“Hahhhh ….”
Entah sudah berapa kali Selena mendesah panjang hari ini. Sepulangnya dari kampus, Selena memilih untuk mengurung dirinya di dalam kamar dan sejak tadi dia hanya memandang kartu nama yang berada di dalam genggaman tangannya. Sekelebat pemikiran kembali bersarang di dalam kepalanya.
‘Bagaimana CEO The King Holdings bisa menawarkan pekerjaan padaku? Dan aku tidak mungkin lupa kalau dia teman pria kejam itu. Tapi, mereka juga sepertinya tidak dekat. Aku ingat kalau pria bermata biru itu membentak si cipit.’ Selena membatin.
Dia sudah membuat keputusan kalau dia akan rehat dari pendidikannya dan memilih untuk bekerja. Namun, ada beberapa pertimbangan yang kini membuat gadis itu gamang.
“Ck!” Selena berdecak kesal. Gadis itu menarik kedua kakinya lantas menaruh dagunya di atas lutut. Selena kembali dilanda kegelisahan. Padahal, sebelumnya dia sudah sangat yakin. Namun, sekarang dia malah dilanda bimbang lagi.
‘Gimana nih, uang di rekening makin menipis. Ini sudah peluang yang sangat bagus. Aku gak boleh membuang kesempatan ini,’ batin Selena.
Gadis itu memilih untuk menutup mata. Menarik napas dalam-dalam lalu mengosongkan pikiran. Butuh beberapa detik bagi Selena sampai akhirnya dia menjadi sangat yakin. Selena membuka mata seiring dengan membuang napas panjangnya.
“Ya!” gumam Selena sambil menganggukkan kepalanya. “Ini sudah benar. Aku gak boleh ragu,” ucap gadis itu.
Segera Selena mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Dengan antusias, Selena menekan angka-angka di layar ponsel lalu menekan tombol dial. Selena menghela napas panjang sekali lagi kemudian mengembuskannya dengan cepat.
Bunyi tut yang menggema kembali membuat Selena panik. Gadis itu menutup matanya dan tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya.
“Halo?”
Kelopak mata Selena kembali terbuka. “Ha- halo, ha- hai,” ucapnya kaku.
“Siapa ini?” tanya suara di seberang sambungan telepon.
Seketika jantung Selena merespon dengan memberikan tekanan yang kuat. “I- ini aku,” ucap Selena, gagap. “Selena.” Lanjutnya.
“Oh … kau,” ucap si pemilik The King Holdings. Selena mengerutkan kening. Gadis itu sedikit bingung dengan respon yang diberikan Kim Seo Joon. Sama sekali di luar ekspektasi. Selena sedikit kecewa dan dia makin gelisah. “Bagaimana, kau sudah buat keputusan?”
Selena kembali bergeming. “Y- ya. Bisa kita bertemu?” tanya Selena.
“Tentu.” Kim Seo Joon masih menjawab dengan santai.
“Baiklah. Apa aku yang menghampirimu?” tanya Selena lagi.
“Tidak. Kita bertemu di Baekjeong. Nanti kukirim lokasinya,” ujar Kim Seo Joon.
“Baiklah,” jawab Selena. Setelah itu terdengar bunyi tut yang menandakan jika sambungan telepon telah terputus. Selena mendesah panjang. “Semoga ini keputusan terbaik,” gumam gadis itu.
***
Selena mengikuti petunjuk lokasi yang diberikan oleh Kim Seo Joon dan dia tiba di sebuah restoran Korea yang terletak di 1 E 32nd St, New York. Dekat Bryant Park.
Sambil merapatkan jaketnya, Selena pun melangkah memasuki restoran. Matanya bergerak mengitari seisi ruangan. Namun, tak ada tanda-tanda Kim Seo Joon di sana.
Gadis itu menunduk. Dia merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Selena memutuskan untuk menghubungi Kim Seo Joon. Dan pria itu mengangkat setelah nada sambung kedua.
“Aku sudah sampai,” ucap Selena.
“Aku menunggumu di lantai dua,” ucap Seo Joon.
“Baiklah. Aku naik,” ucap Selena dan dia mematikan sambungan telepon.
Selena mendesah saat memasukkan ponsel ke dalam tas. Dia mencari-cari tangga yang bisa membawanya ke lantai dua. Interior restoran ini terbilang unik. Dindingnya seperti terbuat dari bambu dengan meja dan kursi kayu dan ditata berdekatan. Beberapa orang terlihat sedang menikmati makanan di sini dan seketika membuat Selena lapar sampai terdengar bunyi menggelegar dari dalam perutnya.
Gadis itu menggoyangkan kepala untuk menarik kesadaran. Selena jadi ingat kalau sepanjang hari ini dia belum makan. Sibuk memikirkan masa depan, Selena jadi menyampingkan urusan makan.
“Oh ternyata di sana,” gumam Selena setelah matanya menangkap akses yang akan membawanya ke lantai dua.
Selena bergegas menaiki satu per satu anak tangga dan dia sampai di lantai dua. Ternyata pemandangan di sini lebih indah. Kursinya terlihat lebih mewah dan ada taman di teras. Manik cokelat itu menangkap punggung seseorang dan dia yakin kalau pria itu adalah Kim Seo Joon.
Selena langsung mengambil langkah menghampiri Kim Seo Joon.
“Selamat malam,” sapa Selena. Kali ini dia harus berbicara selembut dan sesopan mungkin. Mengingat pria berpakaian smart kasual ini sebentar lagi akan menjadi bosnya.
Tampak wajah tampan itu bergerak lalu memberikan tatapan datar pada Selena, akan tetapi bibirnya bergerak dan Selena sempat menangkap senyum samarnya.
“Silahkan duduk,” ucap Kim Seo Joon. Pria itu kembali memasukan makanan ke mulutnya.
Selena mengangguk dan dengan ragu dia mengambil tempat di depan Kim Seo Joon. Pria Korea itu tengah asik memanggang daging dan dia terlihat begitu cekatan.
“Coba ini,” ucap Seo Joon sambil memberikan sepotong daging di atas mangkuk berisi nasi. Selena mengerutkan dahi memandang makanan di depannya. “Tenang saja, itu daging sapi bukan pork.”
Selena mengangkat pandangannya. Dia terkekeh. “Bukan itu, aku tak masalah jika ini pork. Hanya saja ….” Selena menunda mulutnya meneruskan kalimat yang sebenarnya sudah berada di ujung bibir.
Gadis itu terdiam, memandang Kim Seo Joon yang kini tampak mengerutkan kening.
“Wae?” tanya Seo Joon dengan bahasanya yang bisa dimengerti oleh Selena.
Gadis itu menggoyangkan kepalanya. “Maaf,” ucapnya.
Kim Seo Joon mengangkat dagunya. Dia menunda mengunyah makanannya dan memilih untuk menatap Selena yang sekarang sedang menikmati makanan yang sengaja dia pesan untuk menyambut Selena. ‘Hemm … apa dia sudah mulai menyukaiku?’ batin Kim Seo Joon. Dia tertawa angkuh di dalam hati. ‘Astaga … belum apa-apa dia sudah jatuh cinta. Kim Seo Joon, kau benar-benar hebat.’ Seo Joon tersenyum angkuh.
Pria itu bergeming. “Oke, kalau begitu katakan padaku keputusanmu,” ujar Seo Joon. Dia tak bisa menunggu lama.
Selena mempercepat mulutnya untuk mengunyah daging yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Gadis itu menutup mulut lalu berdehem. Dia kembali membawa atensi penuhnya kepada Kim Seo Joon.
“Terima kasih sudah berbaik hati untuk datang ke kampusku,” ujar Selena.
Kim Seo Joon memberengut sembari menganggukkan kepalanya. “Dan jawabanmu?” tanya Seo Joon.
Selena mengulum bibirnya membentuk senyum simpul. “Aku menerimanya,” ucap gadis itu.
Kim Seo Joon tersenyum penuh kemenangan. “Bagus,” ucapnya. Pria itu kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
“Tapi aku tak bisa bekerja lebih dari setahun.”
Kim Joon menunda tangannya yang hendak memasukkan daging panggang ke dalam mulut. Dia menatap Selena dengan dahi yang terlipat dan kening yang melengkung ke tengah.
“Aku hanya bisa mengambil cuti setahun. Itu sudah peraturan kampus,” ujar Selena.
Bibir Kim Seo Joon mengerucut. Tampak menilai. Sedetik kemudian pria itu menganggukkan kepala. “Tidak masalah,” kata Seo Joon.
Selena tersenyum formal. “Baiklah,” ucap gadis itu.
Kim Seo Joon menghentikan aktivitas makannya. Pria itu menyeka kedua tangan. Sedetik kemudian Kim Seo Joon menjulurkan tangannya.
Selena yang tengah menunduk, perlahan mengangkat pandangannya. Dia menatap sepasang netra hitam yang kini sedang memandanganya dalam balutan wajah yang mengukir senyum.
“Sepakat?” tanya Seo Joon.
Selena menarik kedua sudut bibir membentuk senyum. Kali ini terlihat santai. Dia beraih tangan Kim Seo Joon dan mereka berjabat tangan sekarang. “Oke,” ucap Selena.
Senyum di wajah Kim Seo Joon makin melebar. Dia mengangguk. Sedetik kemudian pria itu mengangkat kedua alisnya. Dia ingat sesuatu. Segera Kim Seo Joon mengeluarkan ponselnya.
“Kalau begitu kita foto dulu,” kata Seo Joon.
Lipatan di dahi Selena kembali terbentuk. Dia memandang Kim Seo Joon dengan pandangan bingung.
“Ah, hanya foto. Ayolah,” kata Seo Joon. Pria itu memutar tubuhnya. Mengangkat tangan dan mengarahkan kamera kepadanya dan Selena. “Say kimichi …,” ucap Seo Joon.
“Kimichi ….” Selena terpaksa mengikuti apa pun kemauan Kim Seo Joon. Sekarang dia telah resmi menjadi bos Selena.
Pria itu menatap gawanya dengan senyum sumringah. Seperti mendapat jackpot dia pun mengirim fotonya dan Selena ke room chat yang diberi nama Billionaire Squad.
‘I got this lady,’ tulis Kim Seo Joon. Tampak sudut bibirnya terangkat membentuk senyum iblis.
“Ehem!” Selena berdehem. Meminta perhatian, tapi Kim Seo Joon masih terlalu sibuk dengan ponselnya. “Kalau begitu kapan aku bisa bekerja?” tanya Selena.
Akhirnya Kim Seo Joon mengangkat wajahnya lagi. “Kapan pun kau siap,” ucap pria itu. Dia menutup kalimatnya dengan senyum sumringah. “Kau tinggal membawa berkasmu ke kantorku dan tim personalia akan langsung mengambil berkasmu dan mengurus kontrakmu,” ujar Seo Joon. Pria itu kembali meletakan ponsel ke atas meja.
Selena mengangguk lambat-lambat. “Apa besok sudah boleh?” tanya Selena.
“Of course. As soon as possible,” jawab Seo Joon. Selena kembali mengangguk. “Kalau begitu ayo makan lagi.” Tunjuk Seo Joon pada makanan di depannya. Dia kembali memanggang daging.
Selena berdehem. Dia ingat sesuatu. “Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan,” ucap gadis itu.
“Apa?” tanya Seo Joon.
“Ummm … tapi ini bukan soal pekerjaan. Apakah aku bisa bertanya di luar konteks?” Selena menatap Kim Seo Joon dengan pandangan ragu.
Seo Joon memberengut. “Kau bebas bertanya apa pun selagi itu tidak menyangkut tentang keluargaku dan kehidupan pribadiku,” ujar Seo Joon tanpa menatap Selena. Dia sibuk memanggang daging.
“Tentu tidak. Sebenarnya ini soal ….”