Mereka keluargaku

1303 Words
Alin ingin sekali memukul wajah Gibran saat ini juga karena pertanyaan Gibran membuatnya merasa sangat kecewa. Ia sangat ingin menjadi istri Gibran saat itu dan ia telah mencintai Gibran. "Aku bersedia menikah denganmu, menjadikanmu imamku apa itu tak cukup bukti cintaku padamu. Haruskah aku mengatakannya seratus kali waktu itu?" kesal Alin. Alin segera meninggalkan Gibran yang saat ini masih menatap punggungnya dengan tatapan dalam. Sejujurnya Gibran tak pernah melupakan Alin dan ia masih sangat mencintai Alin. Gibran mengepalkan tangannya dan ia akan berusaha mendapatkan Alin kembali, dengan cara apapun. Alin mempercepat langkahnya mendeketi keluarganya dan ia segera duduk disamping Janisa. Alin mengubah ekspresi wajahnya yang terlihat tegang dan marah. Ia tidak ingin keluarganya merasa khawatir, terlebih lagi jika ia mengatakan ia bertemu Gibran di Restauran ini. Restauran ini semakin ramai dan dikanan-kirinya juga terlihat para pengunjung yang sedang menikmati makan siang mereka. Mereka semua saat ini sengaja menunggu Jagadta dan istrinya untuk memulai makan siang mereka. Janisa tersenyum ketika melihat Jagadta melangkahkan kakinya bersama perempuan cantik dan keduanya mendekati mereka. "Itu mereka sudah datang," ucap Janisa meminta Alin agar melihat kearah Jagadta. Alin memperhatikan penampilan perempuan yang terlihat sederhana dan cantik. Ia bersyukur Jagadta mendapatkan perempuan cantik dan baik. Dari penampilan perempuan itu, Alin bisa menebak jika istri Jagadta ini adalah perempuan yang tulus, apalagi tadi ia telah mendengar cerita tentang perempuan itu dari Jayaprana. Perempuan ini tidak terlihat memanfaatkan statusnya yang menjadi istri Jagadta Hutama Kamandaka dengan berpenampilan mewah, ia hanga memakai pakaian sederhana dan juga tanpa makeup tebal seperti kebanyakan perempuan cantik yang mencoba mendekati keponakannya itu. "Namanya Mbak Rayya, cantik kan Tan?" Ucap Janisa membuat Alin menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Janisa jika Rayya sangatlah cantik. "Sederhana dan menawan," ucap Alin membuat Jayaprana yang mendengar ucapan Alin tersenyum karena penilaian adiknya ini mengenai menantunya. Jayaprana merasa keputusanya memaksa Jagadta menikah dengan Rayya adalah keputusan yang sangat benar. Bukan hanya demi membesarkan Nayla cucunya tapi demi hati putranya. Mungkin sekarang hubungan keduanya masih belum seperti pasangan suami istri pada umunya karena belum saling mengenal dan rasa saling kepercayaan belum terbentuk. Rayya mendekati Jayaprana dan mencium punggung tangan Jayaprana sama halnya dengan Rita yang juga ia cium punggung tangannya. Satu hal lagi yang Alin pikirkan tentang Rayya, yaitu Rayya terlihat sangat sopan dan beretika kepada keluarganya. Sungguh beruntung Jagadta mendapatkan istri seperti Rayya dan ia sangat lega karena Nayla berada di tangan wanita yang tepat. Cucunya tidak akan kekurangan kasih sayang jika yang mebesarkannya adalah perempuan hangat seperti Rayya. "Ini Alin, adik Papi Ray," Ucap Jayaprana memperkenalkan Alin pada Rayya. "Rayya...Tante," ucap Rayya. Alin masih memperhatikan Rayya dan itu membuat Rayya merasa gugup. Rayya seolah menunggu respon apa yang akan diperlihatkan tante suaminya ini, kepada dirinya. Tanpa Rayya duga, Alin berdiri dan ia segera mendekati Rayya lalu memeluk Rayya dengan erat. "Terimakasih telah menjadi istri dari keponakanku yang bodoh akan cinta," ucap Alin membuat Janisa tertawa. Alin merasa sangat senang meliht ekspresi kesal Jagadta saat mendengar ucapanya. Keponakannya ini ternyata tidak pernah berubah dan masih saja menujukkan ekpresi dinginnya untuk menutupi ekpresi wajahnya yang sebenarnya. "Hahaha bukannya Tante lebih bodoh dari Mas Jagad, untung saja Tante batal menikah," ucap Janisa. Hilang sudah ekspresi sedih dan juga gugup Rayya. Saat ini tawa terdengar dari keluarga Hutama Kamandaka karena ucapan Janisa tentang masalalu Alin. "Kamu cantik sekali Ray, tapi sayang suamimu ini tidak memperhatikannya. Masa istri dari Jagadta Hutama Kamanda punya tas aja bukan ori," ucap Alin dan itu membuat Rayya menatap tas yang ada di tangannya. Alin ingin Jagadta lebih memperhatikan istrinya dan juga segera menujukkan rasa sayangnya itu kepada Rayya. "Aku tidak terbiasa Tante memakai tas mahal," jujur Rayya membuat Jagadta menatap Rayya datar karena sepertinya istrinya ini memang tidak pernah memakai barang-barang mewah. Apalagi Rayya hanya menggunakan uang yang diberikannya, hanya untuk keperluan rumah tangga mereka. "Harus terbiasa, kamu itu istri pengusaha terkenal, lagian kamu kan juga harus ikut hadir diacara-acara resmi Jagadta," ucap Alin. "Mbak nggak sayang sama menantu cantik dan baik begini?" Tanya Alin menatap kearah Kakak iparnya dan itu membuat Rita menyebikkan bibirnya karena kesal. Alin bisa menduga jika kemukinan besar sebelumnya, Rita tidak menyukai Rayya dan berpikiran buruk kepada Rayya. Rayya memilih diam karena ia tidak ingin terjadi perdebatan jika ia salah mengatakan sesuatu kepada Alin. "Dianya aja yang nggak mau dekat-dekat sama mertuanya," ucap Rita kembali menyebikkan bibirnya. Alin mengerti perasaan Rayya, karena setiap menantu pasti akan merasa canggung, apalagi Rayya dan Jagadta tidak mengalami masa pacaran seperti dirinya sebelumnya. Dulu Maminya Gibran juga sangat sulit ia dekati karena Maminya Gibran merupakan perempuan sosialita dan sebenarnya hubungan Maminya Gibran dan Rita kakak iparnya juga tidak terlalu baik. Keduanya merupakan anggota Arisan yang sering berkumpul bersama. Alin ingin Rita bisa menerima Rayya dan ia akan berusaha agar semua keluarganya ini akur. Apalagi Rita sebenarnya sangatlah penyayang dan sangatlah mudah bagi Rita, untuk menyayangi menantu seperti Rayya. "Oke karena Alin sudah pulang, jadi mulai saat ini kita sekeluarga harus sering menghabiskan waktu bersama. Alin nggak mau menyesal lagi karena pergi jauh terlalu lama. Alin bahkan tak sempat melihat wajah Jantaka terakhir kalinya sebelum dimakamkan," lirih Alin membuat Jayaprana mendekati Alin lalu memeluk Alin dengan erat. Alin mengingat bagaimana sosok Jantaka ketika ia dan Jantaka sering menghabiskan waktu bersama. Jayaprana tahu jika adiknya ini membutuhkan sebuah keluarga hangat lainnya agar tidak kesepian dan terpuruk. Alin adiknya yang malang sejak kecil telah kehilangan kedua orang tuanya. "Mas juga akan mencarikan seseorang yang bisa menjaga kamu Alin," ucap Jayaprana." Ia mengelus kepala Alin dengan lembut dan ucapan Jayaprana membuat Alin terkejut. "Alin belum mau menikah Mas!" Ucap Alin karena ia belum siap menerima orang baru di hidupnya, terlebih lagi jika ia mengingat masalalunya. "Firasat seorang kakak tidak akan salah Alin, Mas bisa menilai laki-laki yang bagaimana yang cocok untuk kamu!" Ucap Jayaprana membuat Alin akhirnya tersenyum. "Mulai saat ini aku akan mendengarkan ucapan Mas," ucap Alin membuat mereka semua tersenyum lega. Alin tidak memberontak seperti dulu saat Jayaprana mengatakan jika ia telah menyiapkan calon suami untuk Alin. Alin merasa sangat haru, keluarganya sangat menyayanginya dan ia telah melakukan kesalahan besar dengan pergi dalam waktu yang lama, hanya karena ingin menyembuhkan lukanya. Ia menyayangi mereka dan akan berusaha agar tidak mengecewakan mereka lagi, terlebih lagi Kakak sulungnya Jayaprana dan juga Kakak iparnya Rita. Alin bisa melihat jika Jagadta sangat berbeda memperlakukan Rayya, sepertinya Jagadta keponakannya ini, telah membuka hatinya lalu kapan ia bisa seperti Jagadta menemukan seseorang yang baik dan tulus. Entahlah Alin saat ini merasa ia hanya perlu nyaman dengan kehidupannya tanpa memikirkan cinta. "Saya dan Rayya akan segera pulang ke Rumah kami!" Ucap Jagadta karena ia ingin kebersamaannya dengan Rayya, tidak diganggu keluarganya membuat Alin tersenyum menggoda sambil menatap kearah Jagadta. "Mbak Rayya tinggal disini saja, kalau Mas Jagad mau pulang, ya pulang saja!" Ucap Janisa membuat Jagadta menatap Janisa tajam. "Saya akan tetap pulang bersama Rayya!" Ucap Jagadta membuat Alin tersenyum jahil dan ia sangat suka menggoda Jagadta. "Kalau begitu gimana kalau kita semua menginap di rumahmu saja Jagad!" Ucap Alin membuat Jagadta melototkan matanya. "Tidak, saya tidak menerima tamu yang berisik seperti kalian semua!" Ucap Jagadta. "Maksud kamu Papi juga berisik Jagad?" Goda Jayaprana. "Kecuali Papi." Jagadta menghela napasnya karena sepertinya ia harus mengalah. "Malam ini saja kita akan menginap dan besok saya akan membawa Nayla dan Rayya pulang!" Ucap Jagadta dan ia tidak mau dibantah. Alin tertawa bersama Janisa membuat Jagadta menatap mereka berdua dengan tatapan membunuh. Bagaimana tidak, Jagadta terlihat terpaksa menginap di Rumah orang tuanya karena keinginannya dan Janisa. Alin sangat bersyukur ia diberikan kesempatan merasakan kehangatan keluarganya lagi walaupun saat ini ia merasa ada sesuatu yang hilang, karena tidak akan pernah senyuman Jantaka lagi. "Kali ini aku tidak akan menjauh dari kalian lagi, kalian adalah keluargaku," batin Alin. Ia sadar saat ini umur Jayaprana Kakak sulungnya tidak muda dan gagah seperti dulu dan ia tidak akan pernah mengecewakan Jayaprana lagi mulai dari saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD