Kriteria Lelakiku

2434 Words
Bima keadaannya baik-baik saja sampai makan malam. Dia tidak merasa pusing, mual ataupun nyeri berkepanjangan diposisi panggul tempat diambil sumsum tulangnya. Dia malah kelihatan segar dan bersemangat. Laura setiap tiga jam sekali memantau tekanan darah Bima dan mengukur suhu tubuh Bima dan Bima tetap baik-baik saja. “ Uda kubilang Ra, Aku baik-baik saja, selama ada kamu. Apalagi dapat booster ciuman setiap kamu memeriksaku.”Kata Bima sambil mengerlingkan matanya genit. “Besok pagi, aku akan sibuk seharian di lab lagi ya, Bim.Jadi suster yang akan mengukur tensi dan suhumu. Aku sudah berpesan agar mereka mengukurmu setiap tiga jam sekali. Setelah besok, sudah tidak perlu lagi diukur begitu, berarti pengambilan cairan sumsummu tidak ada efek sama sekali. Moga-moga saat tranplantasi nanti, tubuhmu juga bisa memberikan respon yang baik seperti ini.” Kata Laura “ Kamu di lab, sampai jam berapa?” Tanya Bima sambil mengganti bajunya dengan piyama tidur. “ Mungkin tiga jam an deh. Aku mau meneliti dengan benar dulu semua jaringan darahmu, agar saat para donor tiba, aku bisa menentukan donor mana yang paling cocok untukmu.” Kata Laura. “ Okay, aku juga akan bekerja dengan manager kampanyeku. Karena beberapa minggu lagi dijadwalkan mulai kampanye terbuka. “ Kata Bima. “ Okay deh. Lakukan yang bisa kamu lakukan, saat badanmu fit seperti ini. Moga-moga sampai kampanye terbuka, kamu masih tetap fit atau sebelum kampanye, kita sudah bisa menemukan donor yang cocok untukmu. Dan kita akan lakukan transplantasinya segera.” Kata Laura. “ Butuh berapa lama masa pemulihan setelah transplantasi kalau aku menemukan donor yang cocok?” Tanya Bima sambil menggancing piyamanya. “ Untuk penerima donor sumsum agak lama proses pemulihannya karena harus menunggu tubuhmu tidak ada penolakan dan bisa mulai memproduksi sel darah yang sehat sendiri setelah donor. Rata-rata sih dua sampai tiga minggu kamu harus di rumah sakit agar tetap bisa diobservasi.” Kata Laura. “ Kalau untuk pendonor, gimana? Adakah efeknya setelah mereka memberikan cairan sum-sumnya untukku?” Tanya Bima “ Pendonor tidak ada efeknya, hanya mungkin rasa nyeri saat pengambilan cairan. Mereka bisa beraktivitas normal lagi satu minggu setelah pengambilan sum-sum.” Kata Laura. Bima mengangguk-anggukkan kepalanya. “Jadi pendonor tidak bahaya hidupnya meskipun dia mendonorkan sumsum untukku? Aku tidak mau kalau mereka jadi kesusahan atau membahayakan jiwa mereka. Lebih baik aku menjalani pengobatan yang lain.” Kata Bima. “ Tidak Bima. Aku sudah pengalaman dalam hal ini dan semua yang mendonorkan sumsumnya untuk pasien-pasienku, baik-baik saja sampai sekarang.” Kata Laura lagi. “ Ra, awalnya kamu bilang beasiswamu lolos di Belanda, kenapa kamu jadi ke Denmark? Apakah sudah lulus dari universitas di Belanda baru kamu pindah ke Denmark?” Tanya Bima. Wajah Laura memucat. Bima tidak boleh tahu alasannya mengapa dia pindah ke Denmark. Aku harus merahasiakan semuanya dulu, tidak boleh aku ungkapkan kepadanya, alasan mengapa aku pindah ke Denmark. “ Ra, Kenapa kamu, Pusing? Ayo berbaring di sampingku. Wajahmu sampai memucat seperti itu.”Kata Bima dengan suara khawatir. Laura yang telah mengganti bajunya juga dengan piyama panjang karena cuaca di Sibolangit ini cukup dingin di malam hari, merebahkan badannya di samping Bima. Bima kembali bertanya alasan Laura pindah ke Denmark. “ Aku ikut professorku. Dia yang mengajakku pindah ke sana.” Kata Laura sedikit berbohong. Tapi dia memang meminta bantuan Prof. Gilbert saat pindah ke Denmark untuk menyelesaikan specialisnya. Bima mengangguk puas dengan jawaban Laura dan mereka kembali berbincang tentang banyak hal yang terjadi saat mereka berpisah.Bima bercerita tentang dia yang mempersiapkan koran Media yang sebelumnya hanya media cetak menjadi media online. Bima yang memperbaharui TV Nusantara fokus menjadi TV berita and TV Olahraga, karena TV hiburan tidak bisa lagi bersaing dengan platform-platform film berbayar, seperti yang menjamur saat ini dan bagaimana Bima sukses membuat Media Nusantara melantai di bursa saham. Semua itu dicapai Bima, tepat di usia 40 tahun. “ Wow.. Aku bangga padamu, Bim.” Kata Laura sambil tersenyum “ Aku juga bangga padamu, bisa jadi dokter kepala bagian hematologi apalagi di Denmark, di usia yang masih muda, kamu juga luar biasa, Ra.” Kata Bima sambil mendekatkan kepalanya dan mengecup kening Laura dengan sayang. “ Kalau dulu, kita tidak terpisah, mungkin kita berdua, nggak bisa mencapai sejauh ini?Mungkin kalau kita tetap bersama dan kawin, kita berdua malah sibuk buat anak terus, anak kita bersusun kek anak tangga, 1 tahun 1 anak, jadinya kamu hanya sibuk hamil dan jaga anak tanpa bisa lagi jadi dokter hebat.” Kata Bima mencoba menghibur dirinya karena perpisahan mereka. “Tapi memang kalau itu yang terjadi, aku juga nggak menyesal kok Bim. Hamil dan jaga anak, juga merupakan prestasi bagi seorang ibu.” Kata Laura. “ Iya, tidak ada yang perlu kita sesali. Toh semuanya sudah terjadi yang penting sekarang kita sudah bersama lagi. Maafkan aku yang harus membuatmu menunggu sampai aku menyelesaikan perceraianku. Padahal kalau menuruti keinginanku. Aku ingin segera menikahimu. Atau kita kawin siri aja, Ra?” Tanya Bima tiba-tiba teringat apa yang bisa mereka lakukan tanpa harus menunggu perceraian. “ Nggak Bima. Aku tidak membutuhkan perkawinan sih sebenarnya. Aku uda kelamaan hidup di luar negeri, jadi bagiku lembaga perkawinan itu hanya sekedar lembaga yang dibuat oleh negara agar bisa melegalkan status hubungan antara pria dan wanita .Agar kalau ada anak, bisa diakui, atau kalau ada harta bisa diwariskan. Seperti kamu gitu, kamu menikah tanpa cinta tapi demi semua yang aku sebutkan di atas. Jadi kalau kita tidak menikah, tapi tetap hidup bersama sebagai pasangan yang saling mencinta. It’s okay aja menurutku, hanya semua itu tidak bisa kita lakukan di Indonesia. Apalagi bagi kamu yang seorang calon walikota. Jadi kalau perceraianmu sudah selesai, baru kita bicarakan lagi. Udah deh, Bim. Kita jangan bahas-bahas itu dulu deh. Bosan aku!” Kata Laura “Okay, Okay. Dokter Laura, kita nikmati dulu ya hubungan kita sekarang ini. Hubungan backstreet dengan dokterku.”Kata Bima menggelitik pinggang Laura. Mereka berdua berakhir saling menggelitik dan bercanda lalu berciuman mesra. “ Aku mencintaimu” Bisik Bima “ Aku juga mencintaimu.” Bisik Laura. Merekapun terlelap dengan senyum di wajah mereka. Setelah dua puluh tiga tahun berpisah , mereka kini tidur di kamar yang sama, saling memeluk dan saling mendekap penuh kebahagiaan . +++ Laura bangun pagi-pagi sekali. Bima masih tertidur sangat lelap . Semalaman mereka tidur dengan saling memeluk. Sebelum bangkit untuk mandi, Laura memegang dahi Bima dengan punggung tangannya untuk mengetahui apakah Bima ada demam. Syukurlah, keadaan Bima baik-baik saja. Suhu badannya tidak meningkat dan juga tidak ada nyeri pada panggulnya, tempat Laura menusukkan jarum untuk pengambilan cairan sum-sum tulang belakangnya. Perlahan sambil berjingkat-jingkat, Laura menuju kamar mandi. “ Ra.. Kamu mau kemana?” Tanya Bima dengan suara sengau tanda dia masih belum seratus persen sadar dari tidurnya. "Aku mau mandi, lalu bersiap-siap sarapan dan mulai bekerja.” Kata Laura berbisik. “Jam berapa sekarang?Bukannya masih pagi sekali?” Tanya Bima sambil mengucek-ngucek matanya. ‘ Uda jam enam, Bim.” Jawab Laura. “ Jangan pernah bangun diam-diam , kalau lagi tidur bersamaku. Balik sini! Peluk aku dan cium aku dulu!” Kata Bima sambil menjulurkan tangannya. Laura menggeleng-gelengkan kepalanya melihat manjanya Bima, lalu terpaksa kembali lagi ke tempat tidur dan memeluk Bima lalu mencium dagunya yang mulai tumbuh brewokannya karena sudah tiga hari tidak dicukur. “ Sudah ya? Aku perlu me time ku di kamar mandi sekarang, tidak bisa lagi manja-manjain kamu. Kenapa sih, kamu manja sekali? Tiap pagi kamu juga minta dipeluk sama Ratna?” Tanya Laura, tapi dia segera sadar, dia telah salah berbicara. Dan benar sekali, mata Bima langsung melotot marah. “Uda kubilang, kami tidak tidur bersama. Dia di kamarnya dan aku di kamarku? Kamu nggak percaya padaku , ya?” “ Percaya ! Maaf ! Aku keceplosan dan heran saja, gimana menikah puluhan tahun, tapi kamu tidak tergoda mengambil hakmu.” Kata Laura memeluk Bima dengan erat. Bima balas memeluknya. “ Waktu seserahan, aku dan Ratna ngobrol berdua di halaman belakang rumahnya. Dia menangis minta maaf padaku karena merasa keluarganya telah menjebakku dengan pernikahan kami ini. Aku yang dipaksa oleh orangtuaku harus menikah dengannya yang dalam keadaan hamil. Tentu saja aku sangat terkejut . Saat itu juga, aku sebenarnya ingin langsung mengatakan kepada papa dan mamaku tentang keadaan Ratna. Tapi Ratna menangis dan memohon. Katanya dia tidak ingin anak yang dikandungnya terlahir tanpa ayah, dan dia juga mengatakan kalau dia akan bersedia bercerai saat aku menginginkannya tapi setelah anaknya lahir, atau sampai aku bisa memiliki TV Nusantara seperti janji ayahnya yang akan memberikan TV itu untukku setelah lima tahun. Aku lalu berpikir, untuk menemukanmu yang pergi entah ke Eropah bagian mana, aku perlu modal yang banyak, aku perlu sukses dan aku perlu terkenal. Lima tahun bukan waktu yang lama. Dan sesuai juga untuk masa kuliah specialismu. Karena aku yakin, kamu tidak akan kembali ke Indonesia, sebelum kamu tamat dari specialismu. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat kontrak pernikahan dengan Ratna yang isinya antara lain, kami akan tidur di kamar terpisah dan aku akan menceraikannya setelah TV Nusantara menjadi milikku sepenuhnya. Saat bercerai, dia juga tidak boleh menuntut harta gono gini, tapi aku tetap akan memberinya nafkah sampai dia menikah kembali. Niat awalku adalah menikah dengannya cukup lima tahun, tapi aku terlanjur sayang sama Abirama dan dia juga menyayangi aku. Saat dia berumur lima tahun, ketika aku bersiap untuk bercerai. Aku menatapnya yang bermain dengan susternya di halaman belakang lalu dia menghampiriku dan berkata. Rama, sangat menyayangi papa. Rama bangga mempunyai papa seperti papa yang sering masuk TV .Katanya dan aku hanya bisa menatapnya dengan gamang. Rama itu sangat pintar mengambil hatiku, tiap aku pulang kerja, dia akan memelukku dan kami akan bermain game bersama. Rama adalah pelipur kesepianku. Akhirnya aku bertahan, satu tahun ke tahun berikutnya. Pada saat TV Nusantara resmi menjadi milikku , aku berbicara lagi dari hati ke hati dengan Ratna. Saat itu aku lagi bersiap-siap ingin mendigitalkan media cetak menjadi media online. Jadi aku akan sangat sibuk. Aku memperbaharui lagi kontrak pernikahan kami,Kami sepakat akan bercerai setelah aku menemukanmu dan itu baru terlaksana setelah dua puluh tiga tahun. Hubungan kami sudah benar-benar seperti abang dengan adiknya, jadi mana mungkin aku minta peluk dan cium dengan Ratna setiap pagi. Aku tidak mencintainya dan sepertinya dia juga tetap mencintai ayah Abirama, yang sampai sekarang, Ratna tidak pernah jujur mengatakan kepadaku siapa ayahnya. “ Nama anakmu, Abirama, Kamu yang berikan? Singkatan dari Ratna dan Bima ya panggilannya Rama.” Kata Laura sambil menggigit bibirnya. “ Oh ya?? Aku nggak pernah kepikiran loh, kalau nama itu merupakan singkatan nama kami. Ratna yang memilih nama Abirama. Aku juga tidak pernah memikirkannya . Toh bukan anakku.” Kata Bima ringan. “ Ratna itu perempuan yang pintar memilih nama anak, menggabungkan nama ayahmu, namanya dan namamu. Pasti ayahmu sangat sayang dengan Abirama ya? Moga-moga dia tulus mengatakan kalau dia setuju bercerai darimu bukan hanya lip service saja di depanmu, tapi nanti di belakangmu dia akan menjelek-jelekkan aku. Maaf ya, aku terbiasa memproteksi diriku seperti ini, dengan tidak gampang percaya dengan kebaikan orang-orang.” Kata Laura terus terang. “ Aku mengerti, kamu pasti meragukan semua yang aku katakan. Tapi aku yakin, Ratna bukan orang seperti itu. Hubungan kami benaran adalah hubungan persaudara, persahabatan dan bukan hubungan percintaan . Jadi kamu tidak usah khawatir kalau dia akan menjelek-jelekanmu atau menjelek-jelekan aku. Dia tidak mungkin menolak perceraian kami, karena kami tulis kok di kontrak nikah kami.” Kata Bima. “ Lebih penting bagiku, dia tidak menjelek-jelekkan aku dan mendramatisasi hubungan kalian untuk menyalahkan kamu kalau perceraian terjadi. Aku tidak mau itu, Bima. Kamu bisa mengerti maksudku.” Tanya Laura lagi. “ Iya, aku mengerti. Aku yakin Ratna, bukan wanita seperti itu. Kalau dia wanita jahat, pasti dari awal , dia tidak akan jujur padaku, dan pasti akan menggodaku untuk menidurinya di malam pertama seperti yang diajarkan papanya, supaya tidak ketahuan, Abirama bukan dari benihku. Tapi dia tidak melakukannya.” Kata Bima sambil membelai rambut Laura dengan sayang. Dia mengerti semua kekhawatiran Laura untuk dirinya yang memerlukan nama baik dalam karirnya untuk pemilihan walikota nanti. “ Jadi karena kamu menganggap dia adikmu, kamu jadi tidak bisa menidurinya, bagaimana kamu melampiaskan keinginan bercintamu sebagai lelaki normal?’ Tanya Laura. “ Nggak mungkin seorang abang meniduri adiknya, kan? Aku sering terbang ke luar negeri untuk melepas hasratku. Lebih aman melakukannya di sana daripada di dalam negeri. Aku takut perempuan-perempuan itu, suatu saat dibayar untuk menjatuhkanku oleh lawan politikku. Jadi kalau lagi kepingin, langsung aja aku terbang ke Singapura atau ke Thailand. Jumat pergi, Minggu balik. Toh aku punya private jet sendiri. Tapi jarang sih, kadang keinginan itu terlupakan karena kesibukanku. Kalau kamu gimana menyalurkan kebutuhanmu sebagai wanita normal, yang hidup melajang di luar negeri. Uda berapa banyak pria yang menjadi teman tidurmu selama dua puluh tiga tahun ini?” Tanya Bima sambil menatap Laura. “ Ngak banyak, nggak lebih dari sebelah jari tanganku. Aku tidak suka hubungan tanpa cinta, apalagi yang one night stand. Aku juga tidak suka lelaki yang hanya punya uang tapi tak punya otak, lelaki seperti itu, tidak bisa membuatku terangsang, apalagi pria yang uda tak punya uang, tak punya otak lagi, lelaki seperti itu , tidak akan bisa meredakan hormonku, jadi lebih baik aku tidak bercinta, karena kamu tahu lelaki dengan kreteriaku susah ditemukan, jadi bercinta bukan prioritasku selama aku di sana.” Kata Laura sambil tersenyum. “ Jadi hanya aku, yang bisa membuatmu terangsang?”Kata Bima mulai membelai dan menyusuri lekuk tubuh Laura. Perlahan dia menyusuri setiap inchi punggung Laura, sampai menyusuri bagian depan tubuh Laura. Laura memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan itu. Tapi kemudian dia tersadar dan menjauhi Bima. “ Iya benar, Bima. Hanya kamu yang bisa membuatku terangsang. Tapi kita tetap tidak boleh melakukannya sekarang. Belum dua puluh empat jam dari pengambilan sumsum mu.” Kata Laura bangkit dari tempat tidur. “ Loh bukannya uda seharian nih?” Ngambek Bima sambil memanyunkan mulutnya. “ Jam sebelas nanti pak, baru dua puluh empat jam. Jadi sabar ya. Sekarang aku benaran harus ke kamar mandi.” Kata Laura sambil masuk ke kamar mandi meninggalkan Bima yang kecewa . Aku harus menunggu sampai siang nanti, bila ingin bercinta dengan Laura. Tapi Laura juga masih harus ke lab. Berarti sore dong baru bisa. Aduhh aku sudah tak sabaran nih. Hasratku rasanya mau meledak bila tidak kulampiaskan bersama Laura. Tidak pernah aku merasa begitu ingin bercinta, biasanya aku find-find aja, meskipun berbulan-bulan tidak melakukannya. Ini kenapa, saat aku memeluk Laura aja, langsung aku kepingin memasuki dirinya. Apakah karena aku terlalu merindukannya?? Bima menutup matanya untuk meredakan gejolak di hatinya. Aku harus sabar, karena kata Laura semua itu demi kesembuhanku. Sore hari itu, datangnya sebentar lagi. Aku akan membuat Laura tidak lagi beralasan menolak cumbuanku. Aku tahu bagaimana membuatnya menginginkanku. Aku sangat kenal Lauraku. Tunggu sore nanti Laura., saat itu, kamu yang tidak akan melepaskanku. Aku yakin itu…..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD