"Tenang sayang, tidak perlu panik begitu. Kamu buka pintu, biar aku sembunyi di kamar mandi," kata Dion mencoba menenangkan kekasihnya.
Begitu Dion masuk ke dalam kamar mandi. Ziva membuka kamarnya sambil memberikan hair dryer miliknya.
"Ini," kata Denisa.
"Mama sama siapa di dalam?" tanya Ziva.
"Tidak ada, Mama sendirian kok," jawab Denisa sambil membuka lebar pintu kamarnya.
Sebenarnya, Ziva ingin memeriksa kamar Mamanya, tapi melihat waktu yang sudah mepet membuat dia harus mengurungkan niatnya.
"Ya sudah, Ziva berangkat dulu," ujarnya seraya mencium tangan Mamanya.
"Hati-hati sayang," kata Denisa.
Saat di dalam mobil, Ziva termenung. Dia yakin sekali mendengar sang Mama menyebut nama Di, tapi siapa?
Di sebuah apartemen.
"Apa kamu memiliki pikiran sama sepertiku?" tanya Akmal pada Zico setelah mereka melihat video cctv itu.
Dia tidak berani menuduh, hanya saja, dengan melihat sekilas, pikirannya sudah mengarah kesana. Zico terlihat mengangguk lemah. Akmal mengusap bahu sahabatnya.
"Video rekaman CCTV ini belum bisa dijadikan bukti kuat terhadap apa yang kita pikirkan, mungkin saja, sewaktu di sana, baju Denisa terkena tumpahan kopi atau teh," kata Akmal mencoba membuka pikiran Zico lebih jauh.
Zico mengangguk. "Coba kamu putar saat Dion baru memasuki kantornya," titah Zico.
Akmal pun memundurkan rekamannya, keduanya menatap serius setiap gerakan di layar itu.
"Co, keduanya keluar dengan memakai baju yang berbeda," kata Akmal.
Wajah Zico menegang seketika. "Apakah Dion dan Denisa bermain api di belakangnya? Apakah menikahi Ziva adalah salah satu jalan bagi Dion untuk bisa lebih leluasa bertemu dengan Denisa? Jangan-jangan, mereka selalu melakukannya saat aku tak ada di rumah," batin Zico.
"Kenapa Denisa tega mengkhianatiku? Apa kurangnya aku sehingga Denisa sampai berselingkuh dengan Dion. Padahal, kalau dilihat-lihat, dia juga tak kalah tampan dan perkasa dengan Dion. Apakah karena hal itu Dion mau membantu perusahaannya, dan pernikahan hanyalah kedoknya untuk menutupi perbuatan mereka," gumam Zico.
"Tenang Co, jangan berburuk sangka dulu. Kita selidiki saja dulu semuanya," nasehat Akmal.
Pikiran Zico kacau, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Dia hanya termenung sambil menghisap sebatang rokok milik Akmal.
"Co, aku harap kamu tidak bertindak gegabah, karena kita belum mendapatkan bukti yang akurat tentang perselingkuhan mereka. Bisa jadi mereka adalah teman lama, jadi wajar kalau mereka bertemu. Dan soal ganti baju di waktu yang bersamaan, mungkin, baju mereka tertumpah oleh makanan atau minuman. Jangan dulu berpikiran buruk terhadap istrimu," Akmal kembali menasehati sahabatnya yang seperti anak kehilangan induknya.
"Kita bisa menyelidikinya, jangan sampai, kamu menyesal karena telah mengambil keputusan yang salah," sambungnya.
"Kamu benar, aku akan menyewa detektif untuk memata-matai kegiatan mereka. Aku juga akan memasang CCTV di seluruh ruangan di rumahku," ujar Zico.
"Nah, betul itu," sahut Akmal.
Akhirnya, Zico pulang dengan hati yang sedikit lega, paling tidak, dia tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Sesampainya dia di kantornya, Zico lalu menelepon detektif yang dulu menjadi anak buah ayahnya, dia menyuruhnya untuk membuntuti Dion dan Denisa kemanapun mereka pergi.
Di Perusahaan D&D.
Lelaki tampan yang memiliki jamban tipis itu pun tertawa terbahak bahak. "Dasar bodoh, dia pikir aku tidak tahu apa saja yang dilakukannya. Baiklah, now, time to play," seringainya.
Dion lalu memesan tiket bulan madu ke Bali selama beberapa hari, dia juga akan memboyong sang istri ke rumah yang telah dia siapkan dulu. Rumah impiannya bersama Denisa.
"Sayang, aku akan pergi selama beberapa hari bersama Ziva. Apa kamu mau ikut?" tanya Dion pada mantan kekasihnya.
"Kamu jangan gila Di, yang benar saja, masa aku ikut kalian bulan madu. Yang ada juga aku jadi obat nyamuk disana, sementara kalian asyik bermesraan," omel Denisa.
"Tidak perlu cemburu begitu sayang, lain kali, aku akan mengajakmu, hanya kita berdua, bagaimana?" tanya Dion.
"Benarkah? Tapi, aku maunya ke lombok Di," rengek Denisa.
"Anything for you darling, tapi ... kita tunggu waktu yang tepat ya," bujuk Dion.
Dia tidak ingin Denisa merajuk, semarah apapun Dion, dia tidak akan sanggup jika Denisa mendiaminya.
"Oke, kalau begitu, belikan aku oleh oleh sepulang kalian dari Bali," kata Denisa.
"Oke Honey, I'm gonna miss you," ujar Dion.
"Miss you to," balas Denisa.
Dion lalu mengirim pesan pada sang istri. "Sayang, nanti malam kita akan pergi ke Bali. Kamu siapkan baju yang perlu dibawa. Sepulang kerja nanti, aku akan menjemputmu," tulis Dion.
"Berapa hari disana Kak?" tanya Ziva.
"Mungkin 3 atau 4 hari," jawab Dion.
"Baiklah Kak," balas Ziva.
Sepulang dari kantor, Dion langsung membawa Ziva pergi ke Bali. Dia akan sedikit mengecoh sang mertua.
Sesampainya di bandara Ngurah Rai Bali, Dion dan Ziva sudah dijemput oleh salah satu pegawai resort tempat mereka menginap. Mereka tidak langsung ke resort melainkan makan terlebih dahulu di sebuah cafe yang terkenal disana.
Suasana sore hari yang cerah membuat Ziva dan juga Dion bisa mengabadikan kebersamaan mereka di balik indahnya gunung Batur. Banyak foto yang mereka buat mengingat ini adalah pertama kalinya mereka pergi keluar setelah menikah.
"Kamu suka tempatnya?" tanya Dion.
"Suka Kak, pemandangannya bagus," jawab Ziva.
"Kalau kamu mau, kita bisa kesini setiap weekend. Karena, apapun yang kamu inginkan adalah perintah bagiku," rayu Dion yang membuat wajah gadis itu bersemu merah.
Puas menikmati indahnya alam, mereka pun makan. Dion menyuapi Ziva dengan makanan yang ada di piringnya hingga habis tak tersisa.
Selesai makan, mereka langsung menuju ke resort yang sudah Dion sewa. Resort itu berada tepat di pinggir pantai, jadi kita bisa melihat sunrise dan juga sunset dari dalam kamar saja.
Begitu sampai di kamar, Ziva langsung masuk ke dalam kamar mandi. Dia ingin memberi surprise pada suaminya karena sudah sabar menunggunya. Padahal, dia tidak tahu saja kalau ternyata Dion sering minta jatah pada sang Mama.
Ziva sudah selesai mandi. Dia memakai lingerie warna hitam yang dia tutupi dengan kimono satin berwarna senada. Wanita cantik itu pun keluar dengan rambut yang masih setengah basah, dia sengaja mengibaskan rambutnya untuk membuat suaminya tergoda.
Dion menelan salivanya saat melihat sang istri keluar dari kamar mandi. Dia menatap sang istri seolah hendak menerkamnya. Namun, mengingat sang istri yang belum selesai masa periodnya membuat wajahnya kembali sayu.
"Kenapa cemberut gitu?" tanya Ziva seraya mendekat ke arah suaminya.
"Lain kali, kalau kamu sedang datang bulan, jangan pernah memakai pakaian yang seperti ini lagi," sungut Dion sambil menunjuk ke arah kimono istrinya.
"Lalu, aku harus pakai apa, hem?" tanya Ziva dengan suara mendayu dayu.
"Pakai daster aja, bila perlu, kamu tidur pakai mukena," ujar Dion kesal.
"Baiklah, aku akan pakai mukenaku," kata Ziva.
Ziva lalu mengambil mukena yang ada di dalam koper kemudian menunaikan kewajibannya. Wajah Dion langsung berbinar saat sadar kalau dia tengah dikerjai oleh Ziva.
Begitu Ziva selesai salam, Dion langsung menarik istrinya ke dalam ranjang. Dion adalah player sejati, tidak sulit baginya membuai seorang wanita supaya jatuh dalam pelukannya.
Dion tersenyum puas, akhirnya, dia bisa memiliki Ziva. Baginya, Denisa dan Ziva sama-sama memiliki kelebihan. Dia tidak bisa membedakannya.
"Terima kasih, kamu begitu hebat malam ini," puji Dion.
"Sama sama Kak," sahut Ziva.
"Sekarang tidurlah, kamu masih harus membayar hutangmu padaku esok hari," ujar Dion sebelum dia memejamkan matanya.
"Hutang?! Hutang apa Kak?" tanya Ziva dengan raut wajah bingung.
Sementara sang suami, tersenyum dengan wajah menyeringai