ALL IS WELL

1160 Words
Sepanjang sisa hari itu, Kirana tidak keluar dari kantornya, bahkan Meira manager di tempat itu yang juga adalah orang kepercayaan Sanjaya, ayah Leon sampai harus memaksa bos nya itu untuk makan. Meira memperhatikan wajah Kirana , tanpa berani mengeluarkan sepatah kata pun. Saat ini dia bingung harus berbuat apa. Mau keluar dari ruangan itu pun ia tau betul bahwa Kirana pasti akan memanggilnya kembali. Sehingga ia memutuskan untuk tetap duduk diam. “Kau harus makan, Kirana. Pak Sanjaya dan Ibu Kim memintaku menjadi manager di tempat ini bukan hanya untuk bekerja, tapi juga menjaga dan menemanimu, kalau kau tidak mau makan lalu kau sakit, aku harus mengatakan apa?” desak Meira. Ia tau dan paham betul apa yang saat ini dirasakan oleh KIrana. "Kenapa bisa kebetulan begitu. Kenapa wajah mereka begitu mirip, bahkan senyumnya pun sama persis. Aku tidak percaya jika dia bukan Leon," gumam Kirana perlahan. “Kebetulan itu bisa saja terjadi,Kirana.” KIrana menatap Meira dengan kedua netranya yang sudah sembab. “Katakan padaku,Mbak. Kau juga melihat dia mirip dengan Leon,kan?” tanya Kirana. Meira menghela napas panjang, “Mereka memang mirip, tapi dia bukan Leon,” jawab Meira dengan tegas. “Sekarang , tolong makanlah dulu, Kirana. Aku tidak mau kau sakit,” ujar Meira lagi. Namun, Kirana menggelengkan kepalanya. “Aku pulang saja,Mbak.” "Kau bisa menyetir? Biar aku suruh pak Jono untuk menyetir, aku khawatir kau tidak konsen nantinya. Pak Jono adalah kepala security di tempat itu. Kirana hanya mengangguk dan menyerahkan kunci mobilnya kepada Meira yang segera turun ke bawah mencari Pak Jono dan menyuruhnya mengantarkan Kirana pulang. Kim mondar mandir di ruang tamu. Beberapa saat yang lalu, ia mendapatkan telpon dari Meira yang mengabarkan bahwa Kirana dalam perjalanan pulang dan kondisi Kirana tidak baik. Meira sudah menceritakan semua yang terjadi. Tentu saja itu membuat Kim cemas dan panik bukan main. “Sudahlah, Mami jangan mondar mandir seperti itu, pusing aku melihatnya,” tegur Lisia sambil menggendong Gisele “Bagaimana Mami tidak khawatir jika Meira tadi bercerita seperti itu. Kirana pasti syok dan juga sedih.” “Setidaknya Mami bisa duduk sini. Jangan mondar mandir,” kata Lisia Kim menatap putri sulungnya itu, dan akhirnya menuruti permintaan Lisia untuk duduk. Beberapa saat kemudian terdengar suara mobil memasuki halaman. Kim dengan cepat berdiri dan melangkah keluar untuk melihat siapa yang datang. Saat melihat Kirana yang turun dari mobil dia bernafas lega. Dan langsung menyambut menantunya itu. "Are you okay honey?" tanya Kim sambil merangkul pundak Kirana. Kirana yang sudah terbiasa dengan perlakuan Kim yang begitu memperhatikannya tersenyum manis. “Iam okay ,Mami,” jawab Kirana sambil melangkah masuk. Sesampainya di ruang tamu, Kirana menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Ia menghela nafas panjang dan menatap ipar juga ibu mertuanya yang tengah mengawasi nya dengan khawatir. "Mami dan Kak Lisia kenapa menunggu di ruang tamu?" tanyanya. “Mami mendapat telpon dari Meira.Dia bilang ….” “Ada apa sebenarnya,Ki? Coba ceritakan apa yang terjadi padamu.” Kirana menggelengan kepala. Ia meraih botol air mineral yang memang selalu tersedia di ruang tamu itu, lalu meneguk setengah dari isinya. Sesaat ia mencoba untuk mengendalikan emosinya. Lalu mulai bercerita tentang pria yang mirip Leon. Dan juga ternyata bahwa pria itu adalah suami dari Geisha. Lisia dan Kim mendengar kan cerita Kirana tanpa menyela sedikitpun. Awalnya Kim.memang terlihat kaget namun, ia bukanlah wanita lemah, pengendalian dirinya cukup matang. Sehingga ia tidak berteriak histeris atau melakukan sesuatu yang membuat anak dan menantunya khawatir. Dia begitu tenang, mendengarkan semua yang di katakan Kirana. “Apa dia Leon, Mami? Jika memang bukan, mengapa mereka bisa semirip itu?” tukas Kirana dengan air mata berderai. Kim memeluk Kirana, mengusap punggung gadis itu, seoalah sedang mentransferkan ketenangan. Kirana tak kuasa lagi menahan air matanya, ia menangis di pelukan ibu mertuanya itu. Dia merasakan betapa sesak dadanya saat ini. Juga perutnya yang mendadak sakit bagai disilet- silet. Jauh lebih sakit rasanya di bandingkan saat ia tau Leon meninggal. Bagaimana tidak sakit, jika selama berbulan-bulan ia merindukan sosok suaminya dan mendadak ia melihat sosok yang begitu mirip sedang bersama wanita lain. Rasanya menyakitkan sekali. Bersyukur Kirana memiliki mertua dan ipar yang begitu mencintainya, sehingga dia bisa kuat dalam menghadapi semuanya. Bahkan bisa bangkit dan melawan rasa sedihnya. Kirana yakin, jika tidak ada Mertua dan Iparnya dia mungkin sudah tidak ada di muka bumi ini, mungkin ia sudah melakukan tindakan yang nekad. Kim membiarkan Kirana menumpahkan segala kesedihannya. “Menangislah , jika itu bisa membuat mu lebih baik,” ujar Kim. "Aku rindu Mami,aku rindu Leon," isak Kirana dalam pelukan Kim. Melihat Kirana, Nara berinisiatif ke dapur, di suruhnya Ipah untuk membuatkan minuman dingin dan membawanya ke ruang tamu. “Buatkan jus strawberry kesukaan Mbak Kirana. Lalu siapkan air hangat untuk Mbak Kirana mandi," perintahnya. “Baik,Mbak.” Lisia pun segera kembali ke ruang tamu, Kirana masih menangis di pelukan ibunya. Tak lama Ipah pun membawakan jus strawberry ke ruang tamu dan meletakkan nya di atas meja. Lisia memberikan gelas berisi jus itu kepada Kirana. “Minumlah dulu,Ki,” ujarnya. Kirana mengangkat wajahnya dan menyambut gelas dari tangan kakak iparnya itu, dan langsung meminumnya. “Aku sudah menyuruh Ipah ,untuk menyiapkan air hangat , untuk kamu mandi. Kamu, mandilah dulu, lalu istirahat. Nanti biar aku bawakan makan malam untukmu jika kamu merasa tidak kuat untuk makan bersama,” ujar Lisia lagi. "Betul kata Lisia. Kamu harus istirahat ya. Besok lebih baik jangan bekerja dulu. Kau ada syuting atau pemotretan besok? Jika ada lebih baik kau meminta managermu untuk mengatur ulang jadwalmu," ujar Kim lagi. Kirana hanya mengangguk , “Baik, Mami, terima kasih,” jawabnya dengan pelan hampir tak terdengar. Kim dan Lisia merangkul Kirana dan membawa gadis itu ke kamarnya di lantai dua. Setelah itu mereka memberikan ruang pada gadis itu untuk mandi dan beristirahat. Mereka tau bagaimana beratnya hari itu bagi Kirana. Perasaan mereka juga sama sakit, karena bagaimanapun, kerinduan yang Kirana rasakan adalah kerinduan yang sama yang Kim dan Lisia rasakan. Sepeninggal Kim dan Lisia, Kirana langsung menuju kamar mandi. Bathtub nya sudah terisi penuh dan ada aroma lavender di sana. Kirana tersenyum, dia segera melepaskan pakaiannya satu persatu dan mulai berendam. Wangi lavender begitu menenangkan nya. Ia merasa begitu lelah sepanjang hari ini. Terutama hati dan pikirannya. Otaknya begitu lelah berpikir dan hatinya terasa amat sakit. Ia pun merasa lelah untuk menangis. Ia sadar , tangisannya tidak akan mengembalikan Leon yang sudah tiada kembali ke sisinya lagi. Namun, entah mengapa melihat Sean, melihat sorot matanya, meski sorot mata itu tak mengenalinya, namun Kirama dapat merasakan itu adalah sorot mata yang sama. Ia merasakan ada ikatan benang merah antara mereka. Dan entah mengapa ia tidak percaya bahwa pria itu adalah Sean,suami Geisha. "Dia adalah Leon, mengapa aku yakin sekali jika dia adalah Leon," gumam Kirana. Setelah puas berendam dan mandi. Kirana pun segera mengenakan piyama tidurnya, meminum s**u yang telah disiapkan Ipah di atas meja kamarnya, lalu ia memutuskan untuk tidur. Ya, Kirana saat ini terlalu lelah. Dan hanya sebentar saja ia pun telah lelap tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD