Dari laci di samping tempat tidur, Ratna mengeluarkan sebuah amplop putih dan menyerahkannya kepada Laura yang menerimanya dan langsung membacanya dengan teliti. Dua lembar hasil test lab itu dibacanya berulang-ulang dan Laura bisa merasakan selama dia membaca, tatapan Bima tidak berhenti menatap dirinya dengan sinar mata berbinar-binar sarat dengan kerinduan mendalam.
Lalu Laura mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Bima dengan kening berkerut, tanda Laura kesal dengan tatapan Bima kepadanya yang begitu intens. Bima pasti sudah tidak waras! Mengapa berani menatapnya begitu mesra di depan istrinya? Istrinya itu pasti menyadari , kalau dari tadi, pandangan Bima tidak pernah terlepas dari diri Laura. Kalau papanya mungkin tidak mengetahui karena setelah berkenalan, papanya sibuk menjawab handphonenya yang terus berdering. Mamanya si wanita singa, mungkin juga tidak mengenali aku lagi atau dia pura-pura tidak kenal denganku karena dia takut aku tidak mau merawat putra kesayangannya untuk balas dendam atas penghinaan yang dulu dia lakukan kepadaku?
AH!Sekarang bukan saatnya untuk mengingat masa lalu. Sekarang ini, aku harus fokus untuk kesembuhan pasienku dulu.
Laura lalu bertanya kepada Bima dengan suaranya yang tegas.
“ Apakah beberapa bulan terakhir, Bapak ada terinfeksi virus hepatitis, HIV atau Parvovirus jenis B 19?”
Bima tampak mengerutkan keningnya tanda dia sedang berpikir. Kerutan di kening Bima, kembali menimbulkan kenangan-kenangan indah di benak Laura. Saat berpikir, kening Bima beserta alisnya selalu berkerut dan membuat wajah gantengnya semakin menarik. Tetapi kenangan itu , lekas ditepisnya lagi.
“ Tidak ada. Saya belum pernah terinfeksi virus yang dokter sebutkan tadi .” Jawab Bima dengan suaranya yang dalam dan serak. Suara yang selalu membuat Laura berdebar apalagi saat Bima mengatakan aku cinta padamu,setiap mereka akan berpisah menuju fakultas masing-masing. Laura di Fakultas kedokteran dan Bima di Fakultas social dan ilmu politik Universitas Indonesia.
“ Apakah Bapak sering kelelahan, sesak nafas, pusing , sakit kepala, detak jantung memburu cepat dan tiba-tiba timbul memar yang tidak bisa dijelaskan, mimisan, gusi berdarah atau pendarahan berlebihan dari luka kecil?” Tanya Laura menyebutkan semua gejala yang dia yakini akan terjadi pada Bima, setelah membaca hasil test darah Bima. Kalau ada gejala tersebut, Laura akan yakin tentang diagnosa awalnya ini.
“ Saya memang sering kelelahan dan pusing, saya pikir saya kurang darah atau kecapean dan beberapa kali timbul memar di paha saya, saya hanya beranggapan mungkin saat berjalan, saya tidak hati-hati dan terantuk sesuatu dan tidak menyadarinya. Untuk gejala lainnya tidak ada. Apakah dokter sudah bisa mendiagnosis penyakit saya?” Tanya Bima memutuskan untuk berprilaku seperti Laura yang pura-pura tidak mengenalnya. Pasti Laura ada alasan untuk itu. Dia harus sabar sampai mereka tinggal berdua di ruangan ini tanpa lagi ada orangtuanya dan istrinya. Bima yakin pasti kesempatan itu ada, karena Laura yang akan menjadi dokter yang bertanggung jawab untuk merawatnya.
“ Melihat hasil test lab anda, di mana kadar sel darah putih, sel darah merah dan trombosit anda sangat rendah dari kisaran normal. Diagnosis awal saya, Bapak mengidap Anemia Aplastik.” Kata Laura dengan suara mengalun tegas.
“ Berbahayakah? Bisa menyebabkan saya meninggal? Atau hanya anemia saja dan bisa membaik kalau saya makan obat penambah darah. Seperti saya sekarang juga sudah merasa baik-baik saja, setelah diberi infus.” Tanya Bima mulai lega. Ternyata bukan kanker atau penyakit yang sangat berat . Dia hanya Anemia.
“ Ini bukan penyakit anemia biasa, Pak Bima. Anemia Aplastik ini kodisi serius yang terjadi ketika darah tidak cukup diproduksi di dalam tubuh. Tubuh jadi cepat lelah dan dapat meningkatkan resiko pendarahan dan yang paling berbahaya adalah bisa terjadi infeksi yang tidak terkontrol. Akibatnya sistem imun tubuh anda akan menyerang dan merusak sel- sel induk di sumsum tulang anda.” Kata Laura menjelaskan dengan rinci.
Mendengar penjelasan rinci dari Laura tersebut. Bima tampak terdiam lalu ayahnya berdiri dari tempat duduknya di sofa dan berjalan menghampiri mereka.
“ Apakah dokter Laura bisa menyembuhkan anak saya? Apakah ada metode tepat yang bisa membuat anak saya sembuh tanpa dia harus pingsan lagi saat melakukan kampanyenya? Tidak ada pemilih yang ingin pimpinan di daerahnya penyakitan. Makanya Bima kami masukkan ke klinik pribadi agar sakitnya ini tetap dirahasiakan . ” Kata Abimanyu Aditya.
Laura memandang lelaki tua itu dengan sebal, jadi dia ingin kesembuhan putranya bukan karena dia menyayangi putranya, tapi lebih untuk kepentingan politiknya agar putranya tidak pingsan saat kampanye. Mengapa ada orangtua yang toxic seperti ini? Apakah penting sekali semua kekuasaan itu? Bukankah seharusnya , kesembuhan putranya yang lebih penting ?
Laura jadi bersyukur terlahir tanpa ayah. Kalau punya ayah seperti Abimanyu, pasti Laura akan sangat tertekan,seperti Bima sekarang , kala Laura memalingkan wajahnya untuk menatapnya , wajah Bima kelihatan berubah murung. Laura jadi kasihan menatapnya. Tapi sekali lagi ditepisnya rasa iba itu. Laura memarahi dirinya .
Bukan urusanmu Laura! Fokus saja pada penyembuhannya agar kamu bisa segera kembali ke Denmark dan tidak lagi berurusan dengan keluarga Aditya.
“ Ada beberapa cara untuk menyembuhkan penyakit Anemia Aplastik ini, misalnya dengan tranfusi darah tapi dengan metode ini jadinya harus rutin transfusinya . Bila tiba-tiba sel darahnya berkurang drastis harus segara transfusi dan biasanya berkurangnya tanpa aba-aba sehingga bisa menyebabkan pasien pingsan tiba-tiba. Saran saya, kalau mau sembuh total harus dilakukan transplantasi sumsum tulang belakang.” Kata Laura.
“Transplantasi aja kalau begitu. Saya dengar , dokter Laura adalah ahli transplantasi sumsum paling terkenal dan mempunyai metode yang sudah diakui keberhasilannya. Pasien-pasien anda juga semuanya dari kalangan terkemuka. ” Kata Abimanyu tegas khas politikus kawakan.
“ Adakah donor yang cocok untuk melaksanakan transplantasi tersebut? Saya sangat mampu melakukan transplantasi apabila ada donor yang disediakan sedangkan kita tahu, cari donor yang cocok itu tidak gampang. Kita harus realitstis.” Kata Laura dengan tegas juga.
“ Harus sedarah atau tidak harus?” Tanya Ratna lirih.
“ Tidak pasti juga orang sedarah bisa cocok. Bisa aja orang yang tidak sedarah yang cocok. Tapi kemungkinan terbesar yang bisa menjadi donor adalah keluarga atau orang sedarah. Saudara kandung, anak, ayah, ibu, paman ataupun tante .” Jelas Laura.
“ Kita semua sekeluarga sangat bersedia di test untuk menjadi donor bagi Bima. Apakah usia seperti saya diperbolehkan?” Tanya Abimanyu
“Boleh saja, asal anda tidak punya penyakit penyerta, seperti diabetes, hypertensi yang tidak terkontral dan belum pernah di operasi misalnya untuk pemasangan ring di jantung. Tentunya semua orang yang bersedia menjadi pendonor, harus di test dulu untuk menentukan bisa atau tidaknya menjadi donor. ” Kata Laura.
“ Test apa yang harus dilakukan oleh pendonor?” Tanya Aini yang dari tadi diam saja.
“ Test darah Test HLA dan yang terpenting Test DNA.” Kata dokter Laura dan saat dia memandang ke arah istri Bima, wajah Ratna telah berubah menjadi pucat pasi.
Ada apa dengan istri Bima ini? Mengapa wajahnya langsung memucat seperti mayat, saat disebutkan tiga huruf itu. Tiga huruf yang terangkai menjadi sebuah kata -DNA-.