Kecurigaan Ziva

1003 Words
"Sayang, kapan kamu pulang? Kenapa lama sekali? Aku merindukanmu," rengek Denisa saat Dion meneleponnya. "Sabar sayang, Papa mertuaku sudah mencurigaiku berselingkuh dengan istrinya yang cantik ini," ujar Dion memandang Denisa penuh makna. "Zico mencurigaimu?" tanya Denisa tak percaya. "Iya sayang, makanya aku mengalihkannya dengan mengajak Ziva berbulan madu," jawab Dion. "Kalian bersenang-senang?" tanya Denisa sedikit kesal. "Jangan cemburu begitu dong, bagaimanapun juga, dia istriku, aku tidak mungkin mengabaikannya. Satu hal yang pasti, kamu tetap yang terbaik. Tidak ada yang bisa menandingi kehebatanmu," puji Dion membuat wajah Denisa bersemu merah. "Sayang, pakailah lingeri hitammu, aku ingin melihatnya," kata Dion. "Sekarang Di?" tanya Denisa. "Tentu sayang, ayolah, mumpung Ziva lagi tidur, kapan lagi aku bisa meneleponmu untuk menghilangkan rasa rinduku," bujuk Dion. Melihat wajah sendu kekasihnya membuat Denisa sedikit tidak tega. Wanita itu pun segera pergi mengambil bajunya. "Sebentar, jangan dimatikan dulu teleponnya," kata Denisa. Denisa keluar sudah menggunakan lingerie hitam kesukaannya. Dion menatap Denisa seperti singa yang kelaparan. "Wow, Mama mertuaku memang sangat seksi, bahkan putrinya saja masih kalah seksi," puji Dion membuat wajah Denisa merona. "Kamu bisa aja Di," ujar Denisa. Ziva baru saja terbangun, wanita itu pun memegang ranjangnya. Terasa dingin. "Dimana Kak Dion? Kenapa pergi tak bilang bilang?" gumam Ziva. Wanita itu pun memakai bathrobenya kemudian mencari sang suami. Ziva melangkahkan kakinya ke kamar mandi. "Kak," panggilnya. Saat dia membuka pintu, tidak ada siapapun disana. Mendengar suara orang berbicara di balkon membuat Ziva merasa tenang. Itu artinya sang suami tidak meninggalkannya. Wanita itu pun memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Hampir setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, sang suami masih saja belum selesai menelepon. "Dengan siapa Kak Dion berbicara? Kenapa tidak selesai-selesai?" gumam Ziva. Wanita itu berniat menghampiri suaminya. Namun, ucapan suaminya yang dia dengar membuat hatinya hancur berkeping keping. "Siapa wanita yang ditelepon Kak Dion? Kenapa dia memanggilnya sayang? Apa itu mantan kekasihnya dulu?" lirih Ziva dengan deraian air mata. Wanita itu terus bersembunyi di balik tirai untuk menguping apa saja yang dibicarakan oleh suaminya. Sementara itu, di rumah mewah Denisa. Wanita cantik itu sedang berbaring di ranjang sambil bervideo call dengan sang kekasih. Dia tidak sadar kalau sang suami kembali lagi ke rumah. Zico kembali untuk mengambil berkas dokumen yang ketinggalan. "Sayang, kamu dimana?" teriak Zico mencari istrinya. "Di, ada Zico aku matiin dulu teleponnya," kata Denisa. "Baiklah sayang, tunggu aku di rumah. Aku tidak sabar untuk melihatmu. I Love You," ujarnya menutup panggilannya. "Sayang," panggil Zico saat membuka pintu kamarnya. Ziva pura pura tertidur dengan pose yang dia buat semenantang mungkin supaya Zico tidak mencurigainya. "Ya Tuhan Denisa, kenapa pakai baju begitu pagi-pagi begini?" gumam Zico. Lelaki tampan itu melihat jam di tangannya. Masih cukup waktunya, pikir Zico. Zico akhirnya mengajak istrinya berperang terlebih dahulu. Dia tidak peduli lagi dengan rapat yang akan dimulai. Yang penting apa yang dia inginkan terpenuhi dulu Sementara itu di Bali. Dion tengah kelabakan karena istrinya tiba tiba muncul dengan tangan bersedekap di d**a. "Habis menelepon siapa Kak? Kenapa pake sayang-sayang segala? Siapa dia? Apa Kakak berselingkuh di belakangku?" tegur Ziva. "Bu-kan Sayang, bukan seperti itu …." Dion kebingungan mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan pada istrinya yang sepertinya sudah mulai curiga ini. "Bukan begitu sayang, aku sedang menelepon Mama tadi, masak panggil sayang nggak boleh," bohong Dion. "Mama siapa? Bukankah Kak Dion bilang kalau Mama Papa Kak Dion sudah meninggal?" ketus Ziva. "Mati aku!" batin Dion. "Maksud aku, Mama Mertua sayang. Tadi Mama nelepon, nanyain kamu, trus aku jawab masih tidur. Aku memang memanggil 'Mamaku Sayang' apa tidak boleh?" tanya Dion. Ziva mendengus kesal. Dia yakin kalau sang suami tadi bilang sayang, hanya saja, dia tidak memiliki bukti yang kuat untuk menuduhnya. "Ya sudah, kamu mandi dulu," titah Ziva. Lelaki tampan itu pun segera berlari ke kamar mandi. Tak lupa dia membawa hapenya. Dia takut sang istri mengutak atik hapenya. Dia harus menghapus histori chat mesra antara dirinya dan juga Denisa terlebih dahulu. "Sial, kenapa hapenya dibawa sih. Pasti ada rahasia besar disana. Aku harus mencari tahu. Awas saja! Kalau sampai aku tahu Kakak selingkuh, akan aku tinggalkan kamu. Lelaki tua sepertimu harusnya bersyukur mendapatkan aku yang lebih muda. Bukan malah berselingkuh," gumam Ziva. Selesai mandi, Ziva mengajak suaminya turun sarapan. Namun, sang suami hanya sibuk dengan gawainya sambil tersenyum sendiri. Hal itu membuat Ziva semakin curiga. "Kak, aku lapar, kalau Kakak tidak ikut, aku akan turun sendiri," kesal Ziva. "Oke sayang, kita sarapan di bawah," putus Dion. Lelaki tampan itu merangkul bahu sang istri. Dia kemudian menunjukkan gawainya. "Nih, kalau kamu tidak percaya. Lihat historinya," kata Dion. Ziva memandang gawai sang suami, memang benar itu nomor mamanya, tapi yang membuat Ziva resah, nama yang disematkan oleh sang suami untuk mamanya adalah 'Mertuaku Sayang' "Kenapa ditulis mertuaku sayang?" protes Ziva. "Ya sudah kamu ganti aja namanya. Tulis yang kamu suka," putus Dion. Ziva pun menghapus nama itu lalu menggantinya. Dia juga melihat histori pesan antara suami dan juga mamanya. Namun, Ziva tidak menemukan apapun yang bisa memperkuat dugaannya. Sedekat apa hubungan mereka dulu sampai sampai sang suami menyebutnya sayang. Ziva yang masih curigabterus saja mencecar sang suami dengan berbagai pertanyaan. "Kak, apa Kakak dan Mama dulu pernah pacaran?" tanya Ziva saat mereka sudah ada di restoran. "Tidak, tapi hubungan kami sangat dekat. Bahkan kalau kakek dan nenekmu keluar kota, Mamamu sering menginap di rumahku," jawab Dion. Melihat sang istri mengerutkan dahinya membuat Dion paham isi pikiran sang istri. Dia pun menyentil dahi Ziva dengan tangannya. "Jangan berpikiran kotor, kami hanya tidur, bukan berbagi peluh," ujar Zidan seolah tahu pemikiran istrinya. Di tengah-tengah makan, gawai Dion berbunyi. Lelaki itu tersenyum kemudian mengambil gawainya. "Aku terima telepon dulu," pamit Dion lalu pergi keluar restoran. Ziva memandang sang suami dari kejauhan. Dia yakin kalau suaminya tengah menerima telepon dari kekasihnya. Terlihat dia tersenyum ceria saat berbicara dengannya. "Sebenarnya, siapa wanita itu? Apa mungkin Mamanya lah yang menjadi selingkuhan suaminya. Apa nama 'Di' yang didesahkan sang Mama adalah Dion suaminya?" "Oke Ziva, mulai saat ini, kita harus menyelidikinya. Dan jika suamimu terbukti bersalah, kita hukum saja dia," monolog Ziva seolah sedang bicara dengan orang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD