“Berapa lama saya harus melakukan ini,” tanya Aira, dirasakannya semilir angin dengan mesra mengecupi kulit pahanya, membuat bulu-bulu halus yang menghias paha sintalnya berdiri.
“Teruslah, Biarkan rasa malu menguasai dirimu, biarkan rasa malu menyelimuti seluruh tubuhmu, rasakanlah wajah mu yang mulai terasa panas dan memerah, dan terus nikmati rasa malumu.”
Aira memejamkan matanya, membayangkan ekspresi pria di hadapannya yang siap menerkam tubuhnya.
“Nikmati rasa malu itu, hingga kamu mampu menguasai tatapan nakal pria itu,” kata-kata Rangga bagai menghipnotis geraknya, Tanpa sadar Aira semakin membuka pahanya semakin lebar.“Dan sekarang tarik sedikit rok mu, biarkan pria itu menikmati selangkanngan mu, biarkan pria itu menerkam kemalluan mu dengan matanya.”
Mata Aira terbuka, Wajahnya menunjukkan kata-kata protes, jika hanya mengangkangkan kakinya mungkin tidak terlalu masalah, tapi dengan membuka roknya semakin keatas sama saja memberi undangan terbuka kepada Mang Engky. Meski wajah Rangga dan Aira tetap saling menatap, tapi mata mereka sesekali melirik dan memperhatikan apa yang tengah dilakukan Mang Engky.
“Tidak Rangga, Aku tidak mau jika harus melakukan itu,” “Ayolah, Aku yakin kamu dapat menggoda pria itu, lihatlah dia mulai memperhatikanmu, Oowwhh,, pria itu mulai membungkukkan tubuhnya mengambil sesuatu, tapi aku yakin dirinya hanya ingin mencari tau apa yang tersembunyi dibalik rok mu itu, mungkin kamu bisa memberinya sedikit rejeki di pagi hari,” goda Rangga.
“Tapi aku tidak mengenakan apapun selain celana dalam,” balas Aira cepat.
Lagi-lagi Rangga menganggukkan kepalanya menegaskan kepada wanita muda itu bahwa inilah waktu yang tepat untuk mengubah pribadinya. Sementara hati Aira mencoba mencari-cari pembenaran atas apa yang dilakukannya saat ini.
Setelah menghela napas panjang, jemari nya secara pasti menarik rok itu semakin ke atas. Meski tidak yakin dapat merubah sifat pemalunya, setidaknya Aira ingin menikmati sedikit kenakalan yang tidak pernah dilakukannya. Sepasang paha putih nan sekal, perlahan mulai terpampang dengan lebih jelas berujung pada secarik kain pelindung, seandainya Rangga sedikit menundukkan kepalanya maka dirinya akan dapat pula menikmati suguhan indah di pagi hari nan indah itu.
“Apakah ini cukup,” suara Aira terdengar berat. Beberapa tetes keringat menetes diwajah wanita berkacamata itu. Sementara jemarinya kini meremas tangan Rangga dengan kuat, seakan meminta dukungan atas apa yang dilakukannya.
“Ya, kurasa cukup,” ada nada-nada cemburu dan iri dimata Rangga atas keburuntungan yang tengah dinikmati Mang Engky. Tekad Rangga untuk dapat menyetubuhi Aira semakin menggebu, dan ini adalah jalan pintas terdekat untuk cita-cita nya tersebut.
Mang Engky yang memang sedang menikmati pemandangan indah itu, semakin dibuat kelimpungan ketika dua paha sekal yang membuat batangnya berdenyut keras mulai memberikan akses pemandangan yang lebih gilaaa, Sepasang batang mulus yang berujung pada segitiga bermuda berbalut kain biru muda, yang menjadi misteri bagi lelaki yang tak pernah lulus SD ini.
Aira merasakan vagginanya mulai basah, seandainya Mang Engky berada lebih dekat mungkin pria paruh baya itu dapat melihat bagaimana celana dalam itu mulai lengket dan basah.
Sementara Rangga berulangkali mengumpat dalam hati atas kemujuran yang didapat Mang Engky, ingin sekali Rangga menyibak rok Aira dan melihat bagaimana keindahan selangkanngan wanita di sampingnya itu.
Tanpa diduga, Aira memalingkan wajahnya dan menatap Mang Engky yang hampir terjengkang karena kaget dan berlalu pergi dengan cepat.“Kenapa pria itu pergi,,,” keluh Aira, padahal dirinya hanya ingin melihat wajah lelaki yang telah menikmati keindahan tubuh yang ditawarkannya.
“Tidak,tidak,,, justru kamu telah berhasil menguasai rasa malumu dengan berani menatap pria itu, lihat pada akhirnya dia yang malu, bukan kamu, kamulah pemenangnya”
“Ya kurasa ini sudah lebih dari cukup, pria itu tak mampu melawan godaanku,” ucap Aira dengan senyum lebar.
“Teeett,,,Teeet,,,” suara klakson bis wisata yang begitu kencang membuat Rangga dan Aira terkaget.
Mang Engky yang sempat menghilang dibalik gedung kembali menunjukkan batang hidungnya dan bergegas mengarahkan bis besar yang memasuki halaman kantor. Sesekali matanya mencoba melirik Aira berharap menemukan pemandangan seperti yang dinikmatinya tadi.
“Lihatlah, apa yang telah dilakukan selangkanngan mu pada pria paruh baya itu, ternyata kamu memang nakal,” bisik Rangga sambil beranjak.
“Tapi ku rasa bukan hanya pria itu yang menikmati,,,” balas Aira menggoda. Entah kenapa Aira merasa memiliki kebebasan untuk bercanda dan sedikit menggoda pria yang telah berhasil ‘menelanjangi’ tubuhnya ditengah umum.
Rangga hanya terkekeh, “Eitss,, ingat tubuh mu harus selalu tegak, dan biarkan aku menikmati keindahan payyudara mu, ehmm,, maksud saya para lelaki,” ucap Rangga mencoba mengiringi langkah kaki Aira menuju rombongan yang sibuk mengepak tas mereka kebagasi.
Mungkin ada benarnya yang diinginkan Pak Wisnu, dengan menggunakan bis wisata, mereka akan lebih cepat akrab dibanding menggunakan mobil pribadi masing-masing.
* * *