15. Si Ceroboh

1043 Words
Mereka kembali melanjutkan acara makan malamnya. Naya tak melepaskan tatapannya pada keluarga Risma ketika mengunyah. Rama yang melihat tatapan Naya mengarah pada keluarga Risma hanya menggelengkan kepalanya. Bukan hanya Naya yang melempar tatapan, tapi Risma juga demikian. Seolah tatapan mereka sama-sama menginginkan kebersamaan. "Pa..." Panggil Naya takut-takut ketika mereka bersirobok pandang. "Hm" Rama membalasnya hanya dengan deheman. "Aku boleh...." "Selesaikan makanmu dulu Nak, baru nanti gabung ke sana." Ucap Rama memotong ucapan Naya. "Oke siap." Ucap Naya dengan senyum yang terkembang. Tangannya dengan cepat mengangsurkan makanan ke dalam mulut agar segera habis. "Pelan-pelan aja atau Papa tarik ijinnya." Naya langsung melambatkan tempo mengangsurkan makanannya dan kembali menatap meja keluarga Risma. "Sayang...." Panggil Doni, karena sedari tadi Naya tak mengalihkan pandangan ke arah dirinya. Naya hanya meliriknya sekilas. Naya masih menyimpan banyak pertanyaan yang akan diajukannya nanti pada Rama perihal Doni. Rama dan Bella saling pandang dan keduanya sama-sama mengedikkan bahunya. Ada yang aneh diantara Naya dan Doni menurut Bella dan Rama kali ini. Tak biasanya Naya bersikap dingin pada Doni. Rama mencoba menendang kaki Doni sebagai kode untuk menanyakan ada apa dengan Naya. Namun, Doni hanya diam tak menjawabnya. Entah dari suara atau gestur tubuhnya. Ketika tendangan pelan Rama tak bereaksi, akhirnya Rama mengeluarkan deheman dan tatapan tajam pada Doni. "Ada masalah?" Tanya Rama yang membuat Naya menghentikan kunyahannya dan mendongak menatapnya. "Mas..." Bella mencoba menginterupsi ketika melihat wajah Naya yang tidak bersahabat. "Kita masih makan, bahas masalah enaknya abis makan. Biar sama-sama gak terganggu makannya." Tambah Bella. Rama mengangguk, ketika akan menyuapkan nasi Rama dikejutkan oleh Naya yang sudah berdiri dan siap meluncur ke meja keluarga Risma. Rama menoleh untuk melihat kondisi meja keluarga Risma. Ternyata Risma sudah melambaikan tangannya. Yuni dan Diki tersenyum manis ketika bersirobok pandang dengan keluarga Rama. Naya menghambur memeluk Risma lalu mencium tangan Yuni dan Diki. Yuni memeluk singkat Naya, sedangkan Diki mengusap sayang puncak kepala Naya. Mereka sudah akrab sejak masih sekolah dasar. Sedari kecil sudah bersekolah di tempat yang sama. Keluarga sudah saling mengenal, namun Rama yang masih belum bisa mendalami sifat Diki yang selalu menerima dengan tangan terbuka, karena kesibukannya dalam pekerjaan. "Lu ada di mari Nay?" Tanya Risma ketika Naya duduk di sampingnya. "Hus gak boleh gitu." Tegur Diki pada putrinya. "Hehe maaf Pah, abis ini anak katanya mau kencan." Ceplos Risma yang langsung menutup mulutnya karena melihat delikan tajam Naya. "Kencan?" Ulang Yuni penasaran, beliau sudah duduk dengan posisi senyaman mungkin lalu mencondongkan tubuhnya untuk mendengar penjelasan Naya. "Hus Mamah gak boleh kepo ah." Kini Diki mulai menegur istrinya. "Papah dari tadi has hus, emang Mamah ayam apa." Sungut Yuni lalu kembali menoleh untuk menatap Naya. "Untung gue belum keceplosan kencannya sama Om Doni." Batin Risma sambil mengelus dadanya. "Kencan sama siapa Nay? Bisik-bisik sama Tante yok. Aman pasti dah rahasia mah, sama Bagas? Apa sama siapa kemaren Neng?" Tanya Yuni yang lupa akan Angga. Karena Yuni hanya mengetahui Naya ditaksir oleh Bagas, yang memang tampan dan pintar. Untuk Angga, Yuni mengetahuinya karena mendengar obrolan asik mereka. "Mamah nguping ya?" Semprot Risma dengan tatapan tajam. Yuni hanya cengengesan ketika putrinya tahu bahwa beliau mendengar pembicaraan mereka. "Mamah gak nguping, cuma kalian terlalu asik ngerumpinya sampek Mamah denger semua rumpian kalian." Ucap Yuni membela diri. "Udah, udah. Kenapa jadi bahas pacar Neng Naya sih? Biar aja itu jadi urusan anak muda Mah. Kita mah cukup mantau aja sebagai orangtua." Ucap Diki menengahi. "Papah terbaik deh, tuh Mah dengerin Papah." Yuni melotot mendengar itu. "Oh iya Tante selamat ulang tahun ya." Ucap Naya tiba-tiba yang mengejutkan Diki dan Risma. Pasalnya mereka berdua masih diam dan enggan mengucapkan kalimat tersebut sedari pagi untuk Yuni. "Ulang tahun?" Ulang Yuni lalu menatap lekat Naya yang mengangguk. Kemudian Yuni mengalihkan pandangannya ke arah Risma dan Diki bergantian. Matanya memicing lalu tak lama memeluk Diki, pantas saja sedari pagi Diki bersikap cuek dan menginginkan makan di luar karena tak selera makan di rumah. Ternyata ini adalah kejutan dari orang-orang tercinta. Kejutan yang gagal karena Naya sudah membocorkannya lebih dulu. "Kebiasaan gak nanya dulu. Mamah itu belum ngeuh kalo ultah Nay!" Ucap Risma gemas lalu mencubit kedua pipi Naya. "Ha? Jadi Tante gak tau apa lupa?" Tanya Naya lalu mengalihkan pandang ke arah Yuni dan Diki yang kini saling peluk dan meneteskan air mata. "Maaf ya Tante, maaf ya Om." Sesalnya tak enak hati. Rama yang sudah menyelesaikan makan malamnya menatap keluarga Risma. Awalnya mereka kompak tertawa dan asik menggoda satu sama lain. Entah kenapa tiba-tiba Yuni terlihat memeluk Diki dan menangis. Rama langsung beranjak dan menghampiri mereka. "Ada apa Nak?" Tanya Rama ketika Naya selesai mengatakan permintaan maafnya. "Gak apa-apa kok Om. Biasa ini si ceroboh." Ucap Risma lalu nyengir. "Apa Naya bikin ulah?" Tanya Rama yang diangguki Risma. Rama menatap Yuni dan Diki lalu meminta maaf karena sudah mengacaukan acara keluarga mereka. "Gak apa-apa atuh Pak Rama, ini bukan salah Neng Naya juga. Memang kita lagi nunggu momen yang pas aja." Ucap Diki lalu berdiri untuk menjabat tangan Rama. "Saya jadi gak enak ini karena ulah Naya acara Bapak sama Ibu jadi berantakan. Maaf ya Pak, Bu." Ucap Rama tulus lalu menjabat tangan Yuni yang kini berdiri di samping suaminya, "Ris maafin Naya ya." Ucap Rama ketika menoleh ke arah 2 anak biang masalah ini. "Gak apa-apa kok Om, santai aja." "Hus kamu bahasanya sama Pak Rama begitu Neng." Tegur Yuni ketika mendengar ucapan putrinya. "Gak apa-apa Pak Rama. Lagian saya juga lupa kalo ni hari saya ulang tahun. Pantesan Abang tadi rewel aja seharian." Tak sadar Yuni malah bercerita pada Rama. "Mah," tegur Diki yang akhirnya membuat Yuni menutup rapat mulutnya. "Ayo Nak kita pulang. Kamu kalo di sini makin lama nanti acara Pak Diki gak sesuai sama harapan beliau." Ajak Rama yang mendapat gelengan kepala dari Diki. "Enggak sama sekali Pak, kita malah seneng ada Neng Naya sama keluarganya. Niatnya juga mau ngundang tapi takut Bapak sama keluarga sibuk. Kebetulan ketemu begini saya jadi seneng. Sok mangga gabung aja Pak gak apa-apa." Ucap Diki yang terlewat bahagia. "Kalo kita mau digabungin harusnya naik ke lantai atas Pak Diki. Kalo di sini kita gak bisa bercanda. Ayo mari ke atas." Ajak Doni sopan lalu menggandeng Reina dan Reino untuk berjalan lebih dulu. "Makan malamnya sudah selesai kan Pak?" Tanya Rama ketika mereka berjalan mengekor di belakang Doni.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD