Desir angin malam semakin menerpa mereka, dua orang yang berbeda jenis kelamin itu masih berjalan dengan keringat peluh yang bercucuran. Sekali-kali Alphard menggendong Lianata kalau wanita itu sudah lelah dan mengantuk. Tidak ada tempat untuk mereka beristirahat saat ini karena jalanan yang terjal serta tebing bebatuan yang besar dan menjulang tinggi berlapiskan tanah serta kerikil-kerikil kecil membuat mereka terpaksa untuk terus berjalan. "Alphard, aku sangat lelah." kata Liana, wanita itu lantas terduduk di tepi jalan. "Hei... Berdirilah wanita payah, hanya perjalanan seperti ini saja kau sudah mengeluh." papar Alphard. Liana berdecak pelan, hanya mencebikkan bibirnya sembari berusaha kembali berdiri. Entah apa yang membuatnya dengan mudah mengikuti ucapan Alphard. Setelahnya merek