Sulit rasanya mencari waktu untuk berbicara dengan Vania. Perempuan itu selalu menghindar dan masih memblokir nomor ponselku. Walau sudah tahu lelaki yang akan menjadi calon tunangan Vania itu tidak baik, namun Vania tetap bergeming seolah tak mempercayaiku. Aku hanya bisa diam-diam memantau segala hal yang Vania lakukan layaknya seorang penguntit. Dan hari ini, Vania terbang bersamaku lagi di mana seharusnya jadwal perempuan itu terbang bersama Captain Harris. Aku lebih dulu mengetahui dan meminta untuk mengganti, tentu dengan iming-iming sejumlah uang. Mengingat Captain Harris yang gosip ya juga menyukai Vania membuatku memanas. Sainganku bukan hanya tunangan Vania saja, melainkan sesama pilot yang sialnya tak kalah tampan dariku. Dan juga merupakan anak tunggal. Aku melangkah keluar c