9 - Undangan Pesta

1230 Words
"Aiiih…. Baiklah, saya terima Tuan…." Sempat memasang wajah menderita untuk beberapa saat, Hong Kui pada akhirnya mengucap kalimat untuk menyepakati permintaan Willem. Meski jelas dalam intonasi nada suara, terdengar ketidak-ikhlasan. "Baik kalau begitu…" Willem sendiri, tentu tak peduli. Sekedar cukup puas baru mendapat kesepakatan bagus untuk bisnis. "Aldert, siapkan berkas kontraknya!" lanjut Willem, lekas memberi intruksi pada Aldert menyiapkan kontrak. Ingin segera mengikat kesepakatan secara resmi. "Baik Tuan…" Aldert, tampak cekatan menjalankan perintah. Menuju salah satu meja disudut ruang, untuk kemudian menulis segala bentuk kesepakatan tadi sempat ia rangkum pada buku catatannya. Pada sisi lain, Hong Kui yang melihat Aldert sudah mulai menulis poin-poin kesepakatan, tampak mengerutkan kening. "Tuan, apa perlu kontrak segala?" tanya Hong Kui. Tak menduga situasi berkembang menuju adanya jalinan Kontrak resmi. "Apa yang kau tanyakan itu? Tentu saja perlu! Baru disepakati tadi adalah bisnis bernilai besar yang akan terjadi tiap bulan!" balas Willem. "Aku tak ingin ada cek-cok tak penting mungkin hadir dalam beberapa bulan pasca terjalinnya kesepakatan!" "Kau dan aku, tunduk pada Kontrak bersama ini! Semua akan menjadi sederhana dengan mengikuti pedoman Kontrak!" "Lagipula, poin-poin tertulis pada Kontrak, adalah segala tadi telah kita sepakati! Jadi bukankah tak ada perlu dipermasalahkan dengan membuat Kontrak? Kau bisa memeriksa dahulu nanti sebelum memberi tanda tangan!" lanjut Willem. Bersama kalimat terakhir disampaikan oleh Willem, Aldert datang dengan membawa kontrak yang telah jadi. Kontrak resmi bertanda Perusahaan Pertanian der Beele. Sempat membuat kontak mata dengan Willem, meminta ijin, Aldert meletakkan Kontrak diatas meja saat mendapat balasan anggukan singkat Willem tanda mengijinkan. "Aihhh…." Hong Kui, menatap ragu Kontrak yang kini disodorkan Willem dihadapannya. "Itu akan memiliki batas waktu sampai lima tahun kedepan!" ucap Willem. Sempat menambah satu poin terakhir pada kontrak. Sementara itu, membuat Hong Kui saat ini tampak ragu, tak lain karena tadi ia sempat berfikir untuk sekedar menyepakati permintaan terlebih dahulu, sebelum pada jalannya proses tiap bulan, memainkan beberapa trik tertentu menutup kerugian harga rendah diajukan oleh Willem. Hong Kui menatap ngeri Willem beberapa kali, bergantian dengan menatap kontrak. Membaca tiap poinnya dengan hati-hati. Bagaimanapun juga, sekali ia menandatangani kontrak, maka itu akan berjalan sampai lima tahun kedepan. Kontrak resmi, juga menutup segala kemungkinan dari Hong Kui dapat memainkan beberapa trik mengembalikan keuntungan. "Aihh…." Untuk kesekian kalinya menggumam. Menampilkan wajah berat, Hong Kui menyempatkan kembali menatap wajah Willem. Sebelum pada akhirnya memutuskan membubuhkan goresan tanda sepakat. Mengembalikan kertas Kontrak kepada Willem. "Nahh… Bagus!" gumam Willem. Bertahan memasang raut wajah datar. Lekas ikut membubuhkan tanda tangan juga pada kertas Kontrak. "Dengan ini, maka kesepakatan resmi terjalin untuk lima tahun kedepan!" lanjut Willem. Menyerahkan kertas Kontrak kepada Aldert. Dimana lekas digulung rapi. "Ya…." Menanggapi kalimat Willem, Hong Kui sekedar menjawab sekenanya. Entah kenapa justru merasa menjadi pihak yang dirugikan. Sama sekali tak mendapat sensasi rasa puas apapun meski baru menyepakati bisnis cukup besar. Hong Kui sebenarnya sudah cukup sering berhadapan dengan Totok Belanda macam Willem, entah itu membahas perijinan atau juga bisnis, bagaimanapun ia memang seorang saudagar expert, diakui oleh semua kalangan. Hanya saja, sosok sedang ia hadapi saat ini, terasa benar-benar berbeda. Seolah bukan cuma Totok Belanda, Hong Kui seperti juga berhadapan menjalin kesepakatan bisnis dengan sesamanya, etnis Tionghoa. Willem bagai perpaduan sempurna Totok Belanda memegang kendali serta segala macam wibawa nan khas, dengan seorang Tionghoa yang sangat lihai berurusan bisnis. "Jadi, karena urusan telah selesai, bagaimana kalau kita lanjut untuk ramah tamah saja! Sekedar merayakan bisnis besar baru disepakati kedua belah pihak!" ucap Willem. Memecah keheningan. Coba mencairkan suasana canggung sedang membekap ruang. "Ohh… Kau boleh menikmati tehmu! Akan disayangkan jika itu sampai dingin! Atau perlu sajian baru masih panas?" lanjut Willem. Senyum tipis sederhana, kembali menghiasi wajahnya. "Tak perlu Tuan! Ini cukup!" balas Hong Kui. Seraya menuang teh dihadapannya pada cangkir. Baru berani menyentuh kembali pasca peristiwa teguran Willem atas tata Krama. Sempat diam karena masih merasa agak tak nyaman, Hong Kui memikirkan beberapa topik mungkin bisa diangkat kedalam percakapan. Sampai akhirnya menemukan satu dirasa tepat. "Tuan… Kenapa kau tak ikut hadir dalam acara pesta pembukaan tempat hiburanku besok malam?" tanya Hong Kui. "Pesta pembukaan?" tanya Willem balik. "Yah, aku akan memberikan undangan resmi jika berminat hadir!" balas Hong Kui. Senyum tipis sederhana, kembali hadir diwajahnya. "Wahh… Keuntungan apa yang kudapat dengan ikut hadir kepesta pembukaanmu itu?" tanya Willem sekali lagi. "Keuntungan? Kenapa perlu membahas hal macam itu Tuan? Seolah ini bagian dari bisnis!" ucap Hong Kui. "Tentu saja perlu! Bukan ingin sombong atau apa, tapi jika aku hadir, tentu akan meningkatkan pamor dari tempat hiburanmu! Benar begitu?" tanya Willem. Tepat sasaran menangkap maksud tersembunyi dari tawaran Hong Kui. "Aiihhh… Tuan Willem, aku menyerah! Hong Kui nan cemerlang ini, sepertinya perlu belajar banyak darimu!" balas Hong Kui. Melempar kalimat pasrah. Tampak tak akan coba lagi mengambil keuntungan dalam bentuk apapun kepada Willem. "Hahahha….! Baiklah, tak perlu berkembang terlalu jauh! Katakan saja apa menarik dari pestamu ini! Mungkin aku bisa pertimbangkan memberi sumbangan dengan kehadiran yang tentu menjadi sarana promosi gratis!" ucap Willem. "Sejujurnya acara besok malam, mungkin tak akan terlalu diminati oleh golongan Tuan, karena ini akan menjadi acara umum terbuka untuk semua kalangan!" balas Hong Kui. Untuk pertama kalinya, senyum tampak alami, menghiasi wajah. Bagaimanapun juga, memang sudah umum bahwa Totok Eropa, tak suka berada di acara sama dengan kalangan bawah, entah itu kaum pribumi, atau timur jauh golongan etnis Tionghoa, Arab, India. Sedangkan acara Hong Kui yang terbuka umum, tentu akan dihadiri berbagai macam kalangan. Alasan kenapa ia membuka dengan kalimat mungkin Willem tak akan nyaman jika datang menghadiri. "Aku sepenuhnya tak masalah dengan pengaturan itu!" balas Willem. "Ohhh… Tak masalah Tuan?" gumam Hong Kui. Jelas tak menduga akan mendengar balasan dari baru diucap oleh Willem. Semakin merasa sosok dihadapannya ini, sangat unik. Hong Kui, mulai menatap dengan sudut pandang sepenuhnya baru akan karakter Willem. "Jadi, yang menarik dalam agenda acara besok, itu adalah kami menyiapkan lelang Tuan!" "Lelang? Jenis lelang seperti apa?" tanya Willem. Tampak mulai tertarik. Menyadari riak minat hadir pada tatapan lawan bicaranya, Hong Kui segera meraih peluang. Lekas melanjutkan untuk penyampaian terdengar mantap dan meyakinkan. "Jadi begini Tuan, tempat hiburan kami, selain menyediakan berbagai sarana hiburan malam, juga akan menjual barang-barang antik!" "Nah, sebagai ajang promosi, kami akan membuka dengan acara lelang! Barang-barang antik terbaik mengisi toko, akan tersedia dalam lelang ini!" tutup Hong Kui. Menyempatkan menjeda penjelasan untuk menunggu tanggapan Willem terlebih dahulu. "Lelang ya, sangat jarang ada ditanah Hindia! Mungkin kau yang pertama!" gumam Willem. "Harus kuakui, merupakan langkah inovatif yang cukup brilian!" lanjut Willem. "Tuan, aku sudah menyebar undangan ke beberapa pembesar wilayah sekitar! Dan beberapa dari mereka, telah mengkonfirmasi akan hadir!" Hong Kui, lekas memberi bumbu tambahan yang mungkin semakin menarik minat Willem. "Selain kalangan pelajar Indo HBS Surabaya akan hadir, beberapa pelajar Ningrat juga bersedia datang!" "Oh ya, aku juga mengirim undangan ke Bupati Sidoarjo! Jika nanti ia hadir, maka bisa saja membawa serta anak perempuanya yang mana tengah menjadi banyak perbincangan!" "Kau mungkin sudah pernah mendengar nama anak Bupati Sidoarjo ini, terkenal sangat cantik, Raden Rara Kirana!" tutup Hong Kui. "Hmmmm… Cukup menarik! Terutama tentang Lelang! Aku akan mempertimbangkan hadir! Bahkan mungkin membantu untuk menyebarkan dikalangan Totok Eropa!" balas Willem. "Benar Tuan?" Hong Kui, lekas menjadi semakin antusias. "Ya, Totok Eropa pasti juga sama berminat dengan Lelang! Mengobati rasa rindu mengingat rumah! Bagaimanapun juga, Lelang macam ini sering diadakan di Eropa sana!" ucap Willem. "Tuan, sampaikan jamuan terbaik akan kusiapkan bagi para pembesar ini jika bersedia hadir!" balas Hong Kui. Senyum lebar, tak henti menghias wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD