BAB 1b-Case

1056 Words
“Namaku Jamie Seldron. Aku tinggal di Australia, tapi kemudian dijual di Sumatera karena mereka mengiraku primata. Kau bisa mengatakan mereka rasis untuk tidak mengelompokkanku ke dalam ras manusia hanya karena bertubuh pendek, berkulit hitam dan berbulu lebat.”   Perempuan itu menatapnya antara mual kerena jijik atau ketakutan. Plester membungkam mulutnya sementara tangannya terikat ke belakang.   “Maaf jika aku membuatmu bosan, aku hanya berpikir kau seharusnya tahu namaku. Tapi boong.” Jamie terbahak dengan leluconnya sendiri. Suara tawanya lebih mirip babi mengendus lumpur. “Aku sangat senang akhirnya dapat bertemu denganmu. Tenang saja, tidak perlu terburu-buru, aku akan memberitahukanmu alasan kau harus mati.”   Pria itu berjalan ke arah kompor dan membuka pintu oven, Setelah menggosokkan jemarinya yang menghitam karena arang. Dia kembali menghampiri tawanannya, lalu mencoreng pipi perempuan itu. “Yang pertama, karena kau menolakku.” Lalu dari satu telinga ke telinga lain. “Yang kedua, karena kau wanita yang indah dan kulitmu akan sempurna menghias dinding rumahku.” Mata perempuan itu melebar, air mata meleleh di pipinya. Pria berstelan rapi dengan jas pengantin itu mulai melingkari mata wanita itu dengan jelaga tersisa.   Dia bangkit. Di belakang kepalanya terdapat lima cantolan daging yang mirip di tempat penjagalan hewan. Perut perempuan itu serasa diaduk-aduk, intensitas ketegangan dan adrenalinnya berpacu ganas.   Sembari bernyanyi, Jamie meninggalkan ruangan lalu kembali bersama dengan mendorong sebuah kereta dorong, di atasnya terdapat baki berisi peralatan operasi. Tubuh perempuan itu gemetar hebat saat kulit lehernya menyambut pisau yang berkilauan.     ***     Lift itu tidak berbau pesing seperti kebanyakan lift umum di tempat rekonstruksi yang pernah dia naiki. Jamie Seldron menjadi incaran Gatot sejak pembunuhan wanita pertama setengah tahun yang lalu. Pria psikopat yang menjaring wanita ke dalam penipuan pernikahan lalu kemudian membunuh siapapun wanita yang menolaknya. Penipuan pernikahan adalah salah satu kejahatan yang sulit untuk dipidanakan, tetapi dengan adanya pembunuhan mempermudah Gatot menangkapnya. Jika dia dapat menangkap buronan itu kali ini, dia berjanji akan menghabiskan setiap pekannya di rumah.   Gatot dapat dikatakan seorang workaholic, tetapi yang unik darinya adalah dia tidak mengejar materi dari pekerjaannya, yang dikejarnya adalah targetnya sendiri, sebuah kepuasan dalam diri. Dia memang telah begini sejak pertama kali terbangun dari RS puluhan tahun yang lalu. Dikatakan bahwa orangtuanya telah membuangnya, dia tak memiliki keluarga karena dibesarkan di sebuah panti kecil di pinggir kota. Di sana dia mendapat pengalaman hidup terbaik, juga tentang rapuhnya keadilan di mata hukum untuk rakyat kecil. Belajar dari sana, jiwa patriotik Gatot Subroto hadir dan membawanya selangkah terus maju.   Gatot mengikuti gadis bertindik lidah dan rambut berwarna ungu yang dipangkas habis hanya pada bagian kirinya. Menaiki dua tapak anak tangga lalu masuk ke sebuah pintu menuju garasi yang telah disulap menjadi rumah tatoo dan tindik tubuh. Beberapa ruang dipisah hanya dengan tirai manik-manik rapat. Gadis itu mempersilakan Gatot duduk di bagian yang dia yakini sebagai ruang penerima tamu.   “Namaku Moza.”   “Gatot.”   Dia hendak menjabat tangannya, namun Moza mengabaikannya. Beberapa kali dia memperhatikan gelagat gelisah Moza yang urung tidak mengeluarkan bungkusan rokok di saku belakang celana jeans belel robek-robeknya, sebelum akhirnya memutuskan mengambil sebatang lalu menyulutnya. Dari baunya saja Gatot telah tahu rokok macam apa yang dihisapnya.   “Mau coba?” Dia menawarkan.   “Tidak. Terima kasih.”   “Kalau begitu, tunggulah di sini, Pak Tua.”   Gatot mengangguk singkat. Setelah gadis yang dia taksir berusia dua puluhan dan mungkin tengah dalam pengaruh obat terlarang--dia harus menahan diri untuk tidak memborgolnya saat ini--keluar, mata Gatot memindai keseluruhan ruang, mengamati karpet pelapis dinding bergambar penyiksaan yang memenuhi sekeliling. Salah satunya menggambarkan prosesi pemenggalan kepala Abad Pertengahan, gambar wanita telanjang yang menjerit, di belakangnya seorang iblis memegang cambuk dan tali kekang di lehernya.   Tak seberapa lama, seorang pria yang penuh dengan gambar tatoo di tubuhnya menyibak tirai. Sirat matanya menatap Gatot skeptis.   “Jadi kau, pria yang dikirim Fanbolt untuk mengantar barang?”   “Benar.”   “Tampilanmu terlalu rapi. Mereka bisa-bisa mengiramu polisi nanti.” Pria yang Fanbolt katakan bernama Welly menyeringai, lalu mengambil sebuah box dari bawah lantai meja. “Aku peringatkan padamu anak baru, berhati-hatilah kalau tak ingin kepalamu ditusuk dengan besi.”   “Baik.” Gatot telah memperkirakan reaksi apa yang akan diambilnya. Pria di hadapannya mencoba mengintimidasi, bukan hanya dengan tampilan berandalnya, tetapi secara psikis dengan memberinya umpan-umpan menjebak.   “Kode.” Gatot menyebutkan beberapa gabungan angka dan memenangkan pertarungan. “Tempat biasa.”  Welly mengakhiri sesi investigasinya   Setelahnya Gatot diantar pulang oleh Moza. Dia sempat memberinya wejangan yang ditanggapi dengan “Mati sana kau b*****h tua.”   “You better not to run.” Gatot memperingatkan, sesaat telah mencapai pintu lift.   Komradnya sedang bersiaga menyerang di luar pintu. Dia masih dapat mendengar kegaduhan dan adu tembak sebelum lift menutup dengan sempurna.     ***   Hasil yang Gatot peroleh setelah membahayakan diri masuk ke sarang singa untuk mendapatkan akses lebih dekat dengan Jamie tidak sia-sia, dia pun semakin dekat dengan kebenaran. Mengacaukan hari indah Jamie di atas kapal pesiar mewahnya di malam yang begitu cerah dan bertabur bintang.   Sampai saat ini Jamie masih aman-aman saja dengan keberuntungan dan kekuasaannya. Tapi tidak kali ini. Malam yang indah itu mendadak hening, pertanda mimpi buruk akan segara dimulai. Bodohnya, dia salah lagkah dan telah meremehkan lelaki ini. Dan kini dia merasa seperti ikan yang digiring ke dalam jaring, sasaran empuk kail nelayan.   Bagaimana bisa orang itu masuk ke kapalnya?   Jamie tak bisa memikirkan kemungkinan terburuk, selain bahwa dia lebih dekat dengan ajal, sebuah pedang mengacung ke leher dan siap menebasnya kapan saja.   Jamie berpikir cepat, kemudian berlari turun ke arah lambung kapal. Bodyguardnya telah dia letakkan sebagai umpan untuk memberinya waktu. Dia membungkukkan badannya dalam ruangan kecil tempat mesin berada, menyentakkan kabel bahan bakar, dan menumpahkan bensin ke dalam kompartemen yang sempit itu, lalu keluar dari kapal yang akan tenggelam tak lama lagi.   Saat dia sampai ke arah lain, Gatot telah melumpuhkan penjaganya, pria itu meraih kerekan kapal lalu melemparkannya ke arah Jamie, tepat mengenai sebelah wajahnya. Jamie meraung kesakitan, memegangi lukanya dan berniat lari, tetapi Gatot melompat seolah dia adalah manusia gear dan memberikan tendangan berputar menghantam tulang rusuk Jamie. Napasnya terengah-engah dan dia mencoba merangkak, namun lagi-lagi Gatot menghadiahkan hook kiri tepat pada rahangnya.   Berhadapan dengan penjahat semacam Jamie membuat Gatot geram. Biasanya dia tak memukul separah itu untuk menangkap seseorang, pengecualian untuk pria ini. Bahkan setelah tertangkap tak ada kata penyesalan yang terlontar darinya. Yang dilakukannya hanya membual dengan kepala besarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD