Winter bergerak cepat dengan wajah yang sudah merah karena panas, seluruh tubuhnya ikut memanas terasa seperti terbakar, gadis itu mengikuti setiap gerakan penari di depanya tanpa mempedulikan jika kini kakinya masih terasa sakit karena lecet terlalu banyak bergerak.
Seluruh otot-otot Winter cukup nilu kesakitan, tubuhnya yang kaku harus di paksa menjadi lentur dan kuat, juga terbiasa dengan aktifitas olahraga.
Suara musik menghentak membuat pelatih semakin cepat untuk bergerak.
Di masa lalu, Kimberly sangat pandai menari dan selalu menghabiskan waktunya untuk menari di tiang, setiap kali dia akan melakukan fashion show, Kimberly akan melakukan diet sehat salama seminggu sebelum tampil.
Semua yang pernah Kimberly lakukan di masa lalu mengenai kesehatan tubuh, kini dia terapkan dalam kehidupan Winter yang lemah dan kaku.
Satu jam lebih Winter menari, pelatih terapi dan beberapa orang yang lainnya sudah selesai menari dan keluar ruangan. Sementara Winter masih tidak beranjak, dia berhenti menari ketika minum karena dehiderasi, Winter kembali menari mengulangi semuanya tanpa henti.
Menari akan menggerakan seluruh tubuhnya dan membantu menguatkan otot-ototnya, termasuk melatih jantungnya.
Winter harus memiliki perubahan ketika nanti dia akan mengikuti audisi ratu sekolah, tidak hanya penampilannya yang harus menarik, namun pengetahuannya juga harus menjadi di perhitungkan untuk menghancurkan image Winter yang selalu di ejek bodoh.
Usai dua jam menari, Winter segera membersihkan diri dan pergi keluar.
Seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya di hari sebelumnya, kini Winter kembali berdiri di depan ruangan terapi tempat Marius berada.
Winter kembali melihat pria itu.
Melihat Marius yang berpegangan pada tonkat kruk dengan kedua kaki yang sudah terpasang robot bantuan yang membantu dia untuk melangkah. Beberapa orang pria yang berpakaian rapi mengajaknya berbicara sambil melihat layar computer untuk memperhatikan perkembangan tubuh Marius saat berjalan.
Kondisi Marius terlihat cukup parah, dia terlihat kesulitan untuk bisa kembali berdiri dan berjalan dengan benar.
Menyadari jika ada seseorang yang mengintip Marius melakukan terapi, salah satu dari orang asing itu menunjuk Winter dan mengusirnya. Winter langsung berlari pergi.
Siang ini dia tidak akan langsung pulang, Winter akan pergi ke spa untuk melakukan perawatan, pergi ke salon untuk merawat rambut, wajah dan kukunya, lalu pergi berbelanja untuk memperbaiki penampilannya.
Untuk ikut audisi ratu sekolah, segala sesuatu harus di persiapkan agar bisa mencuri perhatian.
***
Sebuah angka bergerak naik dan berakhir di angka 80 kg ketika Winter menginjak timbangan. Gadis itu melenguh kesal dan sedikit kecewa karena harus bekerja dengan keras lagi memikirkan diet sehat dan olahraga yang cocok sesuai dengan kemampuan tubuh Winter.
“Tiga puluh lima. Aku bisa menurunkannya dalam dua bulan” bisik Winter penuh tekad.
Winter kembali turun dari timbangan itu dan menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, gadis itu sedikit terdiam melihat keluar jendela, memandangi langit malam yang di hiasi rembulan.
Hal-hal yang semula Winter anggap mudah ternyata tidak mudah.
Winter tidak hanya harus merubah dirinya sendiri, dia juga harus merubah banyak orang dan menyadarkan mereka betapa pentingnya memanusiakan manusia.
“Winter, apa aku boleh masuk?” tanya Vincent dari luar yang mengetuk pintu kamar Winter.
“Masuklah.”
Pintu kamar Winter terbuka, Vincent menyalakan semua lampu kamar gadis itu dan perlahan mendekat. “Ayah akan pulang besok. Di akhir pekan besok kita akan pergi liburan, kau mau kan?.”
“Ke mana?.”
Vincent tidak langsung menjawab, dia memperhatikan wajah Winter yang berbeda. Diam-diam rahang Vincent mengeras menahan suatu kekesalan. “Berlayar.”
Seketika Winter tersenyum lebar, dia sangat ingin berjemur dan berenang. Di perkirakan cuaca besok akan cerah, tidak akan masalah jika berenang.
“Aku ikut.”
“Ada yang ingin kau ceritakan kepadaku Winter?.”
“Tidak ada.”
“Benarkah?.” Vincent mundur dan menarik kursi belajar Winter, lalu duduk di sana. “Winter, aku dengar laporan dari wali kelasmu jika tadi kau mendapatkan perlakuan buruk lagi. Kenapa kau tidak mengatakan apapun kepadaku?.” Tuntut Vincent yang kini duduk di hadapan Winter dan bersedekap.
Ketegangan menguasai diri Vincent.
Vincent tidak dapat menahan kemarahanya lagi, dia tidak suka dengan siapapun yang menghina adiknya apalagi mereka melakukan kekerasan.
Apapun yang menyangkut Winter, Vincent akan sangat sensitif.
“Aku baik-baik saja.” Jawab Winter terdengar santai.
“Baik-baik saja katamu?. Winter, berhentilah menjadi anak yang terlalu baik dan berhentilah mengatakan kau tidak apa-apa!. Jika kau terlalu baik, orang-orang akan semakin melunjak kepadamu.” Vincent mulai mengomel. “Kau mendapatkan perundungan di instansi pendidikan, dan kau menerima diskriminasi dari guru. Aku sangat marah dan hatiku meledak karena sakit hati. Aku sudah mengajukan pemecatan guru itu.”
Kemarahan Vincent membuat Winter terdiam dan menatapnya lekat.
Saat dia hidup sebagai Kimberly, dia berjuang sendirian dalam keadaan apapun karena tidak memiliki keluarga.
Ternyata inilah rasanya memiliki keluarga.
Perhatian Vincent membuat jiwa Kimberly menghangat merasakan sebuah kebahagiaan yang meledak-ledak seperti percikan kembang api di bawah langit yang gelap dan dingin.
“Winter.” Vincent perlahan melunak karena takut Winter, adiknya yang manis dan lembut itu menangis mendengar bentakannya. Vincent segera pindah duduk dan duduk di pinggir Winter.
“Jika ada sesuatu yang mengganggumu, katakanlah kepadaku. Kau mau berjanji?.”
“Ya, aku janji.”
Vincent segera memeluk Winter dengan erat melepaskan sedikit ketegangan yang mengusai pikirannya. Selama ini Vincent selalu sibuk bekerja dan sekolah di Inggris, waktu berkomunikasi yang jarang dan jarak yang jauh membuat Vincent tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan Winter.
Vincent tidak ingin dan tidak akan membiarkan apa yang sudah pernah terjadi kepada Winter kembali terulang.
***
Suara musik terdengar mengalun samar di dalam ruangan. Dinding kaca terbuka lebar memperlihatkan banyak perapian yang menyala di dalam ruangan. Namun tidak menunjukan keberadaan seseorangpun di dalamnya karena sang pemilik tengah diam termenung di luar menikmati dinginnya malam yang gelap.
Dalam kesendiriannya, Marius duduk di pinggiran kolam, satu tangannya memegang segelas anggur, dan tangan lainnya menggenggam sebuah sebuah jepitan rambut cantik yang dulu pernah melekat di rambut indah seorang perempuan yang begitu dia cintai.
Kini Marius tidak dapat lagi meletakan jepitan cantik itu lagi di rambutnya.
Marius hanya bisa melihat gelapnya langit yang selalu mengingatkan dirinya saat dia kehilangan wanita itu.
Setiap menatap langit malam, Marius selalu merasa bahwa dia masih berada di malam yang sama dengan waktu sama saat dia kehilangan wanita yang di cintainya.
Malam yang buruk itu terjadi beberapa tahun yang lalu..
Waktu sudah berjalan sangat jauh, namun Marius masih berada di tempatnya, berkabung dalam balutan luka dan kerinduan yang terus menjerat hatinya.
Kepergian kekasihnya..
Meruntuhkan dunia dan hasr4t Marius untuk menjalani kehidupannya lagi.
Sepanjang malam Marius melihat langit yang gelap, teringat kepergian wanita yang di cintainya bersamaan dengan detik-detik kecelakaan yang menghancurkan dirinya.
Marius masih teringat kobaran api yang mengelilingi mobilnya, taburan bintang di langit dan rembulan yang indah seakan tengah berbicara bahwa itu adalah akhir hidupnya dan akhir hidup wanita yang di cintainya.
Marius masih ingat, tidak hanya tubuhnya yang terluka, hatinya jauh lebih terluka.
Cinta melumpuhkan Marius.
Marius sudah memberikan seluruh hatinya untuk wanita itu, dan ketika Tuhan merenggutnya, hati Marius ikut terenggut.
Kepala Marius terangkat melihat rembulan yang malam ini muncul terhalang pekatnya awan.
Bibir Marius tersenyum indah teringat wajah cantiknya, ucapannya yang terkadang sangat kasar dengan suara yang merdu, bola matanya yang indah di antara bulu mata yang berkibaran.
Kenangan itu melekat kuat di ingatan Marius.
Senyuman Marius kian melebar..
Akan tetapi, senyuman indah Marius bertolak belakang dengan sorot matanya yang di penuhi kerinduan dan kesedihan.
Kesedihan itu berasal dari sebuah kesadaran akan kenyataan jika kini cinta Marius kepada kekasihnya tinggal sebuah ilusi.
Segumpal emosi tergulung besar di hati Marius, pria itu meletakan jepitan dan gelas di tangannya, Marius menaruhnya di atas meja. Dengan tenang dia mendekati pinggiran kolam renang.
Tangan kuat Marius menumpu kedua sisi kursi roda dan perlahan turun dari kursi roda, Marius melepaskan jubah mandinya dan melompat turun ke kolam renang.
Kakinya yang sebagian masih mati rasa tidak bisa merasakan dinginnya air menyiksa perasaan Marius.
Perlahan tubuh Marius tenggelam bersama dengan kesedihannya kesedihannya.
Begitu napas Marius habis, dia kembali ke permukaan mengambil napasnya dengan cepat. Malam itu Marius menghabiskan waktunya hanya dengan belajar berjalan di dalam kolam renang.
***
Sebuah mobil hitam bergerak menyusuri sepanjang pantai, Winter duduk di samping Vincent dan di depannya sudah ada Benjamin yang setengah jam lalu dia jemput bersama Vincent di bandara.
Hari ini salju tidak turun, cuaca yang panas mengurangi cuaca dingin, salju-salju sudah di bersihkan di sepanjang jalan, orang-orang keluar dan menghabiskan waktu mereka untuk berjemur dan berenang karena air sudah tidak begitu dingin lagi.
Winter mengusap sebuah kotak yang berada di pangkuannya. Winter mendapatkan kotak itu sebagai hadiah dari Benjamin. Dengan perlahan dia membuka kotak dan menyingkirkan kain lembut yang menutupinya.
“Kau suka hadiahnya?.” Tanya Benjamin dengan senyuman lebar.
Pupil mata Winter melebar, seseorang yang sejak dulu mengerti betul fashion itu di buat tercengang karena kagum sekaligus tidak percaya.
Saking kagetnya, Winter sampai tidak tahu harus berkata apa.
Winter melihat kotak tas mewah berwarna hijau memiliki ukiran yang khas berhologram yang mewah, dan tidak lupa memiliki detail jahitan yang sempurna. Winter menyentuh bantul berkilauan berbentuk kotak yang di dalamnya terdapat sebuah gambar pohon dengan kilauan berlian yang menggantikan salju.
Winter melihat buku kecil mengenai keaslian tas itu.
Ini sangat luar biasa, bagaimana bisa Benjamin memberikan hadiah seharga ribu puluhan dollar kepada Winter?. Apakah selama ini Benjamin selalu melakukannya?. Andai saja Winter sudah bisa membuka pintu akses menunju walk in closet di kamarnya, mungkin Winter bisa melihatnya.
Winter akan segera mengetahui akses masuknya, dia akan merubah semuanya. Termasuk kode keuangannya agar Paula tidak bisa sembarangan menggunakannya. Semuanya sedang berada dalam proses.
“Winter, kau suka?.” Tanya Benjamin lagi karena Winter tidak kunjung menjawab.
“A..aku suka Ayah. Terima kasih. Tapi, mana hadiah untuk kakak?.”
Wajah Benjamin memucat, pria paruh baya itu langsung menatap Vincent penuh tanya seakan apa yang di katakan Winter adalah hal yang sangat besar.
Kimberly yang terlahir di panti asuhan selalu ingin di perlakukan adil dan tidak di beda-bedakan, meski dia sering di istimewakan setelah menjadi model, Kimberly tidak ingin orang-orang di sekitarnya di perlakukan berbeda.
“Mana hadiah untuk kakak?.” Tanya Winter lagi.
“Winter, kau peduli padaku?.” Vincent berkaca-kaca, dia tersentuh karena untuk pertama kalinya Winter bisa berkata seperti itu.
Dulu hubungan mereka sangat canggung, Winter selalu menutup diri dari siapapun dan hanya ingin bersama Paula kemanapun pergi hingga orang-orang di sekitar berpikir bahwa Paula adalah puteri Benjamin juga.
Entah apa yang sudah Paula lakukan kepada Winter hingga gadis itu sangat tertutup kepada Benjamin maupun Vincent, namun mempercayakan semuanya kepada Paula seakan kehidupan Winter berada di bawah aturan Paula.
“Hadiah untuk kakak. Kenapa hanya ada hadiah untukku saja?.” Ucap Winter lagi menegaskan.
Benjamin dan Vincent terlalu kaget karena Winter memiliki sebuah perhatian kepada keluargnya.
To Be Continue..