya Aaron. Selena masih tak bergeming. Ia menekuk tatapan pada Aaron dan sepasang manik cokelat itu mulai ditutupi cairan bening. “Holy!” Aaron menutup mulutnya sementara bola matanya membesar. “apa kau tidak tahu soal itu?” Selena tak mau menanggapi. Ia memalingkan wajah, tetapi desahan lirih yang baru saja meluncur dari bibirnya lalu menjawab semua pertanyaan Aaron. “Sial!” desis lelaki itu. “aku benar-benar tak tahu jika kamu tidak seharusnya mengetahuinya.” Sekejap lelaki itu memasang tampang bersalah, tetapi dengan cepat ia tersenyum bangga. “Tapi jangan takut, Sweetheart, aku bisa menjamin bahwa ayahmu akan keluar dari penjara kurang dari dua hari.” DEG Selena merasa bahwa jantungnya baru saja dilempari benda tajam. Dadanya sesak dan kepalanya membesar bagai balon. Manik mata yang berlapis kabut kesedihan itu lalu kembali memandang Aaron Travis. “Oh ... Sweety, jangan bersedih. Seharusnya kau senang. Aku bersumpah bahwa aku tidak main-main dengan ucapanku. Kau ingin bukti?” Tidak ada kalimat yang bisa terucap keluar dari bibir Selena. Ia terdiam kaku dengan raut wajah penuh kesedihan. Bukan karena ucapan Aaron yang berjanji bahwa dia bisa membebaskan ayahnya, tetapi pada kenyataan yang baru saja dikatakan Aaron. Seketika Selena merasa sangat durhaka pada ibu dan ayahnya. Bisa-bisanya ia tetap menjalani kehidupannya di New York sementara keluarganya sedang dilanda kesusahan di Indonesia. “Selamat pagi, Mr. Travis.” “Mr. McCall, aku ingin tahu sudah sampai di mana perjalanan Anda.” “Oh, aku baru tiba di bandara Tokyo. Penerbanganku akan berlanjut dalam lima jam ke depan menuju ke Indonesia.” DEG Sekali lagi Selena membulatkan mata. Secara tidak langsung ia dipaksa untuk menepis semua perasaan rasa bersalah itu dengan kembali memandang lelaki di depannya. Aaron pun masih mematri tatapan pada gadis di depannya. “Oke, Mr. McCall, aku ingin tahu apa yang ingin Anda lakukan di Indonesia,” ujar Aaron. Untuk sekelebat, tak ada jawaban dari seberang sambungan telepon. Tampaknya pria itu sedang berpikir keras hingga kemudian ia terkekeh ringan. “Mr. Travis, Anda bagaimana, bukankah Anda yang menyuruh saya ke Indonesia untuk menyelesaikan kasus dari seorang terpidana kasus penipuan dengan hukuman dua puluh tahun penjara?” Mulut Aaron terbuka, perlahan mendorong dagunya ke atas. “Aah ... siapa namanya?” tanya lelaki itu kembali. “Hem ... Anthony Mahendra?” Manik cokelat milik Selena semakin membulat sempurna, memandang lelaki di depannya dengan pandangan tercengang. Aaron kembali menarik sebelah alisnya ke atas sekaligus menyunggingkan seringaian liciknya. “See?” gumam lelaki itu. “Bagaimana, Mr. Travis?” “Oh, tidak,” jawab Aaron. “aku hanya ingin memastikan bahwa pria itu bisa keluar dari penjara kurang dari dua hari dan semua tuntutannya beres.” “Baik, Mr. Travis, Anda tak perlu khawatir. Aku sudah meminta tolong pada rekanku di Indonesia, sementara ini dia sedang mengurus kasus tersebut dan mengajukan banding pada ke kantor kejaksaan yang tengah menangani kasus tersebut. Kemungkinan saya hanya akan beristirahat sehari, tetapi rekan saya sudah mengurus semuanya dan saya akan bertemu dengannya di meja pengadilan,” ujar lelaki itu. Aaron pun tersenyum penuh kemenangan. “Oke,” ucap lelaki itu dengan nada rendah. “aku ingin mendengar kabar baiknya secepat mungkin.” Lanjutnya. “Saya akan memberi kabar baik tersebut, Mr. Travis, Anda tak perlu khawatir.” “Oke. Kalau begitu selamat bekerja.” Aaron tak perlu menunggu jawaban dari pengacaranya. Ia langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak dan kembali meletakkan ponselnya di atas meja. “Kau lihat?” tanya Aaron. Lawan bicaranya masih tak berkutik. Selena terjebak pemikirannya sendiri hingga ia terus berkata bahwa semua ini sangatlah tidak mungkin terjadi. Gadis itu membawa pandangannya ke bawah bersama saat ia melepaskan desahan napas panjang. Tanpa sadar, Selena sudah menahan napasnya sedari tadi. Entah apakah percakapan Aaron dan pria di seberang sambungan telepon tadi adalah benar-benar nyata atau sebuah rekayasa, tetapi kenyataannya Selena tak bisa menampik rasa terkejut itu hingga jantungnya mulai memberikan tekanan kuat. “Hem ... reaksi macam apa ini?” gumam Aaron. “bukankah seharusnya putri semata wayangnya Anthony Mahendra ini tersenyum riang?” Selena kembali menyeret pandangannya. Dua bulir air bening jatuh membasahi pipinya, membuat Aaron memerengut bibir. “Oh tidak ...,” gumamnya. Lelaki itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan dengan sangat santai menghampiri Selena. Sementara wanita muda itu tak bisa menahan luapan perasaan emosional yang bergemuruh di dadanya. Ya, Aaron benar. Seharusnya Selena bergembira, tetapi entah mengapa nalurinya malah menangkap sesuatu yang mengerikan hingga mencegah dirinya untuk melega karena kabar gembira tersebut. Entahlah. Selena tak mengerti. Ini sangat aneh dan mendadak instingnya menyuruh Selena untuk kabur dari sana. Demi apa pun. Suasana mendadak berubah mencekam. Terlebih saat rungunya dipenuhi suara langkah Aaron, Selena pun menutup mata dan merasakan bulu kuduknya bangkit sempurna. “Baby ....” Aaron memanggil dengan nada rendah. Sejurus kemudian Selena tersentak saat Aaron tiba-tiba mengentak pangkal bahu Selena dengan telapak tangannya yang kekar. Lelaki itu meremas pangkal bahu Selena, sontak membuat gadis itu mendongak. Manik cokelatnya membesar menahan perasaan aneh yang membuat alam bawah sadarnya merinding ketakutan. Demi apa pun, Selena tak bisa menggerakkan sejengkal pun dari tubuhnya. “Jangan takut, aku sudah menanganinya. Sekarang yang perlu kau lakukan adalah membalas jasaku.” Dalam posisi tak berdaya, Selena seolah bisa melihat seringai yang kembali membingkai wajah Aaron Travis. Namun, lebih daripada itu, Selena pun dipaksa menjadi penasaran oleh ucapan Aaron barusan. Sekarang semua terjawab. Teka-teki irasional yang membuat tubuhnya memberikan reaksi mengerikan. Firasat Selena sudah menangkap semua ini sebelumnya. Bahwa Aaron Travis tak mungkin melakukannya dengan tulus. Dia pasti memiliki rencana lain dan mulai saat ini Selena pun berpikir bahwa Aaron, Kim Seo Joon dan termasuk Jonathan, mereka punya maksud lain dengan mendekati Selena. Namun, sialnya Selena semakin tak berdaya. Yang bisa dilakukannya hanyalah menjatuhkan pandangannya ke bawah, memandang jari-jarinya yang saling melukai di atas pahanya sementara menahan keinginan tubuhnya untuk bergetar ketakutan. Aaron Travis yang masih berdiri di belakangnya lalu menyeringai penuh kemenangan. Ia bisa merasakan dengan jelas ketakutan yang kini mendera tubuh Selena dan seperti inilah cara Aaron merayakan kemenangannya, bahwa sekali lagi dia berhasil menaklukkan seorang manusia dan tidak seperti Kim Soe Joon, Aaron Travis tak akan basa-basi dengan wanita ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD