Part 6

1090 Words
Alvian pun menghentikan langkahnya, lalu selanjutnya Alvian mendengar Stefannie mengatakan hal mengejutkan yang tak pernah ia duga sebelumnya. “Jika kau pikir aku gila seperti apa yang dikatakan oleh kakakku, itu nyatanya bohong. Aku sengaja dikurung di sini oleh kakakku dan mengatakan kepada semua orang jika aku ini mengalami gangguan kejiwaan, tapi nyatanya itu semua bohong.” Alvian sempat terkejut beberapa saat, namun ia baru ingat perkataan Presdir Kim saat itu yang menyuruhnya mengabaikan perkataan Stefannie, mungkin ini contohnya. Alvian pun melanjutkan kembali langkahnya ke luar dari dalam kamar Stefannie. Alvian lebih menuruti perintah Presdir Kim yang sudah jelas adalah atasannya. “Kakakku sengaja mengurungku di sini dan mengatakan aku gila kepada semua orang, karena dia ingin mengambil hakku! Kakakku ingin Next-Lix Group. Seharusnya akulah yang menjadi Presdir Next-Lix Group, bukan kakakku!” Deg Alvian mengurungkan niatnya menutup pintu kamar Stefannie. Alvian jelas terkejut mendengar perkataan Stefannie mengenai kepemilikan Next-Lix Group. “Nona Kim pemimpin sah Next-Lix Group?” batin Alvian. Alvian menggelengkan kepalanya, lalu menutup pintu kamar Stefannie dan tak lupa mengunci pintunya agar Stefannie tidak kabur. Setelah memastikan pintu terkunci rapat, Alvian pun mulai beranjak pergi meninggalkan bagian depan kamar Stefannie. Sementara itu di dalam kamar, Stefannie menyeringai. Sepertinya Alvian berhasil terpengaruh oleh perkataannya. “Aku tahu kau orang baik, pasti kau akan membantuku,” gumam Stefannie. ***** Alvian menghampiri bibi Choi yang tengah mengobrol dengan salah satu maid di dapur. “Bibi Choi,” panggil Alvian. Bibi Choi dan maid itu pun menoleh. “Iya Sekretaris Al, Ada yang bisa saya bantu?” Alvian melirik ke arah pelayan muda di sebelah bibi Choi. Bibi Choi yang mengerti isyarat Alvian pun menyuruh pelayan muda itu untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah pelayan muda itu pergi, barulah Alvian mengutarakan maksudnya mendatangi bibi Choi. “Bibi Choi, Nona Kim menolak memakan sarapannya dan juga minum obatnya. Sementara itu saya harus segera pergi ke kantor,” ucap Alvian. Namun belum sempat bibi Choi menanggapi ucapan Alvian, Ilena datang menyela, “biar aku saja Sekretaris Al, kau berangkat saja ke kantor.” Alvian dan bibi Choi pun menoleh. Keduanya terlihat kaku setelah mendengar ucapan Ilena. “Tapi—“ “Presdir Kim tidak mengizinkan Nyonya ikut campur dalam mengurus Nona Kim,” ujar bibi Choi. Wajah Ilena tampak mengeras mendengar perkataan bibi Choi. Sungguh, suaminya itu sangat hati-hati sekali. “Tapi aku Kakak iparnya, aku berhak ikut campur mengurus adik iparku!” Ilena kekeh ingin ikut mengurus Stefannie. Selama ini ia tidak pernah diizinkan bertemu atau mengurus Stefannie oleh suaminya, karena Ilena mengetahui rahasia terbesar suaminya dan adik iparnya. “Maaf Nyonya, tapi Presdir Kim tidak memberi izin,” balas bibi Choi. Sementara itu, Alvian tampak bingung melihat perdebatan bibi Choi dan istri Presdir Kim. Di satu sisi sebenarnya Alvian lebih mempercayakan Stefannie kepada Ilena, namun di sisi lain ia mendapat amanat langsung dari Presdir Kim untuk tidak memberikan izin kepada Ilena bertemu dengan Stefannie. Alvian sendiri sempat bingung, kenapa Presdir Kim tidak mengizinkan istrinya bertemu dengan adiknya. “Dengar ini Bibi Choi, suamiku sekarang tidak ada di sini, jadi aku ‘lah yang memegang kuasa penuh di mansion ini. Kau tidak boleh membantah perintahku. Cepat kemarikan kunci kamar adik iparku!” “Maaf Nyonya, saya tidak bisa memberikannya. Sebelum pergi ke LA Presdir Kim sudah memberikan amanat kepada saya untuk tidak mengizinkan Nyonya ikut membantu mengurus Nona Kim.” Bibi Choi masih bersikukuh tidak memberikan kunci kamar Stefannie kepada Ilena. Bibi Choi lebih takut kepada Presdir Kim dibandingkan istrinya, karena menurut bibi Choi, Presdir Kim ‘lah yang memegang kendali, baik itu Next-Lix Group atau pun mansion yang tengah ia pijaki. Apalagi bibi Choi sangat tahu seberapa kejamnya Presdir Kim. Ilena beralih pada Alvian. Ilena harap Alvian berpihak kepadanya. Alvian yang mendapat tatapan memohon dari Ilena, sebenarnya tidak tega ingin memberikan kunci kamar Stefannie pada Ilena, namun amanat Presdir Kim ‘lah yang sangat ia takuti. Alvian takut dipecat jika ia melanggar amanat Presdir Kim. “Maafkan saya Nyonya, saya juga mendapat amanat dari Presdir Kim untuk tidak memberi izin kepada Nyonya bertemu atau ikut membantu mengurus Nona Kim. Sekali lagi maafkan saya Nyonya,” ucap Alvian. Ilena mengepalkan tangannya. Ia kesal karena barusan sudah dilawan oleh bawahannya, dan itu semua gara-gara suami brengseknya. Karena kesal, Ilena pun pergi. “Suamiku, aku tidak akan pernah menyerah. Aku pasti bisa membebaskan Stefannie dalam genggamanmu, dan membawanya ke posisi seharusnya,” batin Ilena. **** Di belahan dunia lain, Sean tampak tersenyum puas setelah menerima telepon dari salah satu anak buahnya di Seoul. Anak buahnya mengabarkan, jika istrinya mengamuk kepada Alvian dan bibi Choi, karena tidak mendapat izin bertemu dengan Stefannie. “Bagus, terus awasi mereka. Aku tidak ingin sampai kecolongan. Dan pastikan istriku tidak berbuat nekat!” titah Sean. “Baik Presdir, saya akan terus memantau mereka.” Pip Sean mematikan sambungan teleponnya, lalu meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerjanya. “Ilena sayang, kau tidak akan berhasil melawanku,” gumam Sean, lalu setelah itu ia tertawa terbahak-bahak. **** Alvian sedikit telat masuk kantor gara-gara perdebatan Ilena dan bibi Choi tadi pagi. Sesampainya di ruangannya, Alvian langsung disibukkan dengan berbagai berkas kantornya. Pekerjaannya bertambah dua kali lipat selama Presdir Kim tidak ada. Beberapa urusan kantor, Alvian ‘lah yang harus menghandelnya langsung karena Presdir Kim kurang mempercayai rekannya. “Gara-gara permasalahan Nona Kim, jadi pekerjaanku menumpuk,” gerutu Alvian. Padahal jika ia tidak datang terlambat, mungkin pekerjaan kantornya sudah ia selesaikan sebagian. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang berkumpul dalam benak Alvian. Alvian tidak berani mengungkapkan berbagai macam pertanyaannya itu, karena Alvian sendiri merasa kurang pantas menanyakan hal itu—mengingat posisinya yang merupakan bukan orang dalam keluarga Kim. “Sebenarnya apa yang terjadi dengan Net-Lix Group. Kenapa Presdir Kim, Nyonya Kim, dan Nona Kim terlihat tengah menyembunyikan sesuatu?” “Apakah ini ada kaitannya dengan Net-Lix Group?” **** Prang! Bunyi pecahan kaca terdengar keras di sebuah ruangan mansion keluarga Kim. Pelakunya adalah Stefannie. Ia menolak keras saat bibi Choi akan memberikannya obat yang konon katanya obat vitamin, namun Stefannie yakin itu bukanlah vitamin, melainkan sebuah racun. “Nona!” “Bibi Choi, aku tidak ingin meminum obat itu lagi. Kau mau melihatku mati di depanmu?!” sentak Stefannie. “Maaf Nona, tapi ini perintah langsung dari Presdir—“ “Persetan, pokoknya aku tidak ingin meminum obat itu lagi! Sebaiknya Bibi keluar sekarang!” Bibi Choi menghela napasnya, lalu menuruti perintah majikannya—keluar dari kamar Stefannie. “Awas kau Oppa, aku yakin hari itu sudah dekat, akan ada seseorang yang menolongku keluar dari genggamanmu!” gumam Stefannie.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD