"Vania, saya... " Rayyan menggantungkan kalimatnya. Aku menatap Rayyan dengan tangan bersidekap sembari menunggu kelanjutan kata-katanya. "Sa-ya... " Lelaki itu mengusap tengkuknya, tampak gusar. "Kenapa?" tanyaku tidak sabar. Stok kesabaranku memang setipis itu jika berhadapan dengan Dilla dan Rayyan, setelah bertemu kembali pada penerbangan yang sama. "Intinya saya enggak suka kamu dekat sama lelaki mana pun." Aku tertawa hambar. "Lelucon macam apa ini, Captain? Kenapa? Anda cemburu, huh?" Tawaku mereda dan menatapnya dengan mata menyipit. "Kalimat yang anda ucapkan barusan seolah menyiratkan kalau anda enggak rela saya dekat dengan lelaki lain. Anda sadar nggak sih, kalau anda nggak punya hak apa-apa terhadap saya?" "Saya sadar dan ya... saya cemburu." Rayyan mengalihkan pandangan