Book 2 PART. 9 RESTU ABAH

904 Words
"Aku pamit ke hotel dulu. Aidil sebaiknya kamu ikut aku ke hotel untuk bertemu ayahmu, biar Aisah di sini bersama Paman dan Acilmu" ucap Arya. "Nak Arya benar, pergilah temui abahmu, Aidil" ujar Paman Kifli. Aidil menjawab dengan anggukan kepalanya, lalu ia mencium punggung tangan Paman, Acil, Aisah, dan Kahfi, sepupunya. Mereka menatap kepergian Arya dan Aidil. "Kenapa nak Arya bisa bersama kalian di sini, Ais?" Tanya Pak Kifli. "Saat mama jatuh di kamar mandi, kebetulan Aa Arya sedang datang bertamu ke rumah kami, Paman. Kalau tidak ada Aa Arya, ulun kada tahu kayapakah kami nih (saya tidak tahu bagaimana keadaan kami)" jawab Aisah. "Ternyata Arya tidak seperti orang tuanya ya" gumam Acil Asnah, istri Paman Kifli. "Inggih, Cil" Aisah menganggukan kepalanya. "Bagaimana keadaan mamamu, Ais?" "Kondisi mama mulai stabil, belum tahu apakah perlu dioperasi atau tidak. Ulun berharap mama bisa pulih tanpa harus dioperasi" "Apapun keputusan dokter, kita ikuti saja Aisah. Paman akan membantu semampu Paman" "Terimakasih, Paman. Tapi Aa Arya sudah berjanji untuk mengurus semuanya" "Begitukah? Kenapa dia begitu bermurah hati pada keluargamu?" Aisah menundukan kepalanya dalam, untuk menyembunyikan wajahnya yang merona. Paman dan acilnya saling pandang. "Apa ada sesuatu diantara kalian Aisah?" Tanya Acil Asnah. Aisah menganggukan kepalanya pelan, meski ia bimbang untuk mengakuinya, karena sesungguhnya tidak ada hubungan apapun diantara dirinya dan Arya, selain kesepakatan tentang pernikahan mereka. "Apa kalian saling jatuh cinta?" Tanya Acil Asnah ingin lebih memastikan lagi. "Aa Arya sudah melamar Ais, Acil, Paman. Mungkin sekarang dia sedang bicara dengan abah soal lamarannya" jawab Aisah tersipu. Paman dan Acilnya kembali saling pandang. "Ais, apa kamu sudah pikirkan resiko yang akan kamu hadapi. Paman rasa, keluarga Lazuardi pasti tidak akan setuju kamu jadi menantu mereka" ucap Paman Kifli. "Aku sudah siap dengan segala resikonya Paman. Aku tahu apa yang akan aku hadapi, dan aku sudah siap untuk hal itu" jawab Aisah mantap. Paman dan Acil nya menarik napas panjang, tak ada lagi yang bisa mereka katakan, karena Aisah sudah memutuskan. Aisah yang akan menjalani dan merasakan semuanya, mereka hanya bisa mengingatkan saja. "Paman hanya bisa mendoakan, semoga kamu diberi Allah kekuatan untuk menjalani semua ini Aisah. Ini pilihanmu, kami tidak akan ikut campur. Tapi kamu bisa datang pada kami, jika kamu butuh tempat untuk mencurahkan perasaanmu" "Terimakasih, Paman, Acil" *** Arya dan Aidil sudah tiba di hotel. Pak Ipin langsung berpelukan dengan putranya yang cukup lama tidak bersua. Arya meninggalkan mereka, untuk masuk ke kamar lain yang ia sewa untuk dirinya sendiri. Arya segera mandi dan berganti pakaian, lalu ia keluar dari kamar dan masuk kembali ke kamar tempat Pak Ipin. "Paman, bisa kita bicara berdua. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan" ucap Arya pada Pak Ipin. Pak Ipin menganggukan kepalanya, meski terlihat ada kebingungan pada sorot matanya. "Kita bicara di kamarku saja Paman" ujar Arya sambil membimbing Pak Ipin untuk bangkit dari duduknya, dan melangkah menuju kamarnya yang tepat berada di samping kamar Pak Ipin. Mereka sudah duduk bersebelahan di sofa yang ada di kamar itu. "Ada apa Nak Arya?" Tanya Pak Ipin yang tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya. "Paman, aku ingin menyampaikan niat baikku pada Paman. Mohon maaf kalau sebelumnya aku sudah lebih dulu menyampaikan ini pada Aisah." "Niat baik apa Nak Arya?" Pak Ipin terlihat semakin bingung saja. "Ijinkan ulun melamar Aisah untuk menjadi istri ulun, Paman" ucap Arya dengan nada sangat mantap dan meyakinkan. Pak Ipin terperangah mendengarnya, meskipun ada geritik (rasa curiga) di dalam hatinya, sejak Arya pertama datang ke rumahnya. Tapi Pak Ipin tidak menyangka, jika apa yang dirasakannya akan sikap Arya itu benar adanya. "Hanya Aisah yang pantas untuk menjawabnya, Paman sebagai orang tua hanya bisa memberikan restu pada keputusan Aisah" jawan Pak Ipin setelah terdiam sejenak. "Aisah sudah bersedia menerima lamaran ulun, Paman. Tinggal restu dari Paman yang ulun harapkan" Pak Ipin dan Arya saling tatap, Pak Ipin merasa melihat ketulusan di mata Arya, dan merasakan kesungguhan dari nada suara Arya. "Tolong berikan restu Paman untuk kami" mohon Arya. "Bagaimana dengan orang tuamu, Nak Arya. Paman rasa mereka pasti tidak akan setuju, karena setahu Paman, Nak Arya sudah dijodohkan dengan Non Devira, saudara kembar Non Devita" "Aku tidak ingin menikah dengan Devira, Paman. Aisah adalah pilihanku, mau tidak mau, suka tidak suka, kedua orang tuaku harus menerima keputusanku" jawab Arya mantap. Pak Ipin menghela napas panjang, kepalanya tertunduk sejenak. Kepalanya lalu terangkat, tatapan matanya tampak sendu. Ia sangat sadar, resiko apa yang akan diterima putrinya nanti. Tapi jika Aisah memang sudah setuju untuk menikah dengan Arya, seperti yang dikatakan Arya, Pak Ipin merasa yakin jika Aisah memang sudah siap menghadapi apa yang akan terjadi nantinya. Pak Ipin sangat tahu, kalau putrinya bukanlah gadis yang lemah. Aisah pasti sudah memikirkan dengan matang. "Paman?" "Aku serahkan keputusan sepenuhnya pada Aisah, aku akan merestui kalian jika Aisah memang sudah setuju menikah denganmu" jawab Pak Ipin akhirnya. "Terimakasih, Paman" Arya menggenggam erat jemari Pak Ipin, wajahnya terlihat sumringah karena rasa bahagia yang tengah menyelimuti hatinya 'Bahagia? Kapan terakhir kali aku merasa bahagia? Kenapa tiba-tiba perasaan bahagia ini datang begitu saja, seakan pernikahanku dengan Aisah adalah hal yang paling aku inginkan. Sedang aku melakukannya bukan karena cinta, tapi hanya untuk menentang keinginan orang tua. Ya Allah, aku tidak tahu ini benar atau salah, aku hanya sedang berusaha kembali ke jalanMu. Aku tidak yakin Devira akan mampu menuntun jalanku, tapi aku juga tidak tahu, akan kemana arah pernikahanku dengan Aisah. Hanya pernikahan sementara, ataukah akan selamanya. Hanya Engkau yang tahu jawabannya' BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD