36. A Warning From Bestie

2780 Words
“Keluar!” Jonathan kembali memejamkan mata, menundukkan wajah dan mendengkus. “Oh s**t!” desisnya. Seseorang yang berdiri di samping mobilnya kembali mengetuk kaca, lebih kuat dari sebelumnya. “Buruan!” serunya. Dari wajahnya saja sudah bisa memberitahu Jonathan bahwa dia sedang tidak main-main dan sepertinya Jonathan harus bergegas sebelum ia benar-benar mengamuk. Tok tok! “Okay!” teriak Jonathan dalam mobil sambil mengangkat kedua tangannya. “jangan ketuk kacanya lagi. Aku akan keluar.” “Hustle, you piece of s**t!” Jonathan kembali mendengkus. Ia memandang sinis wanita muda yang sedang berkacak pinggang sambil melayangkan pandangan berang padanya. Sementara kedua tangan Jonathan sibuk membuka sabuk pengaman. “Kubilang cepat, kau tuli, apa?!” Untuk ke sekian kalinya Jonathan mendesah. Ia melesak keluar dari mobil dan langsung memutar wajahnya menoleh ke belakang. Seorang gadis bertubuh ramping dengan pakaian kasual setengah terbuka itu sedang berdiri menunggunya sambil berkacak pinggang. Embusan napas kasarnya terasa hingga ke wajah Jonathan. Sekilas wanita muda itu menelengkan wajahnya ke samping lalu datang dengan pandangan penuh teror. “Ngapain loe ke sini, hah?!” teriak gadis itu dari seberang tempat Jonathan. Sekali lagi Jonathan mendesah berat. Ia ingat siapa gadis itu. Bagaimana Jonathan bisa lupa. Dia yang muntah di jaket Balenciga seharga sepuluh ribu dolar milik Jonathan lalu dengan sangat kurang ajar menyuruh Jonathan menggendongnya hingga ke lantai tiga. Mengingatnya membuat Jonathan jengkel, tapi karena gadis itu juga Jonathan akhirnya bisa berbicara dengan Selena, tapi setelah kejadian itu Jonathan tak berani lagi bertemu Selena. Ia sudah tak punya nyali sampai dia benar-benar siap mengatakan maksud para lelaki Miliarder itu mendekati Selena. “Aku ke sini mau bertemu Selena,” ucap Jonathan menggunakan bahasa Indonesia dengan nada yang begitu santun. Kirana kembali membuang muka. Dia kembali mendengkus dan mengentak napasnya dengan kasar. Wanita muda itu mengerjap sebelum kembali melayangkan tatapan membunuh yang ia arahkan tepat di depan wajah Jonathan. “Kalau begitu ngapain lu kayak pencuri lagi ngintai mangsa. Lu pikir gue gak liat gerak-gerik lu?!” Kedua sisi rahang Jonathan mengencang. Ia pun mengerjap sekaligus menepis bibirnya. Bisa-bisanya ia kembali tertangkap basah oleh gadis itu. “Ini udah dua kali loh ya!” Sekarang Kirana memperjelasnya. Dia benar-benar membuat Jonathan tak punya nyali hingga lelaki itu hanya bisa mendesah kasar, menarik kedua sudut bibirnya ke atas dan membentuk senyum simpul di wajah. “Selena ada?” tanya Jonathan, mencoba mengalihkan perhatian. Namun, ternyata tak semudah itu menaklukkan gadis di depannya. Tampak dari cara Kirana melebarkan bibir dan di saat bersama menekuk kedua alisnya ke tengah dan memandang Jonathan dengan pandangan menyelidik. ‘Tamat gue!’ batin Jonathan langsung berargumen setelah membaca situasi. Ia menunggu sambil menahan degup jantungnya yang berdetak penuh tekanan. “Ya!” Tanpa sadar Jonathan mendesah lega mendengar jawaban Kirana. “Dia ada di atas, tapi lo gak boleh ketemu sama dia!” Baru sedetik Jonathan merasa lega, tapi Kirana kembali mematahkan harapannya. Jonathan pun membelalakkan mata sambil memandang wanita di depannya. “Kenapa kurang senang?!” celetuk Kirana. Benar-benar bukan seseorang yang ramah. Dalam hati Jonathan berharap bahwa hanya ada dia satu-satunya manusia yang memiliki sifat seperti ini di muka bumi. Oh, seketika Jonathan lupa bahwa hidupnya juga dikelilingi orang-orang menyebalkan layaknya Kiim Seo Joon dan Aaron Travis. Mendengar jawaban kasar dari Kirana kontan membuat Jonathan menyerah. Ia pun menunduk, mendesah pasrah lalu menganggukkan kepala. “Oke,” gumam lelaki itu. Kirana yang mendengarnya lalu mengerutkan dahi. “Oke?!” ulangnya dengan nada membentak. “apa maksud loe dengan oke?!” Tampak dahi Jonathan berkedut lalu menukik ke dalam. “Y- ya ... maksud gue, ya oke. Gue gak akan ke sana dan samperin Selena,” jawab Jonathan dengan wajah polos, membuat Kirana mendengkus sambil memutar bola mata. “Lu emang sepengecut itu ya?!” Kening Jonathan semakin menukik ke tengah. “Maksud lo apa?!” protesnya. Kirana tak langsung menjawab. Ia mendorong dagunya ke atas dan sambil menatap Jonathan, ia pun mengambil langkah dengan entakkan kuat menghampiri Jonathan. “Loe gak denger kata gue?” Kirana berucap dengan nada rendah, nyaris berbisik. Ia pun mengangkat dagu sedikit lebih tinggi sambil tetap memandang Jonathan dengan tatapan arogan. “Pe ... nge ... cut!” ucap Kirana dengan nada penuh penekanan. Tampak hidung Jonathan kembang kempis. Napasnya pun berembus penuh penekanan dan kedua sisi rahangnya mengencang sempurna. “Itu sebabnya loe gak bisa melindungi Selena.” Ada satu siratan di sana yang Kirana lontarkan dengan sengaja dan Jonathan adalah pemuda dengan IQ tinggi yang mampu menangkap maksud perkataan Kirana. Seketika membuat Jonathan tahu maksud perkataan wanita di depannya. Namun, untuk menentang ucapan Kirana sangatlah mustahil karena wanita muda itu sepenuhnya benar. Sampai-sampai Jonathan hanya bisa tersenyum sendu dan kembali menganggukkan kepala. “Ya,” jawab Jonathan tanpa ragu. “kamu memang benar.” Lanjutnya. Kali ini lelaki itu memakai bahasa lebih formal bagai sedang menghormati Kirana dari caranya berucap. “Aku memang tidak bisa melindungi Selena dan itu sepenuhnya benar. Aku hanya pengecut yang berusaha memastikan bahwa Selena baik-baik saja meski sebenarnya itu bukan menjadi tanggung jawabku.” Ada jeda pada ucapan Jonathan dan seketika raut wajahnya berubah. Tak ada kehangatan sama sekali di sana. Hanya sepasang mata yang memandang dalam sorot mata kosong dan sepasang rahang yang mengetat sempurna menahan semburat amarah. Kirana melihatnya dan nalurinya merasakan semua itu dengan jelas. “Namun aku benar-benar seorang yang bodoh yang terus merasa bersalah dan berpikir bahwa aku bisa melakukan sesuatu untuk Selena, tapi ternyata aku tak bisa,” Jonathan bergeming. Kembali memandang Kirana dengan tatapan dingin sebelum melanjutkan, “karena aku hanya seorang pengecut.” Jonathan masih mematri tatapan pada Kirana. Lelaki itu menelan saliva, merasa tersekat dan entah mengapa ada sesuatu dalam hatinya yang mencelos perih mendengarkan ucapannya sendiri. Kirana yang melihat ekspresi Jonathan lalu mendecih. Mulutnya terbuka, melepaskan desahan kasar dan wanita itu menelengkan wajahnya ke samping. Berkali-kali Kirana mendecih sinis. Kini ia menggelengkan kepala, tampak meremehkan. Mulut Jonathan terbuka. Napasnya berubah menjadi uap di depan wajah. Ia pun menunduk sebelum memutar tubuh. Sudah tak ada lagi yang perlu dikatakan. Ia pun merasa percuma berada lama-lama di tempat ini. “But you love her, don’t you?” Ucapan tiba-tiba itu sontak menghentikan langkah Jonathan. Ia pun terdiam lalu perlahan mendongakkan wajah. Kirana seakan bisa merasakan detak jantung Jonathan yang berdetak penuh tekanan. Wanita itu menarik sudut bibirnya ke atas, menyeringai penuh arti dan merasa berhasil memancing perasaan Jonathan. “Jawab aku, Jonathan Kusuma, kamu melakukan semua ini bukan karena semata-mata kamu ingin menolong Selena, tapi karena kamu tidak bisa berhenti memikirkannya. Apakah aku salah?!” Kirana menelengkan wajahnya, menanti jawaban Jonathan. “Setiap saat merasa gelisah dan takut apabila ketiga temanmu mendekati Selena.” Manik mata Jonathan terbelalak. Seketika ia memutar tubuh, memandang Kirana dengan pandangan horor. “Gotcha!” gumam Kirana sebelum kembali menarik tubuhnya ke posisi semula. “Ba- ba- bagaimana-“ Jonathan menggagap. Manik matanya semakin melebar memandang Kirana. Sementara gadis itu semakin menikmati reaksi terkejut dari Jonathan. Kirana pun tak berhenti menyeringai. “Aaron Travis, the f*****g hole bastard, anak dari Jacob Travis, pemilik Argent Company. Pria yang gemar mengajak puluhan wanita untuk melakukan pesta seks. Am I wrong?” Jonathan kembali mendengkus dan memalingkan wajah tanpa mau menanggapi ucapan Kirana yang tentu saja benar sepenuhnya. “Oh, tapi kau tidak terlalu dekat dengannya selain dengan ....” Tiba-tiba bulu roma Jonathan bangkit ketika naluri menangkap ke mana arah pembicaraan Kirana nantinya. “Darren McKenzie!” Dan Dugaan Jonathan benar sepenuhnya. Sungguh pun, lelaki itu tak bisa mengelak. Ia kembali memalingkan wajahnya. “Putra kedua dari Robert McKenzie, oh siapa yang tak kenal dengan Darren. Well, aku jadi penasaran bagaimana hubungan mereka saat ini. I mean, Darren dan ibu sambungnya.” Jonathan kembali memutar wajahnya dan memandang Kirana dengan pandangan horor, sementara menyaksikan senyum iblis di wajah gadis itu. “Hem ....” Kirana menarik wajahnya yang kembali meneleng ke kanan. Wanita itu berdiri tegap. Mendesah ketika kembali melipat kedua tangannya di depan d**a. “Dan ya, jangan lupa dengan si cantik Kim Soe Joon. Pria yang sangat kurang ajar datang di kampusku dan menarik pergi Selena dari kelas hanya untuk menawarkan sebuah pekerjaan, tapi aku yakin ada maksud terselubung di balik kontrak kerja tersebut dan itu juga yang mendorongmu tak berhenti mengintai apartemen ini. Oh, astaga! Kalian membuatnya semakin jelas.” Kirana mendecih dan membuang muka. Wanita muda itu menggelengkan kepala, sambil terus menyeringai, tampak meremehkan. “Foolish!” desis Kirana. Untuk semua tuduhan yang diberikan Kirana, tak ada sepatah kata dari Jonathan yang bisa menyangkal semua itu. Dia tetap diam di tempat dan perlahan menundukkan wajah karena semua yang diucapkan Kirana adalah kenyataan yang terjadi. “And you,” Kirana maju selangkah. Mendekati Jonathan, menarik kedua sisi jaket kulitnya lalu mengentaknya dengan kuat dan membuat Jonathan mendongak menatapnya. “Jonathan Abigail Kusuma. Pria yang sudah bersama Darren McKenzie sejak umur tujuh tahun. Kau yang berkali-kali menolong Kirana, tapi apa kau pikir aku tak bisa melihat niat terselubung darimu?” Kirana mendongakkan wajahnya dengan gerakan lambat. Ia pun terdiam, tetapi tatapan tenangnya itu memancarkan keheningan mematikan yang langsung membuat Jonathan menelan saliva dan menutupi setitik rasa takut yang mulai menyelimuti pikirannya. Sungguh, belum pernah ada yang mengancam Jonathan hingga rasanya sangat mengerikan seperti ini dan kenyataan yang sangat menyedihkan adalah ancaman itu datang dari seorang gadis. “Kau pasti berpikir bahwa aku hanya gadis cerewet yang tinggal serumah dengan gadis incaranmu, tapi biar kukatakan padamu, Mr. Kusuma!” Dengan punggung jarinya Kirana mulai menyapu satu sisi jas milik Jonathan. Ia pun menurunkan tatapannya, memandang d**a Jonathan lalu kembali berucap, “jika aku bisa mengetahui identitas kalian satu per satu maka kalian juga harus tahu bahwa aku bisa menghancurkan kalian.” Kirana mendongak. Kedua sudut bibirnya kembali berkedut. Ada senyum tipis dan horor yang sempat ditangkap penglihatan Jonathan, tetapi semua itu hilang dengan cepat ketika raut wajah gadis itu berubah menjadi sangat serius. Dengan gerakan lembut Kirana menggapai kedua sisi jas Jonathan lalu dengan satu kali gerakan telak ia mengentak jaket Jonathan dan membuat lelaki itu mendelik. “Kau dan teman-teman bajinganmu!” Kirana menarik jaket Jonathan dan memaksa lelaki itu untuk membungkuk hingga wajahnya berada tepat di depan wajah Kirana. Jonathan pun bisa merasakan tatapan penuh kebencian yang kini tengah mengintimidasi Jonathan tepat di depan wajahnya. “Aku tak akan pernah ragu untuk menghancurkan kalian. Satu per satu dengan kedua tanganku apabila kalian mencoba menyakiti Selena. Aku sudah menandai pria bermata biru itu dan aku bersumpah akan membuatnya menyesal membuat sahabatku mengalami mimpi buruk setiap malamnya. Aku akan mencarinya dan tak ada satu pun dari kalian yang bisa menyelamatkan si b******k McKenzie itu. Jadi-“ Kirana mendongak, menempatkan wajahnya sedekat mungkin dengan Jonathan hingga mulutnya nyaris menyentuh permukaan bibir Jonathan. “Apabila kau masih punya rasa kasihan terhadap temanmu itu, sebaiknya kau peringatkan pria itu dari sekarang agar tak macam-macam dengan Selena dan kau-“ Kirana semakin mencengkeram jaket Jonathan dan semakin pula ia menarik lelaki itu ke wajahnya hingga Jonathan bisa merasakan desahan napas gadis itu hingga ke tenggorokannya. “Kau mungkin memiliki catatan bersih dari teman-temanmu yang benar-benar b******k itu dan Selena sepertinya menyukaimu dan aku juga tidak dalam posisi di mana aku bisa melarangnya, tetapi-“ Kirana kembali mengentak kedua sisi jaket Jonathan. Sungguh, wanita itu benar-benar terlihat mengerikan saat ini. Sangat mengerikan. “Jika kau menyakiti Selena dan punya niat tercela seperti yang sedang direncanakan teman-temanmu yang benar-benar b******k itu,” Kirana berkali-kali menyebutkan teman-teman Jonathan yang b******k karena mereka semua terbukti melakukan perbuatan tak beradap. “Aku bersumpah demi apa pun yang ada di dunia, aku akan menghancurkanmu. Aku tahu tempat tinggalmu dan aku tahu semua keluargamu bahkan tempat tinggalmu di Jakarta. Jika kau berpikir aku hanya mengancam, maka kau salah besar. Aku bisa menjadi apa pun termasuk membunuh semua anggota keluargamu jika saja kau berani menyakiti Selena.” Jonathan terdiam tanpa bisa menyahut. Ia pun menelan saliva dan berusaha meredam detak jantungnya yang berdetak penuh tekanan, tetapi Jonathan tak bisa. Ia malah mendapati dirinya semakin ketakutan dan bersumpah bahwa tak ada setitik ucapan dari wanita itu yang tidak membuatnya bergidik karena dia mungkin benar dengan semua ucapannya. “Kirana?” Jonathan bergeming dan kontan mendongakkan wajah. Dilihatnya seorang gadis muda yang menjadi pusat perbincangan mereka tengah berdiri di bawah lampu jalan. Namun, semua itu tak sanggup menarik atensi Kirana. Ia masih memandang Jonathan dengan tatapan penuh peringatan. “Ra, kamu-“ Selena mendesah, memalingkan wajah dan membawa tangan kanannya ke rambut lalu mengusapnya. “Ra, kamu ngapain lagi sih?” Selena berjalan dengan cepat dan membuat Kirana sontak mendorong tubuh Jonathan menjauh dari depan wajahnya. “Camkan ucapanku!” gumam Kirana. Wanita itu memutar tubuh lalu dengan cepat ia mengganti ekspresi di wajahnya dengan menyunggingkan senyuman. “Bisalah, gue ngecek si bangke, jangan-jangan dia mabuk,” ucap Selena dengan sangat enteng. Jonathan masih tak berkutik. Ia sungguh tak menyangka bahwa Kirana telah kembali seperti dirinya yang semula. Namun, ketika ia kembali memandang Jonathan lewat sudut matanya, Jonathan kembali merasakan tatapan intimidasi itu. “Ck! Kamu mulai lagi deh.” Suara Selena akhirnya menarik seantero atensi Jonathan. Ia pun bergeming. Sekilas memalingkan wajah hanya untuk melepaskan napas yang tanpa sadar ditahannya sejak tadi. Sementara Kirana tersenyum memandang sahabatnya. “Ya ... kan gue bodyguard, lu, Len. Gue harus pastiin siapa pun yang mau ketemu ama lu bener-bener bersih,” ujar Kirana. Selena mendelikkan matanya ke atas sambil melepaskan desahan panjang. “Mulai deh ...,” gumamnya. Kirana terkikik. Ia meraih pangkal bahu Selena, menariknya lalu memberikan kecupan pada dahi gadis itu. “Ya udah. Inspeksi selesai. Kalian bebas ngobrol,” ujar Kirana. Sekilas wanita itu menoleh tepat saat Jonathan baru saja memutar pandangannya. Mereka kembali bertatapan lalu dengan cepat Kirana melepasnya dan menatap wanita di sampingnya. “Okay!” ucap Kirana. Ia melepaskan tubuh Selena dan memberi sedikit jarak di antara mereka. “kalau gitu gue cabut,” ucapnya. Kirana mengangkat tangan sebelum meneruskan, “have a good time.” Ia pun menggerakkan telunjuk dan jari tengahnya dari dahi ke udara. “Bye ...,” ucap Kirana sambil melambaikan tangannya. Selena yang polos hanya bisa mendesah. Sekilas ia memandang punggung Kirana sebelum memutar tubuh menatap Jonathan. “Than,” Panggilan dengan nada lembut itu membuat Jonathan menoleh. Ia menarik kedua sudut bibirnya ke atas dan berusaha menyunggingkan senyuman. “Maaf ya, Kirana memang suka aneh-aneh,” ucap Selena merasa bersalah. Sementara Jonathan hanya bisa mendesah dan entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya menggerakkan pandangan lantas kembali memandang Kirana yang kini sedang menaiki anak tangga menuju apartemennya. Mereka kembali terjebak dalam adu pandang dan seakan-akan dalam pandangannya, Kirana ingin kembali memperingatkan Jonathan agar tak main-main dengan Selena. Dan sekali lagi Jonathan hanya bisa mendesah pasrah. Lelaki itu akhirnya melepas tatapannya dari Kirana lalu beralih memandang si gadis yang telah menjadi buah pikirannya selama beberapa hari belakangan ini. “Kamu gak apa-apa?” Jonathan menggelengkan kepala. “Gak kok,” ucapnya. Kali ini lelaki itu tersenyum lepas. Seketika melupakan kegugupan yang sempat menderanya saat dalam perjalanan menuju ke tempat ini. Oh, astaga! Ucapan Kirana benar-benar menyerap seluruh energi yang dimiliki Jonathan. “Oh ya, apa kamu sedang sibuk?” tanya Jonathan. Tampak Selena memerengut bibir sebelum menggelengkan kepalanya. “Gak kok. Aku kebetulan keluar buat cari makan malam. Saat di depan, aku gak sengaja liat Kirana dan setelah kuperhatikan ternyata ada kamu dan-“ Selena tak meneruskan ucapannya dan memilih untuk mengedikkan kedua bahu. Entah mengapa melihat raut wajah Selena membuat Jonathan kemudian terkekeh. “Iya, aku memang ke sini buat nyamperin kamu,” ucap Jonathan. Selena kembali mendongakkan wajahnya, memandang Jonathan. “Aku?” ulang gadis itu. Sebaris senyum itu semakin mengembang menguasai seantero wajah Jonathan. Ia pun mengangguk penuh antusias. “Ya,” jawabnya. Sejurus kemudian lelaki itu mendelik. “eh kamu tadi bilang mau cari makan ya?” Sepasang alis yang sempurna milik Selena lalu melengkung ke atas. “Y- ya ...,” jawabnya dengan gumaman dan terdengar ragu-ragu. Jonathan kembali tertawa rikuh. “Kalau gitu kita bareng aja, yuk, kebetulan aku juga belum makan malam,” ucap Jonathan. Untuk sekelebat Selena terdiam. Tampak dagunya mengerut. Dahinya terlipat dan keningnya melengkung ke tengah. “Eum ....” Gadis itu bergumam panjang sebelum akhirnya ia menganggukkan kepala. “boleh deh.” Untuk ke sekian kalinya Jonathan tertawa rikuh. Ia pun memutar tubuh dan mengulurkan tangannya menunjuk ke arah mobil Jaguar miliknya. “Kalau begitu silakan,” ucap Jonathan. “ladies first.” Lanjutnya. Selena terkekeh. Ia memandang Jonathan sambil menahan senyum geli di wajah. Namun, pada akhirnya Selena tetap menganggukkan kepala dan berjalan mendahului Jonathan. Tak ada dari keduanya yang menyadari sebenarnya ada seseorang yang tengah mengawasi mereka dari jarak yang sangat jauh dan sedari tadi ia sedang mengepalkan tangan, menahan desiran emosi yang mulai mengacaukan akal sehatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD