BERJUANG KEMBALI

1474 Words
Sudah beberapa hari Kirana mengurung diri dalam kamar, ia baru akan makan jika perutnya benar- benar terasa perih. Tak dIhiraukannya, ajakan Kim untuk tinggal di rumah saja. Kirana merasa lebih nyaman di apartemen, ia ingin dekat dengan Leon. Meskipun saat ini suaminya tidak mengingatnya sebagai istri. Ipah yang khawatir dengan kondisi Kirana, secara berkala melaporkan kepada Kim atau Lusia. Ia pun tidak bosan untuk membujuk Kirana agar mau makan. Sementara itu, Sanjaya yang diam- diam merasa khawatir dengan kondisi menantunya itu, menghubungi dokter Yoga untuk berkonsultasi masalah Leon. Sanjaya tidak ingin membiarkan semua berlarut- larut . Bagaimanapun juga, ia ingin anak lelaki satu- satunya itu kembali ke rumah. Pagi itu Kirana keluar dari kamarnya dengan baju yang rapi. Ia mengenakan setelan blazer dan rok berwarna coklat. Ia merias wajahnya juga, meski tidak bisa menyembunyikan matanya yang sembab. Ipah yang melihat penampilan Kirana, langsung menghampiri majikannya itu. "Non mau kemana sudah rapi?" “Tolong buatkan saya sarapan, Mbak. Saya harus syuting dan juga harus ke restoran. Sudah beberapa hari ini saya nggak ke mana-mana.” “Di meja sudah ada roti bakar dan nasi goreng.Non mau makan yang mana? Saya siapkan semuanya.” “Nasi goreng aja, tolong buatkan jus kalau begitu ya.” “Ada alpukat, mangga, sirsak. Non mau yang mana?” "Alpukat saja,saya butuh tenaga," ujar Kirana sambil tersenyum dan segera melahap nasi goreng buatan Ipah. Pagi itu,Kirana sudah bertekad untuk tidak menangis lagi. Ia harus kuat menghadapi semuanya. Setelah selesai dengan sepiring nasi goreng, Kirana langsung meminum jusnya. Ia pun segera menyambar kunci mobilnya dan keluar dari apartemennya. Saat ia keluar, ia berpapasan dengan Katrin yang kebetulan membuka pintu. “Kirana, bisa kita bicara?" tanya Katrin sambil berjalan menghampiri Kirana. “Iya, tentu saja bisa.” “Ki, Geisha sakit. Dia sedang dirawat saat ini, kau mau menjenguknya? Kirana, biar bagaimanapun juga dia adalah kakak kandungmu, Kirana.” “Aku tidak tau, semuanya terjadi begitu cepat.” “Cobalah tanyakan pada hatimu sendiri, bukankah sejak dulu kau selalu ingin bertemu kembali dengan kakak kandungmu? Leon sedang berobat juga, beberapa hari yang lalu ayah mertuamu datang dan mengajaknya ke rumah sakit.” Kirana menghela napas panjang, ia tau jika Sanjaya datang beberapa hari yang lalu, tapi ia bersikeras tidak mau menemui siapapun hari itu. Air mata Kirana menetes perlahan, ia memang mengatakan kuat, tapi sebenarnya ia rapuh, bahkan sangat rapuh. “Aku tidak kuat, aku lemah,” ujarnya sambil memeluk Katrin. “Menangislah jika itu bisa membuatmu tenang,” sahut Katrin. **** Hari itu, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta, Kirana dan kedua mertuanya tampak gelisah.Kirana berhasil mendapatkan rambut Sean saat mereka sedang di lokasi syuting. Dan mereka segera melakukan tes DNA. Maka, di sinilah mereka hari ini. Menanti dengan tegang hasil tes tersebut. Kirana terlihat amat gelisah, sesekali ia menggigit jarinya untuk meredakan ketegangan. Sampai akhirnya … “Tuan Sanjaya ….” “Ya, saya.” “Di tunggu Dokter Yoga di dalam.” Mereka pun bergegas masuk ke ruangan. Dokter Yoga kebetulan adalah sahabat Sanjaya sejak ia kuliah dulu. “Bagaimana, kabar baik?” sapa dokter Yoga saat mereka memasuki ruangan. “Baik, bagaimana hasilnya?” Dokter Yoga tersenyum, “Sesuai dengan dugaan kalian,DNA nya cocok. Artinya dia memang Leon,tapi jika memang dia amnesia atau hilang ingatan,sebaiknya dia di periksa secara menyeluruh, apa lagi kecelakaan yang ia alami bukan kecelakaan biasa." Seketika air mata Kirana menetes tanpa dapat di tahan lagi. Artinya selama ini,mereka begitu dekat, bahkan terlibat dalam pekerjaan yang sama. “Kami akan membawanya untuk periksa nanti,” kata Sanjaya. “Aku akan membantumu nanti.” “Baiklah kalau begitu, kami pamit dulu. Terima kasih atas bantuanmu,” kata Sanjaya sambil menyalami dokter Yoga. “Jadi dia adalah Leon, bagaimana kita menyampaikan hal ini?” tanya Kim saat mereka dalam perjalanan pulang. “Aku akan bicara pada Geisha, Mami,” ujar Kirana. “Apa kau yakin, Ki?” “Surat ini akan menjadi bukti." **** Tak sabar, Kirana bergegas ke apartemen Geisha. Kebetulan Katrin yang membukakan pintu. “Hai, kau dari mana, Ki?” tanya Katrin dengan ramah. "Geisha, mana dia?' tanya Kirana. Geisha yang mendengar suara Kirana bergegas keluar dari kamarnya. “Kirana, ada apa?” tanya Geisha. Dengan perasaan kesal, Kirana melemparkan amplop yang berisi surat keterangan dokter. “Dia bukan Sean, kan? Sean suamimu sudah meninggal karena sakit!" pekik Kirana. Air mata sudah menetes membasahi pipinya. Geisha membuka amplop yang diberikan oleh Kirana dan saat melihat isinya Geisha hanya bisa menghela napas panjang. “Laras, mungkin aku harus memanggilmu Larasati. Tunggu sebentar di sini," kata Geisha. Wanita cantik itu segera melangkah ke kamarnya dan membawa keluar sebuah kotak kecil. “Bukalah, setelah itu kau bisa mengatakan apa saja kepadaku. Kirana merasa jantungnya berdegub kencang, ia membuka kotak kecil yang diberikan oleh Geisha. Saat ia melihat isinya, dadanya terasa sesak seketika. Ia menatap Geisha tajam, “Kau pasti bohong! Kau … Kau bukan Karina!” Kirana berseru kencang sambil berlari keluar menuju ke apartemennya. Tidak, tidak mungkin dia Karina, batin Kirana terluka. Katrin serba salah, ia ingin mengejar Kirana dan membantu menenangkan wanita cantik itu, tapi di sisi lain melihat Geisha yang menangis sambil berlutut membuatnya iba. Ah, mengapa harus seperti ini jadinya! “Ge, kau ini sedang hamil, ayo kita ke kamar,” bujuk Katrin. “Tidak, aku hanya ingin mati!” pekik Geisha mulai histeris membuat Katrin kebingungan. “Ada apa ini?” Katrin bernapas lega saat melihat Leon masuk. “Leon, tolong Geisha ….” “Leon?” “Tidak usah banyak bertanya dulu, aku akan jelaskan nanti. Sekarang bawa Geisha ke kamar dan tenangkan dia terlebih dahulu!" Leon membawa Geisha ke kamar sambil memeluk wanita yang sedang menangis itu. “Kau kenapa? Tidak baik untuk bayi dalam kandunganmu. Sekarang kau tenang dulu ya, aku akan bicara sebentar pada Katrin.” Geisha tidak menjawab, ia hanya memejamkan mata dan berusaha untuk meredakan keresahan dalam hatinya. “Ada apa ini, Kat?” Alih- alih menjawab Katrin memberikan surat keterangan DNA yang dibawa Kirana dan memberikannya kepada Leon. "Bacalah!" Leon mengambil kertas yang diberikan Katrin dan membacanya. “Maksudnya apa ini?” “Kirana sudah mengambil rambutmu sewaktu kalian berada di lokasi syutiing. Dan memeriksa DNA-mu. Ternyata kau benar adalah Leon, suaminya yang dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat enam bulan yang lalu. Geisha bukanlah istrimu, Leon. Kiran adalah istrimu yang sebenarnya. Kau bukanlah Sean, Sean sepupuku sudah meninggal dunia. Kalau kau tidak percaya, kau telepon ayah Sean di Singapura!” “Ti-tidak mungkin!” “Apa yang tidak mungkin,Leon? Kau adalah Leon seorang Pilot, suami Kirana. KAU BUKAN SEAN!” Katrin mulai berteriak tidak sabar dan ia juga merasa putus asa. “Dan satu hal lagi yang harus kau tau, Kirana dan Geisha adalah kakak beradik. KANDUNG!” Leon terdiam, ia merasa bingung. Selama ini ia memang selalu bingung dan berharap mendapatkan ingatannya kembali. Tapi, mengapa saat ia mengetahui kebenaran terasa sangat menyakitkan seperti ini. “Aku tidak tau apa yang aku harus katakan kepadamu. Aku juga tidak tau apa yang saat ini harus aku lakukan, aku bingung,” tukas Leon lirih. Katrin menepuk bahu Leon perlahan. “Ini adalah kenyataan yang harus kau terima dengan ikhlas. Temuilah Kirana, dia adalah istrimu, selama ini dia selalu mencintaimu dan menanti keajaiban yang membawamu pulang kembali kepadanya.” Leon mengangguk dan beranjak keluar, ia melangkah menuju apartemen KIrana. Kebetulan pintu apartemen itu terbuka sehingga ia bisa masuk dengan leluasa. Ia melihat Kirana sedang duduk di lantai dengan wajah menelungkup di atas meja. Sementara beberapa lembar foto berhamburan di dekat wanita itu. Tampak Ipah sedang berusaha membujuk Kirana. “Den, tolong Non Kirana,” ujar Ipah lirih. Perlahan ia mendekat lalu menyentuh bahu Kirana , “Kirana ….” “Kau … Sejak kapan kau di sini?” tanya Kirana lirih dengan suara parau. “Katrin menceritakan semuanya kepadaku, apakah benar bahwa aku adalah Leon? Suamimu?" Karina menatap Leon dengan tatapan sayu, ia beringsut dan memeluk Leon. “Aku merindukanmu ….” “Aku ….” “Tidak perlu mengatakan apa-apa sekarang, tolong peluk saja aku sebentar,” ujar Kirana. Leon memeluk Kirana, entah mengapa ia merasakan kehangatan yang berbeda. Bahkan kehangatan seperti ini sangat jauh berbeda saat ia berada dengan Geisha. Apakah ini yang dinamakan cinta sejati? **** Sudah beberapa hari Kirana mengurung diri dalam kamar, ia baru akan makan jika perutnya benar- benar terasa perih. Tak dIhiraukannya, ajakan Kim untuk tinggal di rumah saja. Kirana merasa lebih nyaman di apartemen, ia ingin dekat dengan Leon. Meskipun saat ini suaminya tidak mengingatnya sebagai istri. Ipah yang khawatir dengan kondisi Kirana, secara berkala melaporkan kepada Kim atau Lusia. Ia pun tidak bosan untuk membujuk Kirana agar mau makan. Sementara itu, Sanjaya yang diam- diam merasa khawatir dengan kondisi menantunya itu, menghubungi dokter Yoga untuk berkonsultasi masalah Leon. Sanjaya tidak ingin membiarkan semua berlarut- larut . Bagaimanapun juga, ia ingin anak lelaki satu- satunya itu kembali ke rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD