Raina semakin memantapkan hati untuk tak mau peduli lagi dengan apa yang Ardi lakukan. Bagi Raina, yang perlu ia pikirkan dan perlu ia perjuangan untuk saat ini adalah anak-anaknya. Buat apa juga ia harus pusing memikirkan tingkah laku Ardi. Toh lelaki itu pun tak lagi mau perduli padanya. Jika pada anaknya, Ardi masih ada sedikit perhatian. Raina pun yakin jika memang ada hal ganjil yang telah terjadi pada diri seorang Bagas Ardi. Selingkuh misalnya. Raina sempat berpikir jika Ardi memiliki wanita lain. Tapi ia tak mau ambil pusing. Berusaha menekan rasa sakit hatinya. Dan mensugesti dirinya, seandainya ia tak lagi ada jodoh dengan Ardi, maka ia akan melepaskan Ardi dengan suka rela. Tak ada gunanya ia mempertahankan sesuatu yang memang Ardi sendiri ingin menghancurkan nya. Tak ada gunanya lagi Raina bertahan. Akan tetapi, jika untuk menggugat cerai Ardi, Raina belum bisa melakukannya. Ia akan menunggu Ardi yang melakukan dulu. Selain karena bercerai itu membutuhkan biaya, juga akan menyita waktunya. Sementara saat ini, waktu bagi Raina sangatlah berharga. Usaha yang ia rintis semakin menunjukkan hasilnya dan itu mampu membuat Raina harus pandai membagi waktu antara kerjaan dengan mengurus anak-anaknya. Jika dibilang lelah, tentu saja lelah. Tapi Raina tak pantang menyerah dan tetap semangat. Hanya senyuman ketiga anaknya yang mampu menjadi penghibur baginya.
Ardi hampir tidak pernah lagi pulang mengunjunginya juga ketiga anaknya. Yang dulu jadwalnya satu bulan sekali, sekarang bisa dua bulan baru Ardi datang. Itupun hanya sebentar. Membawa anaknya keluar membeli jajan atau camilan setelahnya memulangkan kembali anak-anaknya ke rumah. Tak lagi pernah menginap dan Raina juga malas untuk bertanya pada lelaki yang masih menyandang status sebagai suaminya itu.
Suatu ketika Raina iseng menghubungi salah satu tetangga rumahnya yang ada di kota. Ia bertanya mengenai Ardi. Dan betapa Raina tercengang karena ia baru tahu jika Ardi pun sudah jarang pulang ke rumah mereka yang dulu. Lantas, selama ini Ardi tinggal dimana dan dengan siapa? Tanya yang memenuhi pikiran Raina.
Tidak tahan untuk tak bertanya, hanya berniat iseng saja Raina mengirim sebuah pesan whatsaap pada Ardi. Mengenai apa yang ia tahu mengenai Ardi yang tak lagi pulang ke rumah lamanya di kota.
Dan tanpa berniat berbohong pada Raina, dengan jujur dan gamblang Ardi mengatakan jika ia telah menemukan sosok wanita lain yang baik, pengertian dan mau mengurusnya.
Raina hanya mampu membekap mulutnya agar ia tak terisak mengetahui pengakuan Ardi kepadanya. Jadi benar, Ardi telah berselingkuh. Dan bisa jadi Ardi telah menikah lagi. Raina hanya menggelengkan kepala tak mau memenuhi pikiran nya seputar Ardi dan perempuan lain. Sakit hati Raina mendapat perlakuan seperti itu. Tapi Raina bisa apa. Ia tak mau ribut atau bertengkar dengan Ardi. Dan jalan satu - satunya adalah Raina akan merelakan Ardi untuk perempuan lain.
"Mas.... Aku relakan kau dengan perempuan itu. Aku tak akan memintamu meninggalkannya. Aku sudah ikhlas dan pasrah dengan semua keputusanmu. Jadi.... Ayo kita berpisah saja."
Kira - kira seperti itulah pesan yang Raina kirimkan untuk Ardi. Dan Ardi pun juga sangat enteng menjawab jika lelaki itu akan mengabulkan permintaan Raina.
Sesak di d**a tak lagi mampu Raina tahan. Tangisnya pun pecah. Memejamkan mata dan wajah ketiga anak nya memenuhi pikiran nya. Mungkin inilah jalan yang terbaik. Agar ia juga anak anaknya tak lagi tersakiti dengan sikap dan perilaku Ardi.
Dan karena hal itu pula suasana hati Raina jadi memburuk seketika. Tak lagi bersemangat menjalani aktifitas. Bahkan usaha yang sempat melambung namanya kini terpaksa harus ia hentikan. Tak mampu lagi ia teruskan karena Raina merasa tak sanggup. Beban pikiran nya saat ini sedang banyak dan hidupnya menjadi kacau.
Kedua orang tua Raina tak akan menyalahkan Ardi juga Raina. Mereka tak mau ikut campur urusan rumah tangga anak- anaknya. Hanya bisa mendukung apapun keputusan yang mereka ambil. Selagi Raina tak lagi berpenghasilan juga tak lagi mendapat nafkah dari Ardi, Bapak Raina dengan ikhlas membiayai semua kebutuhan hidup Raina dan ketiga cucunya. Sedih hati Raina karena harus membebani kedua orangtuanya. Tapi mau bagaimana lagi. Raina sedang terpuruk saat ini. Dan ia memang sangat membutuhkan uluran tangan orang - orang yang masih mengasihi ya. Seperti bapak dan ibunya.
***
Di suatu malam, bahkan jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Terdengar ketukan di pintu depan. Raina yang memang belum tidur terheran dengan siapa tamu yang datang malam-malam.
Saat Raina ragu untuk membuka, ibunya tiba - tiba keluar dari dalam kamar. Ternyata sang ibu juga mendengar suara ketukan tanda jika sedang ada tamu.
"Siapa yang bertamu, Na?" tanya ibunya. Dan Raina hanya menggelengkan kepala.
"Aku juga tidak tahu, Bu," jawab Raina.
"Ya sudah. Ayo kita buka pintunya."
Ibu berjalan mendahului Raina, memutar handel pintu dan membukanya. Tampak di depan rumahnya, kakak ipar Raina. Membuat kening Raina berkerut.
"Kak... tumben datang malam-malam. Ayo silahkan masuk."
Raina membuka lebih lebar pintunya. Tamu yang tak lain adalah kakak perempuan Ardi beserta suami kakaknya itu masuk lalu duduk di ruang tamu. Ibu Raina memilih masuk ke dalam berniat membuat minuman.
" Na, maaf kita datang malam-malam begini. Ardi yang meminta pada kakak untuk menemuimu sekarang ini."
"Memang ada apa dengan Mas Ardi?" tanya Raina yang tak bisa lagi menyembunyikan segala tanya di dalam benaknya.
"Ardi.... Eum... Ardi...." kakak iparnya tampak ragu - ragu. Lalu terlihat menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya. " Ardi ditangkap warga karena ketahuan berbuat hal tidak pantas di kampung orang."
Raina sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan." Maksudnya, Kak? "
" Iya. Jadi selama ini Ardi dan selingkuhannya telah diincar oleh warga. Dan malam ini mereka telah digrebek. Mereka akan dinikahkan paksa. Ardi menelepon kakak tadi. Dan jika kau tak keberatan, Ardi meminta kakak untuk membawamu datang kesana. Menemui Ardi. "
Raina memejamkan mata. Tega sekali Ardi kepadanya. Dan apa tadi yang kakaknya katakan? Raina diminta datang untuk menjadi saksi pernikahan lelaki itu dengan perempuan lain. Yang benar saja. Raina tak akan melakukan hal itu. Jika ia menuruti keinginan Ardi, itu namanya gila.
"Maafkan aku kak. Tapi aku tak bisa ikut kakak. Sampaikan saja salamku untuk Mas Ardi. Silahkan saja jika dia akan menikah lagi." Raina berusaha menguatkan hatinya. Menerima segala cobaan dalam hidupnya.
Jelas terlihat di wajah kakak ipar Raina, raut kesedihan dan penyesalan.
" Na, kakak minta maaf. Karena Ardi telah bersikap bodoh dan tega menyakitimu. "
" Ini semua bukan salah kakak. Jadi kakak tak perlu meminta maaf padaku."