Part 3

1281 Words
Pria itu menoleh pada Cassandra tapi Cassandra menggelengkan kepalanya kuat, air mata mulai menetes di pipi Cassandra. Pria itu kemudian memegang kerah baju Daniel dan membawanya berdiri. "Ini untuk moral bejatmu." pria itu kemudian memukul wajah Daniel dengan keras membuat Daniel sempoyongan. Wajah Daniel gusar karena ada yang ikut campur dengan apa yang ia lakukan. Daniel membalas pukulan pria itu tapi dengan mudah ditepis oleh pria itu, mereka kemudian berkelahi tapi tetap saja biarpun Daniel bisa melawan pria itu ia tetap kalah dan tersungkur di aspal. Daniel bangun dengan susah payah, ia menatap Cassandra dan pria itu bergantian dengan tatapan marah, Daniel kemudian berjalan tertatih menuju mobilnya dan melajukan mobilnya pergi. Cassandra masih diam di tempatnya, kancing bajunya sudah berserakan membuatnya kesulitan menutup tubuh bagian depannya, ia hanya bisa menyatukan kemejanya dengan tangan agar tak mengexpose tubuh bagian depannya. Pria itu berjalan ke arah mobilnya dan mengambil sesuatu disana, ia kemudian berjalan mendekati Cassandra yang berada di tepi jalan membawa sebuah jaket kulit warna hitam kemudian menutupi tubuh bagian depan Cassandra dengan jaket itu. "Ayo saya antar pulang," ucap pria itu. "Tapi mobil saya..." "Biar orangku yang mengambilnya dan diantar ke rumah kamu, kamu dalam keadaan tidak memungkinkan mengemudi mobil," ucap pria itu berjalan menuju mobilnya, Cassandra berjalan mengikuti pria itu menuju mobilnya dan masuk di jok mobil penumpang mobil sport warna silver milik pria itu. Sebelum menyalakan mesin mobil, pria itu menyalakan lampu dalam mobil dan melihat wajahnya di spion, wajahnya lebam di beberapa bagian. Cassandra menoleh dan sangat terkejut saat melihat siapa yang menolong, jalan itu memang minim lampu jalan dan hanya pantulan dari lampu yang agak jauh dari tempat itu jadi ia tak melihat jelas siapa pria itu. Pria itu adalah Kavindra, atasannya di Semesta Alterio Textile. Kavindra membuka dashboard mobil dan mencari sesuatu, tapi tak menemukan apapun. "Anda mencari apa?" tanya Cassandra memberanikan diri bertanya, ia rasa Kavindra tidak mengenali dirinya sebagai pegawai Semesta Alterio Textile karena begitu banyak pegawai yang ditemuinya. "Salep lebam, sepertinya ada disini," jawab Kavindra. "Saya ada salep lebam di mobil saya, biar saya ambil." Tanpa menunggu jawaban Kavindra, Cassandra membuka pintu mobil dan keluar, ia berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari mobil Kavindra dan mencari salep lebam di dashboard mobilnya, setelah menemukannya, Cassandra kembali ke mobil Kavindra dan memberikan salep itu pads Kavindra. Kavindra mengeluarkan isi salep sedikit dan mencoba mengoleskan pada bagian wajahnya yang lebam tapi ia kesulitan karena spionnya sedikit blur. Melihat Kavindra kesulitan, Cassandra mencoba menawarkan diri mengoleskan salep itu. "Maaf, biar saya bantu," ucap Cassandra membuat Kavindra menoleh, dengan ragu ia memberikan salep lebam itu pada Cassandra. Cassandra meminta Kavindra menghadap padanya agar ia mudah memberikan salep pada wajah Kavindra, Cassandra mulai mengoleskan salep di beberapa bagian wajah Kavindra yaitu di pelipis, dan ujung bibir Kavindra. Wajah Cassandra cukup dekat dengan Kavindra karena ia harus melihat seberapa lebar lebam di wajah pria itu, untuk sesaat tangan Cassandra terhenti saat mengoleskan salep lebam karena matanya bersirobak dengan mata Kavindra yang hitam kelam tapi jernih. Cassandra merasakan jantung berdegup kencang dan berdetak aneh, untuk sesaat ia tenggelam dalam kelamnya mata Kavindra hingga ia sadar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Sudah...," ucap Cassandra kikuk, ia bingung kenapa ia merasakan getaran aneh saat menatap mata Kavindra. "Terima kasih." Kavindra kemudian mematikan lampu dan menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya. "Alamat kamu dimana?" tanya Kavindra. "Pondok Indah pak." Kavindra mengangguk mengerti dan mulai menjalankan mobilnya menyusuri jalan raya menuju rumah Cassandra, hanya membutuhkan waktu 1 jam dari tempat kejadian tadi ke rumah Cassandra, Cassandra memberitahu letak jalan menuju rumahnya dan Kavindra menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang perumahan yang sudah di portal karena memang sudah sangat malam dan itu biasa dilakukan oleh manajemen perumahan mewah. Cassandra menoleh pada Kavindra demikian juga sebaliknya. "Bagimana bisa masuk? rumah kamu masih jauh dari sini?" tanya Arvin. "Tidak, sudah dekat biar saya turun disini, terima kasih sudah menolong saya, saya tidak tahu jika tidak ada anda yang menolong saya, bagaimana nasib saya." "Kalau bukan saya, pasti orang lain yang akan menolong kamu, aku sarankan hati hati di jalan yang sepi dan remang remang seperti tadi." Iya, sekali lagu terima kasih, jaketnya?" Cassandra akan melepas jaket yang ia pakai. "Kamu pakai saja, apa kamu mau keluarga kamu tahu yang terjadi sama kamu tadi?" tanya Kavindra. Cassandra menggeleng pelan, walau ia berpikir akan bercerita esok hari tentang kejadian itu. Cassandra kemudian keluar dari mobil dan berjalan melintasi portal, rumah Cassandra memang dekat dari gerbang utama perumahan. Cassandra berjalan mendekati pos security rumahnya. "Non Cassandra? mana mobilnya non?" tanya security. "Mogok tadi," jawab Cassandra berbohong, ia melihat mobil Kavindra meninggalkan rumahnya. Cassandra bergegas masuk dalam rumah dan naik ke kamarnya, ia mengunci pintu dan terduduk bersandar di pintu kamar, ia terisak. Apa yang ia alami hari ini sungguh membuatnya takut, bagaimana jika tadi ia kehilangan keperawanannya ditangan Daniel? ia pasti hancur dan tak akan mau hidup lagi. Itu harta paling berharga dihirupnya dan akan direnggut paksa oleh Daniel, mantan pacarnya yang b***t. Cassandra sangat bersyukur ada yang menyelamatkan dirinya dan tak ia sangka itu adalah Kavindra, atasannya di kantor. Ia memang tidak pernah berinteraksi dengan atasannya itu karena jabatannya hanya wakil kepala divisi yang tidak memungkinkan untuk bicara dan berinteraksi dengan Kavindra. Cassandra berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ranjang, ia lepas jaket kulit Kavindra dan ia letakkan di atas ranjang, ia juga melepas kemejanya dan hanya memakai bra saja. Ia tatap kemejanya itu dan kemudian coba ia sobek tapi Cassandra kesulitan, ia mencari gunting dan menggunting sembarangan kemeja yang sudah tidak memiliki kancing itu karena sudah hilang di tempat Daniel akan menggagahinya. Ia tak ingin melihat lagi kemeja saksi dari kebejatan Daniel, Cassandra kemudian memasukkan kemeja yang tidak berbentuk itu di tempat sampah dan kemudian masuk dalam kamar mandi. ~~~ ~~~ Cassandra turun dari kamarnya di lantai dua menuju ruang makan, ia sudah rapi memakai pakaian kerja, kemeja wanita polos warna soft pink dan celana hitam. Ia membawa tas warna silver karena ia mencari tas hitam yang biasa ia pakai tapi tidak ia temukan bahkan ponselnya juga ada di tas itu, Cassandra berpikir jika tasnya itu tertinggal di mobilnya yang ia tinggalkan di tempat kejadian laknat itu. Jika mobil belum diantarkan oleh anak buah Kavindra, Cassandra berencana naik taksi ke kantor. "Selamat pagi pa, ma, bang Carlo." Cassandra duduk di tempat ia biasa duduk. Seperti biasa art mengambilkan makanan untuk Cassandra. "Mobil kamu kemana sayang? papa tidak lihat saat semalam pulang, tapi saat papa tanya security, kamu sudah pulang tanpa mobil." "Mobil Cassie mogok pa," jawab Cassandra menunduk, ia tak berani menatap mata papanya karena ia sedang berbohong. "Cassie, kenapa kamu bohong?" tanya papa Cassandra. Cassandra mengangkat kepalanya dan menatap papanya, ia tahu papanya akan mengetahui jika dirinya berbohong. Mama Cassandra dan Carlo juga menatap Cassandra curiga, sedangkan Cassandra bingung harus mulai dari mana. "Katakan sayanh, ada apa? tanya mama Cassandra lembut. "Daniel pa..." "Daniel... mantan pacar kamu yanh selingkuh itu?" tanya Carlo ikut bicara. Cassandra mengangguk. "Buat ulah apa dia?" tanya papa Cassandra. "Dia coba memperkosa Cassie pa," jawab Cassandra perlahan, hatinya tercabik mengingat kejadian semalam, semalaman juga ia tidak bisa tidur karena mengingat kejadian itu. "Apa??!!" pekik pak Arya, bu Sandra dan Carlo terkejut. "Kurang ajar! berani dia melakukan itu, akan aku bunuh dia!" Carlo memukul meja dan berdiri tangannya mengepal emosi mendengar ucapan Cassandra. Cassandra memegang tangan Carlo yang emosi dan memintanya duduk kembali. "Tapi dia gagal melakukannya karena ada seseorang yang menolong Cassie, kalian jangan khawatir, Cassie belum ternoda." Terlihat kelegaan di wajah pak Arya, bu Sandra dan Carlo. "Syukurlah jika kamu baik baik saja sayang, siapa yang menolong kamu, papa perlu mengucapkan terima kasih." Cassandra terkejut, tidak mungkin jika ia mengatakan yang menolongnya adalah Kavindra, atasannya yang juga saingan bisnis papanya. Lynagabrielangga. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD