Dinner

1000 Words
Pagi ini Elena tersadar dari bangunnya, ia terkejut mendapati dirinya telah berada di ranjang dengan pakaian yang telah berganti. Elena pun keluar dari kamarnya, ia melihat di meja makan telah tersaji sarapan gaya western untuk dirinya, ia pun mendapati catatan kecil dari Radit yang bertuliskan 'Jangan lupa sarapan' dengan setangkai bunga mawar di sebelahnya. Elena tersenyum, hatinya berbunga bunga, hal bodoh yang ia lakukan kemarin harusnya ia tak membohongi Radit. Segera Elena langsung menyantap sarapannya, kemudian ia bersiap untuk pergi ke kantornya. Sesampai nya di kantor ia mencari Radit, namun ia tak menemukan Radit di meja kerjanya, kemudian Elena pun berjalan menuju ruangan nya. Ia terkejut melihat Eggy yang telah duduk di depan kursi kerjanya. "Eggy? Apa yang kau lakukan!?" Elena tersentak. "Aku cuma merindui mu Elena..." jawab Eggy dengan senyum liciknya. "Hah! Keluarlah.. aku sedang tidak ingin di ganggu" pinta Elena. "Baiklah.. aku akan kembali lagi nanti.. Hmmmp.. ngomong ngomong aku suka dengan kebohongan mu yang bilang kalo kita pergi berdua keluar negeri" Eggy beranjak lalu berjalan keluar. Elena memukul dahinya, hal bodoh itu telah sampai ke telinga Eggy. betapa malu nya ia. Elena kemudian menghubungi Siska. 'Apa kau tau di mana Radit?' 'Tadi pagi Radit menghubungi saya untuk memberitahu jika ia tak bisa masuk hari ini, kata nya ia udah minta izin langsung ke Bu Elena?" Siska balik bertanya 'Izin ke saya? oh.. mungkin saya lupa, baiklah, kembali lah bekerja' Elena segera menutup talian telepon nya. Dahi Elena berkerut, ia mengecek ponselnya, tak tampak Radit mengirimkan pesan apapun, bahkan ponselnya saat ini tak bisa di hubungi. ******* Malam menjelang, jam kantor pun telah usai sejak 3 jam lalu, hari yang sangat melelahkan baginya karna hari ini ada beberapa rapat yang harus ia hadiri. Setiba nya Elena diapartemennya, ia melihat apartemennya gelap gulita, bukankan ada lampu otomatis yang hidup jika gelap, kecuali di matikan langsung dari saklarnya. Tangan nya meraba kontak saklar lampunya. Klik! lampu pun menyala, namun ia begitu terkejut melihat pemandangan di depan nya. Ada taburan helai bunga mawar di lantai, ia pun mengikutinya hinga sampai di balkon apartemennya. Tampak sesosok lelaki memakai kemeja dan celana berwarna hitam yang berdiri melihat ke arah luar. Ada juga meja kecil serta kursi dan juga beberapa menu makanan di meja itu di sertai dengan beberapa tangkai bunga mawar putih di dalam vas cantik di sebelah lilin, Begitu romantis. Pria itu pun membalikan badan nya, ternyata itu adalah Radit. Seharian ia tak masuk kerja, apa hanya untuk ini? Elena membatin takjub. "Mari duduk Nona Elena" Radit menarik kursi untuk Elena sembari mempersilahkan Elena buat duduk. "Ini... kamu semua yang buat dit?" Elena masih terkagum. "Yah... aku seharian mempersiapkan ini semua untuk mu, untuk kita.." Radit ikut duduk di hadapan Elena. "Hmmmp.. ada acara apa? kenapa kamu membuat semua ini" Elena bertanya penasaran "Aku... cuma ingin memperbaiki hubungan kita" Radit menggapai jemari Elena. "Apa yang harus diperbaiki?" "Aku rasa.. kita berdua cukup dewasa, pernikahan ini bagi ku bukan hanya permainan.. Aku ingin jadi suami seutuhnya untuk mu" Radit menggenggam erat tangan Elena. Elena termangu, yah ia sadar, untuk usia nya saat ini, ia harusnya telah memiliki seorang anak, namun pernikahan ini, bukankah dari awal ia tak menginginkannya? Terlebih ada Eggy dengan ancamannya, ia pun tak ingin Radit mendapatkan bahaya karna hati nya telah terpaut dengannya. "Elena... apa kau keberatan?" Radit membuyarkan lamunan Elena "Sorry.. aku tak bisa" Elena beranjak dari kursinya. "Tunggu Elena.. kenapa kamu menolak ku?" Radit menahan tangan Elena. "Tidak.. aku.. cuma berpikir, pernikahan ini kemauan ayah ku, bukan aku" Jawab Elena bergetar. Radit kembali menarik Elena, ia langsung mendekap Elena, di sudut mata Elena tampak berair. "Apa yang kamu sembunyikan, please.. jangan membohongiku lagi" Radit mengusap lembut rambut Elena. Elena menggelengkan kepala nya, ia hanya bisa menangis tanpa bisa menjawab pertanyaan Radit. "Apa Eggy mengancam mu?" Radit memegangi pipi Elena menatap mata nya mencari jawaban. Elena mengangguk. "Aku tak ingin kamu kenapa kenapa, aku taku jika Eggy nekat melukaimu" Elena menjawab sesenggukan. Keangkuhannya runtuh begitu saja di depan Radit. "Aku boleh bertanya.. Eggy.. siapa Eggy sebenarnya? ia juga mengancamku jika aku terus mendekati mu, apa ia tau jika aku suami mu?" Tanya Radit. "Eggy.. mantan pacarku sejak kuliah, aku juga tak mengerti kenapa ia tiba tiba kembali, setelah sekian lama ia mendadak menghilang" Elena menjelaskan. Radit menatap kembali wajah Elena, tak tampak wajah sangar nya ketika awal berjumpa. "Percaya pada ku, takkan terjadi apapun kepada ku..Elena.. ayo kita hadapi segala masalah yang akan terjadi bersama" Radit kembali menggenggam tangan Elena menguatkan. Elena mengangguk, ia membalas genggaman Radit erat, ia tak menyangka Radit sekuat ini, bahkan lebih tegar dari dirinya. "Hmmmp.. kita lanjut makan malam? Aku sudah seharian loh mempersiapkan ini semua" Radit tersenyum sembari mencubit hidung mancung Elena. Elena tersenyum, lalu kembali duduk ke kursinya. "Lalu bagaimana dengan pertanyaan ku tadi?" "Pertanyaan yang mana?" Elena menatap Radit. "Sudah.. lupakan saja" Radit mendengus "Hahaha.. kamu lucu sekali Dit, badan kekar tapi ngambekan" Ejek Elena tertawa. Radit diam, ia sedikit kesal melihat Elena menertawainya. "Dit.. Berikan aku waktu untuk menerima semua ini..Aku harap kamu mau bersabar untuk ku" Elena kembali berbicara. "Oke.. Aku akan menunggu mu, tapi jangan lama lama, atau aku akan memilih menerima Siska" Goda Radit sembari menyentuh pipi Elena. "Hah! Apa maksud mu? Siska dia..." mata Elena membulat. "Dia telah mengungkapkan perasaan nya pada ku, yah.. dia memintaku untuk menjadi pacarnya" "Jadi kamu menerimanya?" tanya Elena penasaran. "Tentu saja ku tolak, ku katakan padanya, aku sudah memiliki istri" "Apa! jadi dia tau kita telah menikah?" Elena semakin penasaran. "Tentu saja tidak.. ia tak percaya begitu saja pada ku.. lagi pula jika ia tau kamu istri ku, ia pasti akan mengundurkan diri, Hahaha" Radit tertawa Elena merasa lega. "Ayoo kita makan.. kasian nih makanan nya sudah dingin" Radit mengajak Elena makan. Elena pun langsung menyuapi makanan nya ke dalam mulutnya. "Hmmmp.. ini sangat enak Dit!" Ujar Elena langsung melahap nya begitu menghayati. Radit pun tertawa melihat tingkah Elena, melihat Elena tersenyum dan tertawa sangat membuat hati nya senang. Malam ini pun berlalu dengan sangat manis, semanis coffelatte buatannya. __________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD