Empat puluh sembilan

1423 Words

"Kok malah nangis, sih?" Rayyan mengurai pelukan kami. Dia kembali duduk di sampingku dan menghapus air mataku dengan ibu jarinya perlahan. "Kenapa?" tanya lelaki itu sembari memutar badanku agar menghadap kepadanya. "Pengen nangis aja, Kak. Nggak nyangka kita bisa bersama lagi." Rayyan meraihku ke dalam dekapannya. "Sama. Berasa mimpi bisa milikin kamu lagi." Aku merasakan lelaki itu mengecup kepalaku berkali-kali. "Aku merasa jadi orang paling bahagia malam ini karena bisa bersama lagi sama perempuan yang aku cintai selain mama dan adikku." Setelah mengungkapkan rasa satu sama lain, Rayyan bangkit hendak keluar paviliun untuk mengambil makanan. "Mau apa lagi selain dessert? Kalau minuman, kamu ambil di kulkas aja, masih di tempat yang sama. Kamu inget, 'kan?" "Apa aja, terserah kam

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD