bc

Fetish Your Love

book_age16+
276
FOLLOW
1.7K
READ
love-triangle
possessive
goodgirl
drama
tragedy
bxg
city
lies
secrets
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

"Hatiku memuja cintamu. Hasratku memuja tubuhmu. Jiwaku memuja dirimu." —Shawn Pennington.

Shawn mengalami depresi setelah istrinya meninggal. Dunianya menjadi gelap dalam sekejap. Sampai akhirnya suatu hari sepasang manik mata asap kelabu itu menemukan sosok wanita yang mampu mengembalikan dunianya.

Cinta pada pandangan pertama Shawn telah membuat hatinya menggelap untuk menginginkan sosok wanita tersebut. Diam-diam dirinya mengawasi wanita itu.

Sebuah kecelakaan yang dialami oleh wanita itu bersama sang bibi membuat Shawn dengan cepat menolongnya. Menjadikan wanita itu sebagai seorang istri yang akan menjadi ratu di rumahnya.

Kebahagiaan yang menyelimuti keluarga barunya bersama wanita pujaan membuat Shawn harus merenggut kebahagiaan yang dimiliki oleh orang lain. Sampai akhirnya kebahagiaan itu justru membunuhnya hidup-hidup.

chap-preview
Free preview
BAB 1
Sebuah mobil Rolls Royce melintasi jalanan kota Seattle. Pria berstelan jas hitam itu tampak duduk santai di dalam mobil. Pandangannya terpaku pada layar ponsel yang menampakkan sebuah laporan mengenai jumlah pengunjung pusat perbelanjaan miliknya yang berada di tengah kota Seattle. Laju mobilnya terhenti di depan garis pembatas lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah. Menandakan jika kendaraan yang melintas harus berhenti hingga lampu berubah warna menjadi hijau. Perlahan pandangannya teralihkan. Manik mata asap kelabu itu menatap lekat ke arah luar jendela yang diguyur hujan. Sesuai julukannya, Seattle lebih sering diguyur hujan jika dibandingkan dengan kota lain. Bola mata pria itu terpaku pada sosok wanita yang baru keluar dari gedung asuransi. Bukan karena tingkahnya berlari di tengah-tengah hujan dan tidak mengenakan payung atau lainnya, tetapi wajahnya yang menarik perhatian pria tersebut. Wanita itu berlari melewati mobilnya yang masih berhenti. Langkahnya tertuju ke arah salah satu gedung di seberang untuk berteduh. Kini kedua tangannya tampak sibuk mengibas-ngibaskan pakaian lalu merapikan tatanan rambutnya yang basah. Ia tersenyum lebar diiringi tawa kecil. Setelah sekian lama tidak pernah kehujanan, kini dirinya tanpa sengaja terkena air hujan. Ia menarik napasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Hingga kini deru napasnya mulai teratur. "Menepi." Terdengar suara memerintah dari arah pria tersebut ketika sang sopir mulai melajukan mobilnya karena warna lampu berubah hijau, seolah enggan menyudahi pemandangan yang membuat jantungnya berdebar-debar. "Baik, Tuan." Suara sang supir menyahut perintah tuannya. Kini mobil hitam itu menepi di pinggir jalan. Pintu belakang terbuka tiba-tiba membuat sang sopir terkejut melihat tuan besarnya turun dari mobil tanpa mengatakan apapun. Sang supir pun menyusul keluar dan terbelalak ketika majikannya berlari di tengah hujan. "Tuan," panggilnya bingung. Lalu mengikuti pria berjas itu. Pria itu berhenti tepat di samping wanita yang terlihat mengenakan pakaian sederhana. Kehadirannya yang tiba-tiba mengundang wanita itu menatap aneh ke arahnya. Hanya sekilas, pandangannya kembali terpaku pada air hujan yang tak kunjung mereda. "Pakaianmu basah Nona," ucapnya. Wanita itu tampak bingung. Hanya menampakkan senyuman tipis untuk menanggapi ucapan pria asing tersebut. Kedua tangannya kembali membenarkan jubah mantel berwarna coklat sehingga tidak menampakkan blouse tipis menerawang berwarna putih miliknya. Kini dirinya melipat kedua tangan di bawah dadanya. "Ke mana tujuanmu?" Ia merasa ragu untuk menjawab pertanyaannya. Sampai akhirnya sepasang bola mata berwarna emerald green menangkap uluran tangan pria tersebut seolah ingin berjabat tangan. "Shawn," ucapnya memperkenalkan diri dengan senyum yang ramah. Dirinya mematung mengawasi pria yang kini ia kenal dengan nama Shawn. Kemudian sebelah tangannya perlahan lurus ke arah pria itu, menerima jabatan tangannya. "Eleanor," ujarnya membalas perkenalan tersebut. Tetapi langsung menarik kembali tangannya, seolah tidak ingin berlama-lama bersalaman dengan Shawn. "Bisakah kau katakan padaku ke mana tujuanmu? Supirku akan mengantarmu sampai tujuan." "Tidak perlu, terima kasih," jawabnya singkat dengan memasang senyum yang kaku. Melihat sebuah bus yang sejak tadi ditunggu, Eleanor menoleh sekilas ke arah pria itu sebelum akhirnya berlari ke arah halte bus. Bibir Shawn bergumam hendak mencegah kepergiannya, tetapi bus yang ditunggangi langsung melaju setelah beberapa detik berhenti di halte. "Eleanor …. " Shawn bergumam menatap lekat bus yang semakin menjauh. *** Eleanor menghela napas panjang lalu menoleh ke belakang, memastikan jika pria aneh itu tidak akan mengejarnya. Setelah merasa yakin jika pria bernama Shawn tersebut tidak mengikuti, Eleanor menyandarkan punggungnya pada jok. Matanya menatap pemandangan kota dari kaca jendela bus. Ia melamun ketika sosok ayahnya muncul di dalam pikiran. Hubungannya dengan mendiang sang ayah tidak berjalan baik dikarenakan keputusan yang telah di ambil oleh dirinya sendiri. Ya, Eleanor memutuskan untuk meninggalkan kuliahnya dan menikah dengan pria yang dia cintai, Olaf. Tapi, mengapa setelah ayahnya meninggal satu bulan lalu membuat Eleanor merasa sedih karena mengabaikannya selama tiga tahun terakhir? Perhatian Eleanor teralihkan oleh getaran ponsel di dalam saku celana. Ia merogoh kantong celana dan menatap layar ponsel. Di sana tertera nama suaminya—Olaf yang menelepon. Tanpa membuatnya menunggu lama, Eleanor segera menerima panggilan tersebut. "Kau di mana?" tanya Olaf. Suara pria itu terdengar cemas. Mungkin karena dirinya pergi cukup lama. "Aku sudah di jalan menuju arah pulang," jawab Eleanor. "Masih di Seattle?" "Ya. Satu jam lagi pasti sudah sampai di sana." "Bagaimana dengan uang asuransinya?" "Pihak asuransi mengatakan kalau uangnya dapat di ambil hari Rabu nanti," ucap Eleanor menjelaskan. "Baiklah. Kau harus hati-hati di jalan." "Olaf," Eleanor memanggil tiba-tiba ketika Olaf hendak mematikan sambungan telepon. Dirinya kembali ingat dengan sosok pria aneh yang tiba-tiba mengajaknya berkenalan. "Ada apa?" "Ah, tidak. Tidak ada apa-apa," jawab Eleanor diiringi helaan napas panjang. Jika dirinya menjelaskan tentang pria itu, Eleanor cemas kalau Olaf akan berpikir hal aneh. Sehingga merahasiakannya mungkin adalah pilihan yang terbaik. Ia menjauhkan ponsel dari arah telinga ketika Olaf memutuskan sambungan telepon dengannya. *** Pria itu termenung di dalam mobil. Pikirannya terus dibanjiri oleh sosok wanita yang dikenal bernama Eleanor. Sepertinya sikap diam Shawn menarik supir pribadinya untuk menoleh ke arah kaca spion kecil sekedar mencuri pandang padanya. Shawn Pennington, meski dirinya terlihat aneh di mata Eleanor, tetapi sosoknya sangat mempunyai pengaruh besar di dalam dunia industri real estate. Pemilik beberapa gedung kondominium apartemen di Seattle dan beberapa kota lain di negara bagian Washington. Bahkan bisnisnya tersebut tengah merambat ke luar negeri seperti Kanada, Oregon dan California. Setidaknya Shawn memiliki tiga gedung kondominium apartemen, dua gedung pusat perbelanjaan yang dilengkapi fasilitas bioskop dan lainnya, serta lima gedung yang disewakan untuk gedung perkantoran di Washington. Shawn juga memiliki tiga taman bermain yang masing-masing berada di Seattle, Tacoma dan Redmond. Shawn merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Elsa Richards serta dua ponakan yaitu Alberto dan Deloris. Sedangkan kedua orangtuanya sudah meninggal sejak beberapa tahun yang lalu. Kehidupan Shawn pernah hancur beberapa tahun yang lalu ketika mendiang istrinya meninggal karena menjadi salah satu korban penembakan perampokan di sebuah mall saat sedang berbulan madu di Spanyol. Dirinya mengalami depresi berat hingga pekerjaannya terbengkalai sampai beberapa bulan. Saat itu pula bisnisnya berada di ambang kehancuran. Kini kehidupan Shawn sudah berjalan normal dengan pertolongan Annie, seorang teman dekat serta psikolog yang membantu proses penyembuhan sakitnya. Bisnis yang dilakoni Shawn pun sudah berkembang pesat. Meskipun hatinya masih diselimuti oleh rasa sepi yang begitu pekat. Sampai akhirnya hari ini jantung Shawn kembali berdetak lebih cepat karena seorang wanita bernama Eleanor. Senyum wanita itu telah memikat hatinya. Membuatnya begitu ingin memiliki sosok Eleanor. Apakah ini cinta pada pandangan pertama? Ah, apa usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun itu pantas merasakan cinta pada pandangan pertama? Di mata Shawn, Eleanor telah membuatnya dapat melihat sosok Francisca di dalam dirinya. Cara wanita itu tersenyum serta menatapnya, mengingatkan kenangan pertama kali berkenalan dengan Francisca. Tiba-tiba saja Shawn kembali terpaku pada layar ponsel. Ia berniat hendak menghubungi sekretarisnya untuk mencari tahu sosok Eleanor. "Cari tahu tentang Eleanor," perintah Shawn cepat setelah mendengar sapaan sang sekretaris. Sofia Nielsen merasa bingung mendengar perintah bos besarnya. "Siapa nama lengkapnya, Tuan?" tanya Sofia ditengah kebingungannya. "Nama lengkap …. " Shawn bergumam pelan. Dia tidak tahu siapa nama lengkap Eleanor. Wanita itu hanya menyebutkan nama panggilannya. "Dia tidak memberitahu nama lengkapnya. Yang terpenting kau harus mencari informasi tentang semua wanita yang bernama Eleanor yang tinggal di Seattle. Wanita itu berusia antara dua puluh lima tahun sampai dua puluh delapan tahun." "Baik, Tuan." "Lakukan secepat mungkin." Shawn memperingati. Dirinya sudah tidak sabar untuk mengetahui informasi mengenai Eleanor.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook