“Selena,” panggil Mr. Parker. Selena mendesah. Dia kembali mendelikkan matanya ke atas. “Come here.” Lanjut pria itu.
Dengan wajah masam, Selena pun berdiri. Wanita muda itu mendengkus sambil memasukkan buku-buku dan laptop ke dalam ransel. Dia mencoba menutupi perasaan kesal yang sedang dirasakannya dengan melempar tatapan penuh kebencian kepada si pria bermata sipit yang sedang memandanginya dengan seringaian di wajah.
Ingin sekali Selena mengancungkan jari tengahnya lalu menjulurkan lidah. Namun, Selena sangat pengecut. Dia tidak seberani Kirana temannya. Gadis batin Selena muncul sembari menarik rambutnya frustasi. Selena menggeram dalam hati.
“Ayo, Selena. Jangan buang waktuku yang berharga.”
Mulut Selena terbuka. Dia mencondongkan wajah sambil memandang heran pria di depannya. “Seriously?” Selena ingin protes, tetapi pria itu telah lebih dulu menarik tangannya kemudian menyeret Selana dari dalam kelas.
“Hei!” teriak Selena. “Lepaskan aku,” ucapnya sambil mengayunkan tangan. Selena berhasil melepaskan tangannya dari genggaman si pria bermata sipit.
Pria itu berdecak bibir. Dia memutar tubuh lalu berkacak pinggang. Dia berdecak bibir lantas menelengkan wajahnya ke samping.
“Apa-apaan kau!” bentak Selena.
Lagi-lagi si pria yang entah siapa namanya, Selena juga tak peduli dan tak ingin tahu. Dia berdecak kesal. “Inilah mengapa aku benci berbicara dengan wanita,” gumam pria itu.
“Lalu kenapa kau bicara denganku, hah? Kau pikir kau siapa? Apa karena kau dari kalangan kelas atas lantas kau bisa seenaknya memperlakukan orang-orang yang derajatnya berada di bawahmu?”
Mulut pria Kim itu terbuka melepaskan kekehan sinis. Masih sambil berkacak pinggang, dia pun membawa pandangannya kepada Selena. “Hei, Nona. Dengarkan aku,” kata pria itu. Dia melangkah mendekati Selena dengan tatapan dingin dan mengintimidasi. “Aku membuang waktuku yang berharga untuk datang ke kampusmu. Tahukah kau apa yang ingin kulakukan?”
“Tidak. Dan aku tidak peduli!” jawab Selena tegas.
Pria di depannya tertawa hambar. Dia menjatuhkan tatapannya ke bawah. ‘Sial. Ternyata dia lebih kejam dari yang kukira. Pantas saja Darren membencinya. Eerrrghhh … aku ingin sekali merobek mulutnya,’ batinnya. Dia kembali mengangkat wajah.
“Aku datang untuk menawarkanmu pekerjaan dan sikapmu seperti ini?”
Dahi Selena mengerut dan alisnya melengkung ke tengah. “Lelucon apa lagi ini?” tanya Selena. Sinis.
Pria Asia bernama Kim Seo Joon itu mendesah kesal untuk kesekian kalinya. Sekilas membawa tatapannya ke dinding di atas Selena. Sedetik kemudian dia kembali memandang Selena dengan bola mata yang membesar. Tampak nyalang.
“Ikut denganku,” ucap Seo Joon. Dia menarik tangan Selena dengan kasar lalu menyeretnya dari lorong.
“Apa-apaan, sih!” keluh Selena dengan bahasa Indonesia. “Orang kaya emang s***p, ya!” Lanjutnya.
“I don’t f*****g care what you said!” Seo Joon tak mau kalah. Enak saja. Dia rela membuang harga dirinya dengan mendatangi kampus ini hanya untuk mencari nama seorang gadis. Jangan pikir Kim Seo Joon tak bisa bertindak kasar. Beryukur, alam bawah sadarnya selalu menarik tali kekang untuk mengendalikan iblis batinnya. Kalau tidak, bukan tangan Selena yang diseretnya, tetapi rambut panjang bergelombang milik Selena. Sejujurnya Kim Seo Joon mulai tak tahan dengan kelakuan Selena.
“Apaan sih. Awhh!” Selena meringis ketika Kim Seo Joon mengayunkan tangannya hingga tubuh Selena terhuyung dan menabrak meja.
“Duduk!” titah Kim Seo Joon.
Kedua tangan Selena mencengkram ujung meja dengan kuat. Wanita itu memutar wajah, memberikan tatapan membunuh pada pria Asia yang kini berjalan menghampirinya.
Tampak Kim Seo Joon membawa tangannya melonggarkan dasi. Tenggorokannya seolah tersekat. Seketika Kim Seo Joon berkeringat. ‘Sial. Lima menit belum berlalu, tapi gadis ini sudah membuatku ingin meledak,’ batin Seo Joon.
Pria itu membanting tubuhnya pada kursi di meja yang sama dengan tempat Selena sedang berdiri. Kim Seo Joon kembali mendengkus. Dia mendelikkan mata, memberikan tatapan sinis kepada si gadis bermata cokelat bulat.
“Kubilang duduk,” desis Seo Joon.
Selena mendengkus. Gadis itu memalingkan wajah ke samping. Tampak tak sudi menatap Kim Seo Joon lebih lama. Selena membanting bokongnya dengan kasar. Dia melilit kedua tangan kemudian menguncinya di depan ulu hati. Wanita muda itu kembali membawa atensi penuhnya kepada si pria yang sejak tadi merusuh hidupnya.
“Kalau begitu katakan maksud kedatanganmu,” ucap Selena dengan nada datar. “Tuan.” Lanjutnya.
Kim Seo Joon tak langsung menjawab. Dia menepuk kedua tangannya ke atas kepala. Selena mengerutkan kening. Sedetik kemudian terdengar ketukan sepatu pantofel, membuat Selena menoleh ke sumber suara.
Kelopak mata Selena langsung membesar ketika melihat dua orang pria bertubuh kekar dalam balutan jas hitam datang menghampiri tempat duduknya. Seketika Selena memutar pandangannya pada Kim Seo Joon.
“Apa-apaan ini?” tanya Selena. Mendadak jantungnya bertalu dengan kencang. Selena melesak dari tempat duduknya dan dia hendak melesat keluar. Namun, gerakan Selena tertunda saat dia merasakan hentakan kuat pada pangkal bahunya.
“Lepaskan aku!” desis Selena. Tak mendapatkan jawaban, dia pun memalingkan wajah. Lewat sudut matanya, Selena memberikan tatapan sinis pada Kim Seo Joon. “Kubilang lepaskan aku, atau aku akan berteriak sampai seisi kampus datang dan menghabisi kalian.”
Kim Seo Joon tergelak mencemooh. “Hei, kau pikir aku Darren, hah?” ujar pria itu. Dia menatap dua anak buahnya kemudian memberikan isyarat lewat gerakan mata.
Salah satu dari mereka menarik bahu Selena membuatnya kembali terduduk. Gadis itu mendesis sambil menutup matanya.
Kim Seo Joon kembali memberikan gestur. Salah satu dari dua orang berpakaian serba hitam itu, maju dan meletakan sebuah map cokelat di atas meja. Selena kembali mengerutkan dahi. Sekilas menatap map tersebut kemudian kembali menatap Kim Seo Joon. Pria itu mendelikkan kepala, menunjuk ke atas meja dan memerintah lewat tatapan matanya yang angkuh.
Lagi-lagi Selena mendengkus. Tak ada pilihan lain. Yang bisa dilakukan Selena adalah membuka map tersebut. Selena mengerutkan dahi saat membaca tulisan paling atas, The King Holdings. Lewat bulu matanya, Selena kembali menatap Seo Joon dan pria itu melonjorkan tangan sambil mengangkat kedua alis. Menyuruh Selena membaca keseluruhan isi dokumen.
Gadis itu kembali mendengkus. Tangannya bergerak cepat mengeluarkan kertas berwarna putih itu dari dalam map tersebut. Selena menaruh map kosong ke atas meja lalu mulai fokus membaca dokumen di tangannya.
Beberapa detik terasa hening. Selena fokus membaca kalimat demi kalimat yang tertera di dokumen terebut. Namun, sejurus kemudian Selena membulatkan kedua matanya. “What the hell …,” gumam gadis itu.
Selena kembali menatap Seo Joon, tapi kali ini dengan pandangan horor. Bibir Kim Seo Joon tampak mengerucut. Dia mengedikkan kedua bahu, tampak meremehkan.
Mulut Selena terbuka dan bibirnya bergetar. Dia hendak bertanya, tapi matanya memilih untuk kembali membaca dokumen di tangannya. Memastikan kalau matanya tak salah membaca.
“Tuan, apa maksudnya semua ini?” Akhrinya Selena menyuarakan pertanyaan yang telah ia timang sejak tadi di dalam hati.
Kim Seo Joon menarik napasnya dalam-dalam. Pria itu menaruh kedua tangan di atas meja lalu menguncinya. Embusan napas panjangnya menggiring pria itu untuk membawa atensi penuhnya kepada si gadis bermata cokelat.
“Seperti yang sudah kau baca, aku datang sebagai CEO The King Holdings dan tujuanku kemari adalah mengajakmu untuk bergabung di perusahaanku sebagai anggota tim marketing,” ujar pria itu.
Mulut Selena terbuka melepaskan kekehan kecil. Wanita itu membanting punggungnya ke belakang dan dia menggelengkan kepalanya.
“How come?” gumam Selena. Enggan menatap Kim Seo Joon.
“Why?” tanya Seo Joon. “Apakah kau lebih memilih bekerja di The Standard daripada bekerja di perusahaanku?”
Kening Selena kembali mengerut. Dia memutar pandangn pada Seo Joon. Wanita itu menatap pria di depannya dengan posisi tersinggung.
“Dengar, Nona. Mungkin The King Holdings bukan perusahaan terkenal, tapi perlu kau tahu kalau perusahaanku juga termasuk perusahaan raksasa. Aku memegang kendali penuh pada bisnis real estate dan properti di Asia. Termasuk di negara kecil bernama Indonesia.”
Bola mata Selena kembali melebar. “Ap- ap-“
Kim Seo Joon menyeringai. “Oh, apa kau dari negara kecil itu?” tanya Seo Joon. Dia mencondongkan wajahnya ke depan. “Indonesia?”
Selena tak menjawab dan memilih untuk memalingkan wajah. Kim Seo Joon ikut menarik dirinya. Pria itu kembali membawa punggungnya bersandar ke sandaran kursi.
“Kau akan digaji dua puluh ribu dolar untuk tiga bulan masa percobaan. Setelah lulus dan resmi menjadi staff, gajimu akan dinaikkan sebesar tiga puluh persen. Jadi total gajimu saat menjadi staff di perusahaanku adalah sebesar dua puluh enam ribu dolar.”
Selena membelakak. Mulutnya terbuka sempurna. Bagaimana tidak, 26.000 dolar sama dengan 341.400.000 rupiah. Dan uang sebanyak itu akan menjadi gajinya perbualan?
“Semua itu belum termasuk insentif dan lembur. Jika kau bersedia, maka kau tidak perlu datang ke kantorku untuk memasukkan lamaran. Kau hanya perlu menghubungi nomor yang tertera di kartu ini,” ujar Seo Joon sambil mengeluarkan secarik kertas dari dalam dompetnya.
Kim Seo Joon – CEO The King Holdings nomornya tertera di bawah nama itu.
Selena melempar wajahnya ke bawah. Mulutnya masih menganga dengan suara yang telah menghilang. Selena mengerjap lalu menggoyangkan kepalanya. Tangan gadis itu mulai meraih secarik kertas di depannya dan dia berhasil.
“Namun, ada syarat yang harus kau penuhi,” ujar Seo Joon.
Susah payah Selena mengangkat wajahnya. Matanya bergerak mencari sepasang manik cokelat milik lelaki Asia itu. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Selena. Namun, keningnya yang mengerut sanggup menggambarkan betapa Selena penasaran dan sedikit ketakutan dengan ucapan Kim Seo Joon barusan.
“Bagaimana? Kau mau bekerja padaku?” tanya Seo Joon. Pria itu menutup pertanyaannya dengan seringaian.
Selena langsung dilanda perasaan gelisah. Tak menampik jika dia sempat menelan ludah saat melihat nominal yang tertera pada kertas tersebut. Selena juga ingat kalau dia pernah memasukkan lamaran di The King Holdings, akan tetapi lamarannya ditolak saat itu.
Selena tidak menyangka kalau CEO-nya adalah seorang pria muda dan sekarang sedang duduk di depannya dan sedang menawari Selena sebuah pekerjaan.
Di satu sisi Selena tentu memasang kecurigaan. Apa yang membuat pria Asia yang tampak angkuh ini datang dan menawarkan sebuah posisi dengan gaji yang benar-benar tinggi menurut pendapat Selena. Namun, ada satu hal yang membuat Selena harus rela menelan harga diri dan rasa penasarannya.
‘Aku sudah dipecat dari kelab itu. Dan aku tidak yakin kalau aku bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu dekat ini. Kebutuhan hidup tak akan berhenti dan kuliahku terancam. Sepertinya memang tidak ada pilihan lain,’ batin Selena dalam hati. ‘Lagi pula ini pekerjaan yang aku impi-impikan.’ Lanjutnya. Lantas Selena mengangkat pandangannya. Dia berdehem.
Entakan napas yang barusan keluar dari mulutnya membuat Selena dengan begitu yakin menganggukkan kepalanya.
“Kalau begitu beritahu aku syaratnya,” ucap gadis itu.
Kim Seo Joon menyeringai. “Kau yakin?” tanya pria itu.
Selena mencoba meyakinkan Kim Seo Joon dengan tatapannya. “Ya,” kata Selena sekali lagi.
Sudut bibir Kim Seo Joon makin naik, bersamaan dengan satu alisnya yang terangkat.
“Oke, kalau begitu syaratnya adalah ….”