Provokasi Sang Kakak

1023 Words
Author POV Hubungan saling memiliki yang disebut Johan pada Anitta sudah berlangsung kurang lebih satu minggu. Mereka cukup nyaman dengan sebutan ini, karena Anitta nggak mau menyebut Johan sebagai pacarnya begitu pula dengan Johan yang merasa nggak cukup hanya dengan peran sebatas "pacar". Bagi Johan, Anitta lebih berarti daripada sekedar pacar. Suasana kelas mulai ternetralisir akibat hubungan ini. Semula banyak yang menghindari Johan, sekarang perlahan mulai menganggap bahwa cowok bermata gelap dan berambut agak ikal itu adalah teman yang ramah. Sosok sombong Johan sedikit demi sedikit luntur akibat pengaruh dari Anitta. Namun kondisi ini tak berlangsung lama. Pasalnya, Vincent telah kembali ke rumah setelah hampir satu tahun berada di luar negeri mengurus bisnis keluarga. Kakak laki-laki beda ibu itu untuk saat ini adalah pemegang kekuasaan tertinggi di keluarga Ardiansyah karena kepala keluarga, Tommy Ardiansyah, memilih menetap di Amerika bersama kekasihnya. Sebagai anak pertama, Vincent berhak melakukan apapun termasuk menetapkan hukum dalam mendidik adiknya, Johan Ardiansyah. Seringnya Anitta bertamu dirumah Johan, sudah didengar oleh Vincent sejak lama. Sejak pertama kali kakinya menginjak bandara, dia telah menyusun rencana untuk menertibkan adiknya yang masih terbilang muda itu. Bagaimana tidak, tujuh tahun perbedaan usia mereka membuat Vincent dibebaskan untuk memberikan pelajaran pada Johan jika diperlukan. "Bawa pulang Johan dari sekolah dan pastikan dia sudah berada dikamarnya sebelum aku sampai dirumah" perintahnya pada seseorang diujung telfon. Vincent kemudian segera menutup ponsel genggamnya dan menatap layar ponselnya dengan senyum liciknya. Ia bersumpah akan memberikan pelajaran yang nggak akan dilupakan oleh adik kesayangannya itu. Disisi lain di SMA Pamungkas, terlihat Johan mulai gugup karena supir sekaligus ajudannya tiba-tiba memotong pelajaran yang diberikan Bu Fani, wali kelas 11 B. Ajudannya ini nggak mungkin melakukan hal ini jika memang tak ada hal urgent. keringat dingin perlahan membasahi keningnya. Johan kemudian teringat akan Anitta. "Nit, dengerin aku. Apapun yang terjadi sama aku, entah itu aku bolos lama, ada yg bilang aku sakit atau apapun itu, kamu jangan pernah kerumahku untuk sementara waktu ini. Sekalipun aku yang minta, Oke?" pintanya dengan wajah pucat. "Kamu ini ngomong apa sih. Kok tiba-tiba banget ngomong nggak jelas gitu" "Pokoknya kamu harus inget dan harus janji nggak akan kerumah aku sampai aku ngasih kode ke kamu" Belum sempat Anitta menanggapi, lengan Johan sudah ditarik oleh seseorang yang dikenal Anitta sebagai supir pribadinya. Johan lantas mengikuti arahannya dan meninggalkan ruang kelas kemudian menghilang dibalik pintu. Anitta heran dengan perkataan Johan yang terkesan seperti pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Kata-kata itu terus terngiang dipikirannya hingga membuatnya bimbang. Harus janji ataukah nekat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apakah ini ada kaitannya dengan luka-luka yang selama ini sering didapatkan Johan? *** "Br*****k kau, baru ditinggal sebentar udah ngerasa kayak aku ini nggak ada ya?!" bentak Vincent sambil dia mencengkram kuat kedua pipi Johan dengan satu tangan. Johan berpeluh juga berdarah. Jelas sekali bahwa bocah SMA itu terus-terusan menerima pukulan tanpa perlawanan. Pukulan ini Ia terima dari ajudan setia Vincent yang berjumlah 5 orang dan semuanya berbadan kekar bahkan memiliki tinggi lebih 5 senti dibandingkan Johan. Johan tau cepat atau lambat kakaknya akan segera menyadari persoalan mengenai Anitta, perempuan miliknya itu. Dia berusaha bertahan tanpa perlawanan supaya kakak tirinya itu puas dan melupakan persoalan Anitta. Johan jelas nggak mau terjadi apa-apa dengan miliknya. Baginya, Anitta lebih berharga dibandingkan dengan nyawanya sendiri. Cewek itu memberikan warna di kehidupan Johan, jadi dia nggak akan membiarkan kakaknya menyakiti wanitanya. "Sebagai kakak yang baik, aku akan memberikanmu dua pilihan. Kau yang menghancurkannya atau aku yang menhancurkan perempuan manis itu" kata Vincent sambil melemparkan selembar foto ketika Johan dan Anitta berdua didalam kamar waktu dulu. Sekilas Johan melirik foto itu. Otaknya berusaha menafsirkan apa yang dimaksud kakaknya dengan kata "menghancurkan". Jelas sekali dia tidak ingin seorangpun menyentuh Anitta, namun dia tetap harus mengambil keputusan yang paling tepat untuk menjaga Anitta. "Apa maksud kakak?" "Jelas kau mengerti. Mana mungkin aku menjelaskannya dua kali. Sebagai penerus perusahaan ayah yang terpilih, kau harus pandai-pandai membaca situasi" sahut Vincent sambil berbalik meninggalkan Johan yang tengah duduk bersimpuh dilantai dengan tangan diikat dibelakang punggungnya. "Bukankah dia masih p*****n?!" Imbuhnya saat dia berhasil meraih kursinya. "B******n kau kak!! aku nggak akan pernah membiarkan kalian semua, sedikitpun untuk menyentuhnya. Tidak sampai aku mati" "Wah...wah, berani sekali kamu berkata kasar seperti itu padaku, orang yang lebih tua. Aku sedikit kecewa padamu, padahal aku tulus menyayangimu sebagai adik" jawabnya sambil meyeringai. Johan masih menatap tajam kakaknya yang sudah duduk santai dikursi kulit miliknya. Johan tahu dia harus segera memikirkan solusi untuk masalah ini. Dia mau tak mau harus turun tangan dan "menghancurkan" Anitta, dibandingkan harus dipaksa melihat Anitta disentuh oleh pria manapun didunia ini. "Kalau yang kakak mau adalah sebuah pertunjukkan, maka aku akan memperlihatkan tontonan yang menarik seperti yang kakak inginkan. Tapi berjanjilah, sebelum aku menyelesaikannya nggak ada yang boleh menggangu skenario yang kubuat" Tantang Johan. "Tergantung. Kalau memang semenarik yang kau bilang, tak akan ada intervensi dariku. Tapi jika cukup membosankan, maka aku sendiri yang akan membawa cewek itu kemari dan mengurusinya, dan kau tau apa maksudku" ucap Vincent lantang kemudian memberikan kode pada semua ajudannya untuk meninggalkanruangan itu. Setelah obrolan sengit itu, Vincent mengajak semua ajudannya untuk pergi dari ruangan itu. Dia meninggalkan Johan sendirian dengan kondisi tetap seperti tadi. Johan kemudian menunduk kesal. Selanjutnya apa yang akan dia lakukan pasti akan membuatnya menyesal seumur hidupnya. Namun jika tidak, dia akan lebih hancur seperti hidup segan mati tak mau. "Apapun yang aku lakukan kali ini bukan mauku, tapi semoga kamu mengerti kalau aku begini karena mencintaimu, Nit" gumam Johan sambil meneteskan air matanya di ruangan yang lebih mirip gudang itu. Sebenarnya Johan sudah cukup terbiasa dengan perlakuan yang "kurang menyenangkan" seperti ini dari kakaknya. Hal ini dilakukan, karena Vincent tahu semua aset keluarga akan menjadi milik Johan suatu hari nanti. Penyerahan aset senilai ratusan juta dollar itu hanya tinggal menunggu waktu hingga Johan genap menginjak usia 20 tahun. Ayahnya menganggap Johan lebih sesuai untuk meneruskan bisnis keluarganya dibandingkan dengan Vincent. Pertimbangan ini hanya berdasarkan dari latar belakang wanita yang telah melahirkan mereka. Oleh karena itulah, pada masa transisi saat masih Vincent yang berkuasa seperti saat ini, dia mengusahakan semua yang bisa dilakukan untuk menghancurkan dan merebut semua yang Johan miliki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD